Partisipasi Dan Peran Perempuan Dalam Dunia Politik

Sumbar.KabarDaerah.com

Oleh: Fauziyyah Azizah
Mahasiswi Ilmu Politik, Universitas Andalas

Keterlibatan seorang perempuan dalam dunia politik sangatlah tinggi, Namun terdapat kesenjangan dalam pembagian kerja antara hak politik, posisi perempuan dengan hak politik dan posisi laki-laki.

Perempuan banyak mengemban tugas dibanding laki-laki, sedangkan posisi perempuan hanya sebagai anggota.

Perempuan dalam suatu jabatan hanyalah dianggap sebagai pelengkap, cara pandang perempuan dalam dunia politik inilah yang menjadi budaya hingga saat ini.

Seharusnya, perempuan yang berkeinginan  terjun ke dunia politik, jangan langsung merasa puas hanya dengan menjadi anggota serta mengerjakan tugas-tugas administratif.

Sebaliknya, perempuan harus berupaya keras untuk mencapai tingkatan (hierarki) dalam partai politik, menuju posisi yang lebih membutuhkan tanggung jawab.

Perempuan dalam berpolitik tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga untuk meningkatkan harga diri perempuan dalam komunitas partai politik.

Berikut kendala yang dialami perempuan dalam beraktivitas di dunia politik indonesia

Dapat dibedakan serta dilihat dari dua kategori besar yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Yang berasal dari dalam diri perempuan itu sendiri, seperti kepercayaan diri masih kurang untuk masuk ke ruang public, keterampilannya masih belum terasah dengan baik dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal,

Yang berasal dari lingkungan luar seperti:

  1. Adanya pembagian kerja yag sama antara perempuan dan laki-laki dalam dunia politik
  2. Adanya pembagian kerja yang sama antara wilayah privat/domestik dengan wilayah publik
  3. Budaya patriarki, dimana perempuan dalam suatu jabatan hanya dianggap sebagai pelengkap
  4. Stigmatisasi/pelabelan, stigma antara posisi laki-laki dan perempuan di ranah politik belum memadai
  5. Konstruksi sosial, anak perempuan yang baru lahir, barang-barangnya diidentikan dengan warna pink
  6. Persoalan budaya, Perempuan tidak perlu sekolah tinggi karena akhirnya tetap ke dapur juga
  7. Bias gender, lebih mengutamakan laki-laki daripada perempuan
  8. Tafsir agama, dimana pemimpin adalah seorang laki-laki
  9. Pendidikan, dengan menempuh pendidikan tinggi, maka posisi yang didapatkan dalam partai akan lebih tinggi
  10. Pekerjaan, pekerjaan seorang perempuan dinilai mengganggu, aktifitas politik Kekeluargaan, memperoleh jabatan melalui hubungan kekeluargaan. Untuk mencegah terjadinya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki.

 

Dilihat dari faktor internal:

  1. Dengan mengedepankan pemikiran bahwa dari sisi kemampuan fikiran, perempuan bisa setara dengan laki-laki, bahkan lebih tinggi.
  2. Berusaha menyamakan garis start dengan laki-laki
  3. Menumbuhkan kesadaran akan hak dan kewajiban perempuan
  4. Mengasah keterampilan
  5. Selalu aktif berempati di ruang publik
  6. Menjauhkan diri dari rasa tidak percaya pada diri/selalu mengandalkan orang lain
  7. Menghilangkan pandangan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah

Dilihat dari faktor eksternal:

  1. Meminta pemerintah untuk melakukan aksi nyata dalam memulihkan hak perempuan
  2. Mendesak pemerintah mengesahkan aturan-aturan tertulis untuk melindungi hak-hak perempuan
  3. Memberantas adanya pembagian kerja yang selalu menempatkan perempuan pada posisi lemah
  4. Tidak hanya memandang perempuan dari segi pisik tetapi juga harus memandang perempuan dari sisi kemampuan/kapasitas dan kwalitas.

Demikian, pandangan saya sebagai penulis tentang partisipasi dan peran perempuan dalam dunia Politik (ditulis oleh Fauziyyah Azizah).