Bersatu sebelum disapu

Sumbar.KabarDaerah.com-Beberapa waktu lalu muncul kabar bahwa China tengah menjalankan misi menguasai negara-negara lain lewat utang. Salah satu yang disebutkan adalah Indonesia.

Kabar itu muncul melalui tulisan Chinese Money Trap. Tak hanya Indonesia, negara-negara di Afrika juga disebut menjadi target China.

PEMBELAAN CHINA DARI TUDUHAN DUNIA

Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian pun menepis tanggap an itu. Dia menilai ada pihak yang memunculkan opini kerja sama China dengan negara lain dari sudut pandang negatif.

“Memang ada sebagian orang tidak tahu kondisi sebenarnya, tapi juga ada orang dengan sengaja memutarbalikkan fakta,” katanya kala berbincang dengan tim detikcom saat itu.

China telah memaparkan sejumlah bidang prioritas dan langkah-langkah yang akan diambil untuk beralih dari perekonomian terbesar kedua di dunia hingga menjadi pemimpin dunia dalam 15 tahun ke depan.
Kabar itu menyebutkan, bahwa untuk Indonesia utang China masuk melalui pembiayaan proyek infrastruktur. Dengan begitu, China bisa menguasai aset Indonesia lewat utang-utang tersebut.

Menjawab tanggapan itu Xiao memberikan data yang dimilikinya.

Menurut data itu China bukan pemberi utang terbesar di Indonesia.

“Obligator terbesar Indonesia bukan China, urutannya yang besar Singapura, Jepang, Amerika Serikat kemudian Bank Dunia.

  • Kalau Singapura US$ 66,497 miliar, US$
  • Jepang 29,428 miliar, AS US$ 22,467 miliar,
  • Bank Dunia US$ 17,78 miliar,
  • China hanya US$ 17,756 miliar,” rincinya.

Xiao melanjutkan, untuk utang pemerintah Indonesia paling banyak berasal dari Amerika Serikat (AS). Porsinya mencapai 12,64% dari total seluruh utang pemerintah Indonesia.

“Utang pemerintah Indonesia yang totalnya sebanyak US$ 194,355 miliar di antaranya AS mengambil porsi paling banyak sekitar 12,64% dengan US$ 24,39 miliar, kemudian Jepang, Jerman dan Prancis, utang terhadap China hanya US$ 1,695 miliar belum sampai 1%.

Dari situ, dia menyimpulkan bahwa anggapan China bisa menguasai Indonesia itu tidak masuk akal. “Yang disebut China menguasai Indonesia melalui utang atau investasi sama sekali tidak masuk akal,” tegasnya.

China bertekad untuk membuat berbagai terobosan penting dalam sejumlah teknologi utama dan inti.

China berencana menjalankan pembangunan yang berorientasi pada inovasi, dan menggarap beberapa proyek strategis di bidang kecerdasan buatan, informasi kuantum, integrated circuit, kehidupan dan kesehatan, ilmu otak, pembudidayaan, sains dan teknologi aerospace, serta eksplorasi deep Earth dan deep ocean. Hal-hal ini tercantum dalam teks lengkap proposal pembangunan Komite Sentral Partai Komunis China (CPC) yang dibuka untuk publik pada Selasa lalu.

Dilansir CGTN, Jumat (6/11/2020) Dokumen tersebut adalah proposal kepemimpinan CPC dalam rangka merumuskan Rencana Lima Tahun Ke-14 (2021-2025, Five-Year Plan/FYP) untuk Pembangunan Ekonomi dan Sosial di Tingkat Nasional serta Target-Target Jangka Panjang. Dokumen ini disahkan dalam sesi pleno kelima Komite Sentral CPC Ke-19 yang ditutup pada 29 Oktober.

Dalam pidato penjelasan tentang proposal tersebut, Xi Jinping, Sekretaris Jenderal Komite Sentral CPC, menekankan, China harus mengutamakan langkah-langkah untuk mempromosikan pembangunan berkualitas pada periode YFP Ke-14.

