Menanti Saatnya Tiba Antasari, Anas, Angie dan Nazarudin Bersuara

Ditulis Oleh : Saiful Huda Ems

Lawyer dan Pemerhati Politik

 

Entah apa yang akan terjadi nanti pada Trio Cikeas ketika pada saatnya nanti Antasari, Anas, Angie dan Nazarudin tampil ke publik dan kompak membongkar kejahatan tersembunyi yang dilakukan oleh Mafioso Cikeas terhadap mereka ketika masih membintangi Drama Korupsi Besar dimasa kejayaan Sang Mafioso Cikeas.

Yang jelas, dengan banyaknya saksi-saksi kunci beberapa peristiwa korupsi besar dimasa kejayaannya yang mati secara misterius, nampaknya membuat mereka sangat ketakutan untuk bersuara sesegera mungkin tentang hal yang sebenarnya terjadi.

Harus diakui, Partai Demokrat memang sangatlah fenomenal dari sejak awal berdirinya hingga sampai saat ini. Jika pada awal berdirinya Partai Demokrat yang didirikan oleh politisi-politisi briliant itu sukses besar menggebrak panggung perpolitikan Indonesia dan sanggup mengantarkan bintang tamunya (SBY) sebagai pemimpin nasional, maka pada akhirnya setelah itu, satu persatu para pendiri partai yang briliant dan berjumlah 99 orang itu “dihabisi” oleh Sang Bintang Tamu yang akhirnya mengklaim sebagai pendiri utama selain almarhum Vincent Rumangkang.

Tragisnya sebelum hal itu dilakukan, Sang Mafioso Cikeas ini telah menjalankan sekenario besar, tersembunyi dan sangat berbahaya, yakni melakukan aksi korupsi besar-besaran yang membuat puluhan proyek strategis nasional pada masa kejayaannya kini mangkrak dan operator-operator politiknya dilemparkan ke penjara serta sebagiannya lagi mati secara misterius.

Luar biasa, sangat luar biasa, inilah Tragedi Korupsi terbesar sepanjang sejarah Indonesia merdeka, yang hingga seorang besan penguasa negarapun turut menjadi korban dari sebuah skenario dan strategi korupsi Sang Mafioso yang membabi buta.

Masa kejayaan sang Mafioso itu telah berlalu setelah ia terlempar dari panggung politik nasional, lalu anak kecil dan yang masih ingusan itupun dimunculkannya untuk menjadi calon pemimpin nasional dengan terlebih dahulu dijadikannya “raja kecil” di partai politik hasil jarahannya. Latihan korupsi demi korupsi melalui partai politiknya pun dilakukannya. Keharusan mempersembahkan upeti untuk memperkokoh dan memegahkan Dinasti Politiknya, mulai dari para pengurus partainya dari tingkatan DPD (Provinsi) hingga DPC (Kabupaten/Kota) membuat banyak anak buah Sang Mafioso di berbagai daerah, satu persatu tertangkap tangan oleh KPK RI

Kezaliman yang dilestarikan dan diagungkan oleh Mafioso Cikeas dan para pemujanya ini mulai membuat gerah dan geram para komplotannya sendiri yang satu persatu mulai tersingkir oleh mekanisme Musda dan Muscab partainya yang tidak demokratis. Mereka-mereka yang sudah merasa berpuluh tahun setor upeti ke Sang Mafioso Cikeas menjadi geram karena tiba-tiba mereka dicoret oleh DPP dan digantikan oleh kader lainnya yang sebenarnya sudah dikalahkannya dalam perhelatan Musda dan Muscab. Tragisnya pencoretan nama-nama mereka itu melalui mekanisme fit and proper test yang dilakukan stelah pemilihan ketua DPD/DPC dalam Musda/Muscab.

Jadi inilah lelucon demokrasi ala Trio Cikeas, fit and proper test untuk para calon Ketua DPD/DPC dilakukan tidak pada saat menjelang atau sebelum Musda/Muscab melainkan setelah Musda/Muscab, lalu apa artinya Musda/Muscab apabila keputusan-keputusannya tidak diterimah oleh DPP yang diketuai oleh pewaris utama Dinasti Cikeas, yakni AHY?. Itu kita baru membahas soal kejahatan korupsi dan demokrasi Mafioso Cikeas, belum lagi kita membahas kejahatan ideologis Mafioso Cikeas yang jauh lebih membahayakan lagi bagi negara ini, yakni dijadikannya Partai Demokrat sebagai bunker para pemberontak ideologi negara.

Siapapun yang melek politik di negeri ini tentunya tau, bahwa Partai Demokrat pimpinan Trio Cikeas selama ini telah dijadikan bunker tempat persembunyian para kelompok radikalis intoleran yang kecewa pada Gerindra dan PKS. Mereka yang semula menginginkan Gerindra dan PKS menjadi pemberontak Pemerintahan Jokowi, namun yang terjadi malah Prabowo merapat ke Jokowi dan PKS malah terbelah dua dengan munculnya Partai Gelora. Maka mereka tiba-tiba ingat dengan Sang Penyeru Lebaran Kuda, dan yang pernah nyaris sukses besar membenturkan ummat Islam garis keras dengan kaum nasionalis yang mendukung Jokowi dan Ahok.

Sang Penyeru Lebaran Kuda alias Mafioso Cikeas sangat sadar akan potensi gelombang perlawanan dahsyat kelompok-kelompok radikalis intoleran itu terhadap Pemerintahan Jokowi, maka ia rawat terus menerus kekuatan politik demikian untuk suatu ketika kembali ia benturkan. Namun kemungkinan besar takdir akan berkehandak lain, dengan keluarnya Antasari Azhar, Nazarudin, Anggelina Sondakh dan nantinya akan diikuti oleh keluarnya Anas Urbaningrum dari penjara, mereka berempat akan bersuara dan menciptakan gelombang kejut yang dahsyat dan akan mampu memporak porandakan benteng politik Dinasti Cikeas. Tunggu saja !…