Ratusan Warga Tompe Dan Lompio Mengungsi Ke Daerah Tinggi Akibat Naiknya Air Laut

BERITA UTAMA28 Dilihat

DONGGALA | KABARDAERAH.COM [15/10/18] – Gempa bumi yang terjadi Jumat (28/9) lalu menyebabkan perubahan wilayah daratan. Di Perumnas Balaroa dan Petobo akibat likuifaksi, tanah amblas, posisi rumah dan bangunan bergeser.

Sementara di daerah lainnya, amblasnya tanah menyebabkan wilayah yang dekat dengan pantai terendam air.

Pantauan Wartawan Media Online kabardaerah.com, Desa Tompe dan Lompe Kecamatan Sirenja, Donggala, Senin (15/10) warga sudah tidak lagi menempati rumah karena pengaruh air laut yang naik sampai ke rumah penduduk secara mendadak kondisi ini terjadi pada saat air pasang atau sekitar pukul tiga sore, air mulai naik dan ketinggian air di wilayah ini mencapai lebih dari 1,5 meter.

Sirenja terletak di pesisir pantai barat Donggala dan banyak warga yang belum terjangkau bantuan. “Desa ini terkena tsunami, lalu tanah juga turun. Rumah tidak ditinggali karena tenggelam air pasang kalau sore,” kata Rahmat, Senin (15/10).

Menurut data yang dikumpulkan sementara, terdapat 500 KK terdiri Dari warga Desa Tompe dan Lompio yang direlokasi karena rumah mereka benar-benar tidak bisa ditempati lagi. Sementara mereka mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.

Hal yang sangat menyentuh dan menjadi perhatian, beberapa hari yang lalu ada seorang ibu yang melahirkan anak kembar tiga. “Tadi  malam saya dengar dua dari tiga anak ini kesehatannya memburuk, lalu dikirim ke Palu,” ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola memperpanjang masa tanggap darurat bencana bempa bumi dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala selama 14 hari terhitung mulai tanggal 12-26 Oktober 2018. Keputusan itu diambil dalam rapat koordinasi yang melibatkan berbagai pihak terkait seperti Komando Tugas Gabungan dan Paduan (Kogasgab), BNPB, Kementerian Sosial, Walikota Palu, Bupati Sigi dan Bupati Donggala.

Rapat koordinasi dilakukan di Kantor Gubernur Sulawesi Tengah di Palu, Kamis (11/10). Perpanjangan masa tanggap darurat dilakukan untuk merespon kebutuhan penanganan pengungsi, distribusi bantuan logistik dan pembukaan jalan ke lokasi yang masih terisolasi.

[Anung]