Untuk itu, China bertekad untuk memprioritaskan peran penting inovasi dalam modernisasi, serta membangun kemandirian sains dan teknologi. Keduanya menjadi penopang strategis bagi pembangunan nasional, seperti yang tercantum dalam proposal tersebut.

China akan meningkatkan sistem inovasi nasional dan mempercepat langkahnya untuk mengubah negara menjadi kekuatan sains dan teknologi, menurut proposal ini.

“Di satu sisi, kami akan meningkatkan keahlian dalam inovasi independen, sebab sejumlah teknologi utama dan inti tidak dapat dibeli,” ujar Wang Zhigang, Menteri Sains dan Teknologi.

“Lebih lagi, kami juga berharap untuk mempelajari pengalaman yang lebih mutakhir dari negera-negara lain, sekaligus membagikan sederet pencapaian sains dan teknologi Tiongkok kepada dunia, serta menyumbangkan ‘Kearifan Tiongkok’ guna mengatasi berbagai tantangan global,” lanjut Wang.

Barbados menjadi negara kesekian kalinya yang akan dikuasai perekonomiannya oleh China.

Pada 2019 lalu pemerintahan Barbados setuju bergabung dalam proyek One Belt One Road (OBOR) yang diprakarsai oleh Beijing.

OBOR sendiri merupakan jalur perdagangan yang membentang dari China dan akan berakhir di Bremen, Jerman.

OBOR akan menjamin keberlangsungan perekonomian China yang sebagian besar ditopang dari Ekspor mereka.

Namun tak semua negara setuju dengan OBOR karena menganggap China bisa memonopoli atau setidaknya menguasai operasional pelabuhan-pelabuhan penting sebagai roda ekonomi sebuah negara.

Untuk mempermulus langkahnya, China lantas membuat strategi agar negara-negara yang dilalui OBOR patuh kepadanya.

Cara culas itu dibongkar oleh Inggris dimana Three Lions menyebut China sedang memainkan Diplomasi Utang.

Mengutip Express, Selasa (29/9/2020) pada hakekatnya Inggris menjelaskan jika Diplomasi Utang awalnya dijalankan China dengan memberi bantuan dana berlimpah bagi negara miskin-berkembang.

Namun bantuan tersebut untuk membangun infrastruktur di pelabuhan dan jaringan rel kereta api berkecepatan tinggi.

Pinjaman tersebut menurut Inggris adalah jebakan utang, dimana negara yang tak sanggup bayar proyek yang bersangkutan akan dikuasai oleh China.

Laos menjadi contoh konkret akan langkah Diplomasi Utang ini.

“Ketika virus corona menghancurkan negara-negara berkembang, banyak yang mendapati diri mereka berada dalam kesulitan China sebagai akibat dari hutang besar yang mereka miliki,” kata seorang sumber Inggris dari Rumah Dinas PM Boris Johnson di Downing Street.

“Inisiatif OBOR adalah masterplan China yang ekspansionis – misalnya Beijing mendanai jalur kereta api berkecepatan tinggi di Laos yang biayanya setara dengan lebih dari seperempat PDB negara itu,”

“China melakukan ini dengan cara yang paling tidak transparan – memberikan pinjaman berbunga tinggi dan tidak berkelanjutan yang dijaminkan adalah sumber daya alam negara.”

“Mereka berada dalam bahaya karena dipaksa menjual generasi mendatang untuk memenuhi hutang mereka saat ini,” ujar sumber tersebut.

Seorang ahli diplomasi utang China, Charlie Robertson mengatakan jika cara ini pernah digunakan oleh Inggris era Victoria.

“China melakukan apa yang dilakukan Inggris di era Victoria – mengekspor tabungannya ke negara lain sebagai latihan dominasi global.”

“Ini pasti telah menyebabkan teori konspirasi tentang China yang berharap utang negara-negara itu gagal bayar, sehingga mereka dapat merebut infrastruktur penting di negara bersangkutan,” ujarnya.

