Bekas Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, Akhirnya Diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (MACC)

INTERNASIONAL21 Dilihat

MALAYSIA.KABARDAERAH.COM- Bekas Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, menjalani pemeriksaan pertama di Komisi Pemberantasan Korupsi (MACC) negara itu pada Selasa pagi, 22 Mei 2018, terkait dugaan korupsi pada skandal 1MDB.

Najib akan dimintai penjelasan soal aliran dana sebesar US$10,6 juta atau sekitar Rp150 miliar ke rekening bank pribadi miliknya dari perusahaan SRC International, yang merupakan anak perusahaan dari 1MDB.

1MDB merupakan singkatan dari 1 Malaysia Development Berhard, yang merupakan perusahaan investasi pelat merah bentukan Najib ketika mulai menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia pada 2009.

“Saya berjuang untuk mendapatkan uang yang dicuri dari rakyat Malaysia tetapi dituduh sebagai pembelot. Isu 1MDB bukan cerita rekaan. Ini kasus besar,” kata Shukri Abdull, kepala KPK Malaysia atau Malaysia Anti-Corruption Commission, dalam jumpa pers seusai Najib Razak mulai menjalani pemeriksaan, Selasa, 22 Mei 2018.

Dalam jumpa pers itu, seperti dilansir New Straits Times dengan mengutip Reuters, Shukri mengatakan Najib Razak datang untuk dimintai keterangannya dan bukan untuk ditangkap atau dikenakan dakwaan resmi.

Shukri juga menjelaskan, dia ikut menginvestigasi kasus ini pada 2015 namun kemudian diberi peringatan akan diberhentikan jika melanjutkan penyelidikan.

“Saya diperingatkan akan kehilangan pekerjaan jika saya berpartisipasi dalam investigasi ini, maka saya memilih pensiun dini pada saat awal penyelidikan kasus ini pada 2015,” begitu kata Shukri.

Soal dugaan terlibat kasus korupsi 1MDB ini, Najib Razak telah membantahnya. Dalam pernyataan pertamanya kepada publik di negara bagian Pahang, yang menjadi basisnya, pada akhir pekan lalu, Najib mengatakan,”Saya tidak mencuri dari rakyat.”

Najib menyatakan semua tuduhan kepada dirinya merupakan upaya untuk mencemarkan nama baiknya dan mengalahkan Partai United Malays National Organisation. UMNO, yang pernah memimpin Malaysia selama 61 tahun dengan koalisi Barisan Nasional, kalah dari koalisi Pakatan Harapan, yang dipimpin Mahathir Mohammad pada pemilu 9 Mei 2018.

Mahathir merupakan bekas mentor Najib yang kemudian menjadi rival berat politik pada 2016 karena perbedaan pandangan politik dan mulai mencuatnya skandal 1MDB.

Reuters melansir MACC atau Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia sengaja memulai investigasi kasus 1MDB ini dengan menelisik aliran dana dari SRC International.

MACC akan lebih mudah menelusuri transaksi transfer uang ini karena melibatkan perusahaan Malaysia. “Sedangkan transfer lainnya dana 1MDB menggunakan bank dan perusahaan asing,” begitu dilansir Reuters.

Pemerintah Malaysia juga membentuk gugus tugas pada Senin, 21 Mei 2018, untuk membongkar kasus ini. Tim ini terdiri dari MACC, polisi, bank sentral, dan bekas petinggi Kejaksaan Agung. Mereka diminta untuk menjalin kerja sama dengan lembaga penegak hukum di Amerika Serikat, Swiss, Singapura, Kanada, dan negara lainnya, yang sistem keuangannya dilewati aliran dana ini.

Mengenai ini, secara terpisah, Kementerian Kehakiman Amerika Serikat menyatakan akan meneruskan investigasi 1 Malaysia Development Berhad, 1MDB. Kementerian juga berjanji akan bekerja sama dengan otoritas penegak hukum Malaysia untuk membongkar kasus dugaan mega skandal korupsi ini.

“Kementerian Kehakiman berkomitmen untuk memastikan Amerika Serikat dan sistem keuangannya tidak terancam oleh individu korup dan kleptokrat, yang mencoba menyembunyikan harta yang diperoleh dengan cara bermasalah,” begitu pernyataan dari kementerian Kehakiman AS seperti diterima Reuters, Selasa, 22 Mei 2018.

Pernyataan itu juga mengatakan aset yang diselamatkan akan digunakan,”Untuk kepentingan rakyat yang terdampak oleh tindakan-tindakan korupsi dan penyalahgunaan kewenangan.”

Pemerintah AS, lewat kementerian Kehakiman, telah menggelar upaya resmi pada 2016 dan 2017 untuk menyelamatkan aset senilai US$1,7 miliar atau sekitar Rp24 triliun dari dana 1MDB, yang diduga disalahgunakan.

Dokumen yang dirilis otoritas penegak hukum AS menduga ada uang senilai US$4,5 miliar atau sekitar Rp63,7 triliun dialihkan dari 1MDB dan mengalami proses pencucian uang lewat jaringan perusahaan kedok (shell companies) dan sejumlah rekening bank di AS dan negara lainnya.

Polisi Diraja Malaysia juga telah menggelar sejumlah penggeledahan maraton terhadap rumah dinas PM, rumah pribadi Najib Razak, dan tiga unit apartemen di Pavilion Residences Appartment.

Polisi membongkar satu brankas besar di rumah pribadi Najib, yang disebut belum pernah dibuka selama 20 tahun. Dengan dibantu tukang kunci, polisi juga membongkar 8 brankas besi yang ada di rumah dinas PM yaitu Seri Perdana, yang terletak di kawasan pusat pemerintahan Putrajaya.

Polisi juga menggeledah tiga unit apartemen tadi dan menyita 72 tas berisi uang dan perhiasan. Hingga kemarin, polisi baru menyelesaikan penghitungan 11 tas dengan jumlah uang mencapai puluhan juta ringgit Malaysia atau sekitar puluhan hingga ratusan miliar rupiah.

Polisi juga menyita 284 kotak berisi tas mewah, yang diduga milik istri Najib, yaitu Rosmah Mansor, yang dikenal gemar berbelanja barang mewah. Penggerebekan di unit apartemen ini terjadi setelah ada laporan dari petinggi Partai Pribumi Malaysia Bersatu, yang dibentuk Mahathir Mohamad, bahwa ada upaya pemindahan 50 tas tangan bermerek mewah.

Uniknya, 2 pengacara Najib Razak malah mengundurkan diri pada malam menjelang pemeriksaan oleh MACC. Keduanya yaitu Harpal Singh Grewal dan M. Athimulan, mengundurkan diri seusai bertemu Najib pada Senin malam. “Kami tidak ditendang keluar. Kami mundur karena ada tim pengacara lain masuk,” kata Harpal seperti dilansir Straits Times.

(Gunawan/tempo)