Ajaran Islam Menuju Kesempurnaan.

Sumbar.KabarDaerah,com– Mulai dari Nabi Adam AS sampai kepada Nabi Muhammad SAW Tuhan telah menurunkan firman NYA secara berangsur-angsur sampai memcapai titik kesempurnaan.

Jika kita mengakui Firman Tuhan hanya sampai kepada Nabi MUSA AS atau sampai Nabi ISA AS maka dipastikan kita tidak akan mencapai kesempurnaan.

Karena kesempurnaan hanya setelah Firman ALLAH SWT kepada Nabi Muhammad SAW dinyatakan cukup dan ISLAM dinyatakan sebagai DIINnya Nabi dan Rasulullah (Muhammad SAW) terakhir.

Ajaran Nasrani yang diturunkan kepada Nabi ISA AS adalah ajaran CINTA KASIH, sedangkan ISLAM memiliki ajaran KASIH SAYANG.

Dari dua kata diatas jelas bahwa ajaran ISLAM melalui Nabi Muhammad SAW adalah ajaran yang telah disempurnakan oleh /ALLAH SWT TUHAN SEMESTA ALAM.

 

KENAPA SEBAGIAN KITA ENGGAN MENERIMA AJARAN ISLAM

Penyebabnya adalah:

 

Karena saat kejadian manusia pertama, AZAZIL/IBLIS telah berjanji dengan TUHAN bahwa dia akan menggoda manusia sampai hari Qiamat kelak dan hal itu di setujui oleh TUHAN sampai sampai Azazil diberi gelar IBLIS.

  1. Pertama, AZAZIL akan berusaha menghalangi agar Manusia tidak menerima jalan yang lurus yang diamanatkan TUHAN melalui FIRMANNYA dalam AL KITAB terdahulu sampai kepada AL QUR’AN
  2. Kedua, Sebab kedua adalah tentang kejadian kita, pada masa awal kejadian telah disuratkan bahwa Jumlah Nabi 124.000 orang dan Nabi dan Rasul yang wajib diketahui adalah 25 Orang. maka sebagai waris dari kenabian seharusnya kita tidak terlalu sulit ketika disampaikan kebenaran.
  3. Namun, Hal demikian adalah sebuah potensi yang dikandung oleh diri manusia itu sendiri. Takdir kita tergantung dari usaha kita sendiri, seberapa usaha yang telah kita lakukan
  4. Lingkungan, Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masing masing kita, terutama manusia yang lemah imannya.

 

Garis Besar Risalah Islam: Pokok-Pokok Ajaran Islam

Garis Besar Risalah Islam terkandung dalam pokok-pokok ajaran Islam, yakni meliputi iman, islam, ihsan atau akidah, ibadah/syariah, dan mu’amalah.


SECARA garis besar, risalah atau ajaran agama Islam meliputi ajaran tentang sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan), sistem ritus (tata peribadatan), dan sistem norma (tata kidah atau tata aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam lain).

Garis Besar Risalah Islam itu terkandung dalam pokok-pokok ajaran islam yang diklasifikasikan dalam ajaran tentang:
A. Akidah/Iman
B. Syari’at/Islam
C. Akhlak/Ihsan.

Akidah, Syariat, dan Akhlak dalam Risalah Islam merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

A. AKIDAH/IMAN

Di bidang akidah, Risalah Islam mengajarkan kepercayaan atau keimanan terhadap enam hal berikut yang dikenal dengan sebutan Rukun Iman (Arkan al-Iman).

(1) Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang menciptakan dan mengatur seluruh alam semesta (tauhid rububiyah) dan satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan dipatuhi ajaran-Nya (tauhid uluhiyah).

(2) Para Malaikat-Nya, antara lain Jibril sebagai penyampai wahyu, Mikail sebagai penyampai rezeki, Israfil sebagai peniup sangkakala tanda kiamat, Azroil sebagai pencabut nyawa, Munkar dan Nakir sebagai penanya di Alam Kubur, Rakib dan Atid sebagai pencatat amal baik dan buruk manusia, Malik sebagai penjaga neraka, dan Ridwan sebagai penjaga surga.

(3) Kitab-Kitab-Nya, yakni Kitab Zabur yang diturunkan pada Nabi Daud, Taurat (Nabi Musa), Injil (Nabi Isa), dan Al-Quran (Nabi Muhammad).

(4) Para Rasul-Nya sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad sebagai pembawa agama wahyu bagi manusia.

(5) Hari Akhirat, yakni alam kehidupan sesudah mati atau setelah hancurnya alam dunia beserta isinya yang merupakan alam kekal.