Dikutip dari Daily Mail, saat ini Laos mempunyai utang ke China sebesar Rp 95 triliun dengan PDB mereka terkuras sebesar 26,1 persen.

Indonesia semakin bergantung terhadap Cina dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut dapat membawa akibat ekonomi dan politik yang negatif bagi negara ini.

Selama beberapa tahun terakhir, utang Indonesia kepada Cina naik cukup signifikan. Selain itu, Indonesia mulai meningkatkan penggunaan mata uang Cina, Yuan, dalam transaksi luar negerinya.

Kedua hal tersebut menghadirkan risiko yang perlu diantisipasi Indonesia agar tidak mengalami kasus seperti Sri Lanka yang harus kehilangan mayoritas sahamnya di sebuah proyek pelabuhan karena gagal membayar utang kepada Cina.

Upaya membatasi ketergantungan terhadap Cina penting juga untuk menjaga posisi tawar Indonesia dalam mengamankan wilayah di sekitar perairan Laut Natuna yang selalu diklaim sebagai milik Cina.

HUBUNGAN INDONESIA-CHINA

Selama masa kepemimpinan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, Cina telah menjadi salah satu investor terbesar Indonesia. Ini terlihat dari gencarnya pendanaan proyek-proyek infrastruktur berskala besar yang digalakkan oleh Cina di Indonesia sebagai bagian dari program Belt and Road Initiatives (BRI).

Pada peringatan 70 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Cina yang jatuh pada tahun ini, kedua negara telah sepakat untuk saling memperluas ikatan yang terjalin tidak hanya di bidang investasi dan perdagangan, tapi juga di bidang budaya. Bahkan, kerja sama Cina dan Indonesia juga merambah ke sektor kesehatan.

Cina telah berjanji untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia dalam memerangi COVID-19, termasuk mendukung rencana untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi vaksin buatan Cina.

Peran Cina yang semakin kuat dalam perekonomian Indonesia membuat beberapa pengamat percaya bahwa Indonesia dibuat semakin tergantung kepada Negeri Tirai Bambu tersebut.

IMPLIKASI EKONOMI

Perlu digarisbawahi bahwa nilai utang Indonesia kepada Cina telah mencapai besaran yang cukup mengkhawatirkan, yaitu US$ 17,75 miliar pada 2019, atau meningkat 11% dibandingkan pada 2017.

Jumlah utang tersebut diperkirakan akan semakin menggelembung seiring dengan masuknya proyek-proyek BRI yang sudah ditandatangani. Hal ini membuat banyak ahli khawatir karena akan meningkatkan risiko Indonesia gagal bayar, seperti yang terjadi pada Sri Lanka.

Sri Lanka membangun pelabuhan Hambantota senilai US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 18 triliun dengan pinjaman dari China Harbour Engineering Company dan Sinohydro Corporation. Pelabuhan tersebut akhirnya dibuka pada 2010, tapi pemerintah Sri Lanka mengalami kesulitan dalam melunasi utang karena proyek itu mengalami kerugian besar. Ditambah dengan proyek-proyek pembangunan infrastruktur lain yang didanai oleh Cina, Sri Lanka kini terjebak dalam utang dengan besaran yang fantastis, yakni US$ 8 miliar.

Karena utang yang demikian besar itu, pemerintah Sri Lanka terpaksa menyerahkan sebagian besar saham pelabuhan tersebut kepada Cina. Pada akhirnya, Cina akhirnya sekarang memegang 70% saham di pelabuhan Hambantota.

Pengalaman Sri Lanka ini memunculkan spekulasi bahwa Cina sengaja merencanakan “diplomasi perangkap utang” melalui pembebanan kredit yang berlebihan dengan dugaan berniat untuk mengeksploitasi ekonomi dari negara pengutang.

Persyaratan pinjaman dari Cina untuk proyek BRI juga menjadi pertanyaan bagi para ahli ekonomi. Pasalnya, pencairan pinjaman untuk setiap proyek BRI mewajibkan negara mitra untuk membeli 70% bahan baku dari Cina dan mempekerjakan para pekerja Cina. Kebijakan yang lebih memihak pada investor Cina ini tentunya akan semakin memberatkan pelaku industri lokal.

Selain itu, perjanjian antara kedua negara yang mendorong penggunaan mata uang Cina dan Indonesia dalam transaksi luar negeri Cina dan Indonesia juga akan mendatangkan risiko besar bagi Indonesia.

Salah satu alasan mengapa kesepakatan tersebut dapat berakibat negatif pada kestabilan ekonomi Indonesia adalah karena Cina sering mendevaluasi mata uangnya. Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan devaluasi dilakukan oleh Cina dengan tujuan melindungi ekonominya. Pada 2019, misalnya, Cina mendevaluasi Yuan untuk membuat barang-barang produksi Cina lebih murah akibat dampak negarif dari perang dagang dengan Amerika Serikat.

Ketika Yuan didevaluasi, produk Cina akan menjadi lebih murah dan kompetitif di pasar internasional. Jika Indonesia mulai intensif menggunakan Yuan sebagai konsekuensi atas perjanjian di atas, barang impor dari Cina bisa membanjiri pasar lokal karena harganya yang murah dan ini dapat menghantam pasar domestik.

Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia juga sudah memperingatkan dampak negatif terhadap semakin bergantungnya Indonesia terhadap Cina. Dia mengatakan bahwa penurunan 1% dalam pertumbuhan ekonomi Cina akan turut membawa penurunan sebesar 0,3% bagi Indonesia.

IMPLIKASI POLITIK

Terlepas dari implikasi ekonomi, ketergantungan Indonesia yang semakin meningkat pada Cina juga akan mengakibatkan dampak politik yang serius pula. Sebagai contoh, kondisi tersebut dapat menyebabkan Indonesia kesulitan untuk memberikan perlawanan yang tegas atas Cina yang semakin agresif di Laut China Selatan.

Dilaporkan bahwa kapal-kapal penangkap ikan dari Cina sering masuk tanpa izin ke wilayah Indonesia di Laut Cina Selatan.

Namun, ketergantungan Indonesia pada Cina dapat menghalangi pemerintah untuk bertindak tegas karena pemerintah enggan kehilangan mitra dagang dan salah satu sumber investasi terbesar negeri ini.

Pada sisi lain, hubungan Cina dan Indonesia yang semakin intensif ini juga telah meningkatkan sentimen anti-Cina di Indonesia. Isu ini sesungguhnya telah mengakar kuat di negara ini sejak abad ke-19.

Secara historis, diskriminasi sosial yang dialami oleh penduduk Indonesia keturunan Cina bersumber dari rasa kecemburuan masyarakat “pribumi” atas kesuksesan dan kekayaan bisnis golongan masyarakat yang dianggap sebagai pendatang.

Sampai akhirnya kemudian pemerintahan Orde Baru pada akhir 1960-an memanfaatkan isu ini secara politis dengan tujuan untuk sepenuhnya menghapuskan pengaruh komunis di Indonesia. Namun demikian, konflik ini belum selesai.

Meningkatnya pengaruh Cina ke Indonesia dikhawatirkan akan semakin menyulut sentimen anti-Cina.

Penduduk lokal memiliki ketakutan bahwa pekerja Cina yang datang akibat dari perjanjian di atas akan mengambil pekerjaan mereka. Kekhawatiran tersebut memicu berbagai protes di seluruh Indonesia, terutama di daerah yang menjadi lokasi proyek-proyek yang didanai Cina.

Sentimen anti-Cina ini tidak bisa dianggap sebelah mata saja. Pasalnya, salah satu kelompok teroris ISIS di Indonesia terus meluncurkan kampanye anti-Cina di media sosial mereka selama pandemi.

Pada saat yang sama, ketergantungan Indonesia pada Cina dapat menjadi bumerang karena berpotensi melukai prinsip politik luar negeri bebas dan aktif yang selalu menekankan netralitas dalam menerapkan kebijakan luar negerinya.