(6) Qodho dan Qodar (Takdir), yakni ketentuan Allah tentang segala hal bagi manusia dan makhluk lain.

“Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan Hari Akhir, serta percaya kepada ketetapan Allah (takdir), baik yang bagus maupun yang buruk” (H.R. Muslim dari Umar).

Keimanan terhadap enam hal tersebut harus ditindaklanjuti dengan amal atau tindakan nyata dan bersikap memegang teguh (istiqomah) keimamannya itu.

“Iman itu meyakini dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan” (H.R. Muslim).

“Katakanlah, Aku beriman kepada Allah kemudian pegang teguh (istiqamah) keimanan itu”

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap lurus (istiqamah) dalam keimanannya, niscaya turun kepada mereka malaikat menyampaikan pesan kepada mereka bahwa janganlah kalian takut dan bersedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian!” (Q.S. Fushilat:30).

B. Syari’at/Islam

Di bidang syari’at, Risalah Islam mengajarkan tatacara beribadah yang meliputi:
(a) Hubungan langsung dengan Allah SWT (hablum minallah)
(b) Hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).

Hablum minallah dikenal pula dengan sebutan ibadah mahdhah, yakni ibadah shalat, zakat, puasa, dan haji.

Hablum minannass dikenal dengan sebutan ibadah ghair mahdhah dan mu’amalah, meliputi ajaran tentang aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum, keluarga, dan aspek kehidupan duniawi lainnya.

Ibadah mahdhoh disebut pula lima pondasi Islam (Rukun Islam, Arkanul Islam), yakni ikrar syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Dengan kelima hal itulah keislaman seseorang dibangun.

“Islam itu dibangun oleh lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan beribadah haji” (H.R. Bukhori dan Muslim),

Ibadah ghair mahdhoh atau mu’amalah meliputi dua hal:
(a) Al-Qanunul Khas (Hukum Perdata) meliputi mu’amalah hukum niaga, munakahat (hukum nikah), waratsah (pewarisan), dll.

(b) Al-Qanunul ‘Am (Hukum Publik) meliputi jinayah (hukum pidana), khilafah (hukum negara), jihad (hukum perang dan damai), dan sebagainya. Di dalam hukum publik ini juga termasuk konsep-konsep sosial, ekonomi, budaya, dan politik Islam.

C. Akhlak/Ihsan.

Di bidang akhlak, Islam mengajarkan pedoman sikap mental atau budi-pekerti dalam bergaul atau berhubungan dengan Allah SWT sebagai Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya. Bahkan, bidang akhlak ini menjadi sasaran inti misi Islam, sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad dalam sebuah haditsnya, “Sesungguhnya aku diutus (Allah SWT) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Akhlak adalah penentu baik-buruk perilaku seseorang. “Penentu” itu adalah ada atau tiadanya kesadaran dalam diri seseorang tentang pengawasan dari Allah atas segala perilakunya. Sebagaimana disebutkan dalam Nabi Saw ketika mendefinisikan ihsan:

“(Ihsan adalah) kamu berbakti kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka (yakinlah) bahwa Allah melihatmu” (H.R. Bukhori dan Muslim).

Akhlak dalam Risalah Islam meliputi:
(a) Akhlak terhadap diri sendiri, yakni bagaimana kita memperlakukan diri sendiri dalam menjalani hidup ini.
(b) Akhlak terhadap Allah, yakni bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap Alllah SWT.
(c) Akhlak terhadap sesama manusia, yakni tata cara bergaul dengan sesama manusia.
(d) Akhlak terhadap alam semesta, yakni bagaimana seharusnya kita memperlakukan flora dan fauna, termasuk sikap kita terhadap makhluk-makhluk gaib (jin, setan, dan malaikat). Wallahu a’lam. (www.risalahislam.com).***

garis besar ajaran islam

Akhlak dalam Risalah Islam meliputi:
  1. Akhlak terhadap diri sendiri, yakni bagaimana kita memperlakukan diri sendiri dalam menjalani hidup ini.
  2. Akhlak terhadap Allah, yakni bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap Alllah SWT.
  3. Akhlak terhadap sesama manusia, yakni tata cara bergaul dengan sesama manusia.
  4. Akhlak terhadap alam semesta, yakni bagaimana seharusnya kita memperlakukan flora dan fauna, termasuk sikap kita terhadap makhluk-makhluk gaib (jin, setan, dan malaikat). Wallahu a’lam.

Referensi:
Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, Pustaka Bandung, 1978.
Drs. Nasruddin Razak, Dienul Islam, Al-Ma’arif Bandung, 1989

(sebagian dikuti dari www.risalahislam.com). (Tim)