Hal ini juga berpotensi menodai reputasi Indonesia dalam politik global karena tidak melaksanakan prinsip yang dianutnya.

APA YANG HARUS DILAKUKAN …?

Indonesia harus mengurangi ketergantungannya pada Cina.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan diversifikasi kerja sama internasional.

Negara-negara Teluk yang kaya akan sumber minyak dunia bisa menjadi alternatif pilihan yang baik, terutama karena mereka juga telah lama mengincar untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Indonesia sebagai pengejawantahan kebijakan mereka yang diberi nama “Look-East Policy”.

Pada saat yang sama, pemerintah pun perlu memastikan bahwa keikutsertaan Indonesia pada proyek BRI Cina tidak mengalami kerugian seperti yang terjadi pada Sri Lanka.

Bagaimana tidak, langkah pertama Cina beli seluruh saham BUMN. termasuk tiga ank besar indonesia Mandiri,BRI dan BNI katakanlah dengan harga tertentu.

Kemudian, BUMN seperti Waskita melaksanakan pekerjaan mulai dari pembebasan lahan, Pra-kontruksi, perencanaan, dan pelaksanaan, sampai kepada pemasarannya.

Ketika waktu yang dibutuhkan, sudah diluar rencana awal, tentu harga akan berubah menjadi lebih tinggi, sedangkan kebutuhan pasar tidak sesuai dengan keadaan yang ada.

Akhirnya BUMN seperti waskita, akan merugi, kitika itu Investor china akan masuk menyapu semua saham yang ada dengan harga sangat rendah.

Maka diasat itu terbuktilah semua tulisan yang mengingatkan kita akan penjajahan gaya baru.

Salah satu strategi untuk menghindari kemungkinan jebakan utang adalah dengan menegosiasi ulang dengan Cina mengenai syarat dan ketentuan proyek-proyek pembangunan infrastruktur tersebut.

Pemerintah Indonesia harus belajar dari Malaysia mengenai hal ini. Setelah dihadapkan pada pilihan untuk menegoisasi ulang atau membayar biaya penghentian proyek sekitar US$ 5,3 miliar, Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, memutuskan untuk bernegoisasi dengan Beijing.

Pada akhirnya, Malaysia sukses membuat perjanjian ulang dengan total nilai biaya proyek yang dikurangi. Walau Malaysia masih perlu mengambil pinjaman dari bank Cina untuk mendanai proyek tersebut, tapi jumlahnya berkurang dari kesepakatan awal.

Pemerintah harus menyadari bahwa Cina sesungguhnya lebih membutuhkan Indonesia daripada sebaliknya.

Hal ini karena Indonesia memegang posisi kunci yang sangat strategis dalam implementasi BRI.

Proyek ambisius milik Cina tersebut harus melewati wilayah maritim Indonesia dan Cina tidak dapat merampungkan proyek tersebut tanpa melibatkan Indonesia.

Artikel ini ditulis bersama dengan Yeta Purnama, mahasiswi Universitas Islam Indonesia.

Indrawan sebagai ketua LSM KOAD, mengingatkan masyarakat Indonesia pada umumnya, atau setidak tidaknya Masyarakat Nagari Ranah Minang.

 

KITA HARUS PEDULI

Coba rasakan, sebenarnya kita sudah dan sedang dijajah secara ekonomi, dan sekarang sedang berproses ke tahap berikutnya.

Kedepan kita akan dijajah melalui berbagai hal, seperti, kita tidak bisa menikmati sumber daya alam kita. seluruh izin dari pusat. pusat mereka kuasai.. EEEEEnnnaaak tenaaaaan!!!!!

Aturan dan undang Undang akan dibuat sedemikian rupa, hingga sebagai pemilik negeri ini, kita harus melalui proses yang berbelit untuk melakukan usaha terutama pertambangan.

Kita akan di adu domba, seperti ratusan tahun lalu. kita akan berperang dengan bangsa sendiri. terkadang kita harus berhadapan dengan Aparat TNI dan Polisi.

Kita dibuat harus berhadapan dengan Negara kita sendiri. Sehingga akan timbul kebencian kepada yang kita sebut LONDO IRENG

Terakhir, kita akan dijajah 100%, artinya kita tidak akan punya kebebasan lagi, dalam berbagai hal termasuk beragama.sebagai contoh kita bisa saksikan Uighur hari ini.

Beredar Pernyataan Diduga James Riyadi: 10 Tahun Mendatang, Rakyat China Akan Eliminasi Pribumi RI

(sumber IDNBC.com)

Belum lama ini beredar sebuah pernyataan dari (diduga) James Riyadi yang mengungkapkan bahwasanya rakyat China akan mengeliminasi pribumi Indonesia.Ya, dalam narasi yang beredar, eksistensi rakyat China disebut akan terus meningkat hingga dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, keberadaan pribumi akan tergerus.

Adapun pernyataan tersebut diunggah oleh akun Facebook “Informasi Kegubernuran 9 Naga”, seperti dikutip dari terkini.id pada Kamis, 6 Mei 2021.

Sebagai pembuka, tertulis nama James Riyadi beserta tajuk tulisan

“Eksistensi Rakyat China di Indonesia akan mengeliminasi pribumi Indonesia dalam kurun 10 tahun mendatang”.

Lantas, bagaimana pernyataan lengkapnya?

Hebatnya China, Mereka yang kena Covid kali pertama, justru Indonesia yang berantakan.

Pandemi Covid-19 membawa keberuntungan bagi Rakyat China. Migrasi besar-besaran rakyat RRC menuju Indonesia aman dan terkendali. justru kita yang dibatasi.

Selama masa pandemi, dimulai akhir tahun 2019 – 2020 – 2021 terdapat 1.238 penerbangan dari RRC tujuan Indonesia melalui bandara-bandara internasional maupun bandara-bandara kecil di seluruh wilayah Indonesia.

Sementara 933 kapal-kapal besar dan sedang telah sukses membawa para emigran melalui pelabuhan-pelabuhan besar dan pelosok di Indonesia.

Program presiden Jokowi pada tahun 2014 yaitu membuka 10 juta lapangan kerja bagi rakyat China telah melebihi kuota.

Hingga tahun 2021 ini melampaui 17 juta rakyat China telah berdiam di seluruh pelosok-pelosok wilayah Indonesia.

125 perusahaan konglomerasi 9Naga menjamin kesejahteraan seluruh emigran beserta keluarganya untuk menetap dan menjadi WNI.

“Eksistensi Rakyat China akan mengeliminasi pribumi Indonesia dalam kurun 10 tahun mendatang.”

Hanya saja, hal itu tak akan terlalu menakutkan bagi pejihad fisabillillah. mereka akan tenang-tenang saja menghadapi semuanya ini. toh yang mereka harapkan adalah berjuang dan berjihad.

Lain halnya bagi orang yang ragu-ragu, setengah yakin akan kehidupan akhirat, yang tidak yakin akan kembali kepada ALLAH SWT, mereka akan gundah menghadapi semua ini.

Namun selayaknya, kita sebagai warga negara yang mencintai negeri ini.

Kita harus mempertahankan negeri kita dari rencana mereka. tetap berusaha, agar kita keluar dari cengkeraman LONDO ITEM, penjajah sudah didepan mata. Indikasinya sudah nyata.

Seperti tenaga kerja china yang masuk negeri ini adalah tentara merah China. lengkap dengan fasilitasnya pendukungnya.

Program negara saat ini sampai tahun 2014 yaitu membuka 10 juta lapangan kerja, sudah berhasil, bahkan lebih.

Namun Lapangan tersebut bukan buat kita, tapi bagi rakyat China.

Hingga tahun 2021 ini melampaui 17 juta rakyat China telah berdiam di seluruh pelosok-pelosok wilayah Indonesia, dan akan terus bertambah setiap saat.

125 perusahaan konglomerasi 9Naga menjamin kesejahteraan seluruh imigran beserta keluarganya untuk menetap dan menjadi WNI selamanya.

Sementara, Kita masih sibuk berpecah pecah, mencaci sesama anak bangsa, saling meniadakan, saling berbunuhan.

Coba kita perhatikan, paling tidak 80% tanah kita sudah dikuasai mereka, ekonomi kita sudah sangat tergantung dengan mereka.

Dahulu…

TITANIC karam bukan karena masalah teknologi murahan atau besi kapal yang dipakai kurang bagus.

TITANIC Karam karena Nakhoda dan Kapten kapal tidak mengindahkan peringatan dari berbagai pihak. sehingga terjadilah peristiwa yang pasti tidak diingikan oleh penumpang kapal tersebut.

LIHAT KEJADIAN

Dikutip:

Dari situ, dia menyimpulkan bahwa anggapan China bisa menguasai Indonesia itu tidak masuk akal. “Yang disebut China menguasai Indonesia melalui utang atau investasi sama sekali tidak masuk akal,” tegasnya.

Jawaban:

dengan hutang pemerinytah akan menyerah, akhirnya SDA kita jual murah, kita akan dipersusah untuk berusaha, kita akan miskin, mau tak mau kita terpaksa jadi budak, pilihannya dari pada tidak makan, dan kelaparan.

Lalu coba perhatikan indikasi berikut. Apakah sudah kita saksikan kejadian dengan indikasi yang berpotensi seperti dibawah ini:

  1. Miskinkan pribumi dengan SISTEM negara melalui UU atau aturan negara
  2. Jauhkan umat dari agamanya
  3. Campur adukan ajaran agamanya
  4. Politik adu domba/ benturkan sesama pribumi
  5. Rusak generasi muda dengan Narkoba
  6. Racuni pribumi melalui produk sacset
  7. Sesatkan pribumi melalui media
  8. Rusak wanita dengan uang dan sex
  9. Kriminaliasasi ulama dan ummat
  10. Fitnah ulama di media
  11. Kriminalisasi lawan politik
  12. Jadikan pribumi budak
  13. Tutup kebenaran dengan pengalihan issue
  14. Sibukkan mereka dengan pengalihan issue
  15. Viralkan tokoh yang merusak mindset cara berfikir
  16. Putar balikkan sejarah
  17. Sebarkan doktrin yang membanggakan cina
  18. rusak akun yang menyuarakan kebenaran
  19. Kusai Politik,pemerintah,eksekutiv,yudikatif,tanah dan rumah
  20. kuasai pasar, agen, distributor sampai ke pengecer
  21. Kuasai Dunia perbankkan,Keuangan, dan Jaringan Internet.

 

SEKARANG, APA MAU KITA…?

  1. Berusaha dengan Ihktiar, tetap kita lakukan.
  2. Jangan tunggu esok, apa yang bisa dilakukan hari ini.
  3. Jangan pernah menyesali apa yang terjadi, sesalilah hari ini, saat masih ada waktu.
  4. Bangkitlah, bersatulah, singkirkan seluruh penghalang, yang akan menggerogoti kita.
  5. Pengkhianat adalah penyebab kekalahan, suatu saat bernafaspun kita harus membayar.

SOLUSI… Bersatu!!!,

Apa yang bisa mempersatukan kita,..? sedangkan kita sedang dipecah pecah.

Jawabnya adalah: Hanya Iman Islam yang dapat mempersatukan manusia dari seluruh pelosok dunia ini. Singkirkan, Enyahkan perbedaan. satukan Iman kita.

Perbaiki iman kita, satukan iman., Luruskan iman lillahi Ta’ala, tujuan hidupkita kita hanya kembali kepada Allah SWT Tuhan semesta Alam.

Buktikan bahwa kita hanya bertaqwa kepada Allah SWT, kita hanya tunduk dan patuh kepada Allah, bukan yang lain.

Menjalankan perintah Tuhan dan meningalkan seluruh larangan nya, itulah jalan yang Benar.

Iman Islam inilah yang akan membuat kita sampai kepada yang dituju, ALLAH SWT semata mata.

Tulisan ini dirangkum dari berbagai sumber.