KabarDaerah.com – Hari Ulang Tahun ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT ke-79 RI) akan diperingati pada 17 Agustus 2024. Untuk merayakan momen bersejarah ini, banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyalakan semangat persatuan dan patriotisme, salah satunya adalah dengan membagikan kata-kata kemerdekaan di media sosial.
KabarDaerah, untuk memperingati HUT Kemerdekan tersebut adalah dengan mengutip puisi dan berita dan pembukaan UUD1945.
Dalam Pembukaan UUD 1945, dapat kita lihat kembali, PEMBUKAAN (Preambule)
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan Rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ketika Realisasi kemerdekaan tersebut tidak sesuai dengan pembukaan Undang Undang dasar 1945. Untuk apa upacara Kemerdekaan yang kita peringati setiap tanggal 17 Agustus mulai tahun 1945 sampai hari ini. Semua perbuatan kita hanya kesia siaan.
Sementara tujuan kemerdekaan tersebut sudah jauh menyimpang dari kata kata yang terdapat di pembukaan tersebut.
Telah 79 tahun kita merayakan kemerdekaan semu, yang tidak menyentuh akar tumbuhan sesungguhnya. omong kosong itu semua, ketika kemerdekaan diwarnai dengan korupsi yang meraja lela, penyimpangan penyimpangan secara terang-terangan menuju suatu tujuan yang jelas jelas telah melenceng dari cita cita kemerdekaan.
Untuk apa kita merdeka jika pajak tinggi, barang barang mahal pekerjaan sulit, sekolah berbiaya mahal sulit dijangkau oleh kalangan menengah kebawah, kehidupan makin sulit. semua itu ditandai dengan hutang yang menggunung yang sulit terbayar.
Untuk apa merdeka jika kehidupan sulit, melaporkan kejahatan ke penegak hukum dipungut biaya dan dipermainkan, karena tidak mempunyai uang.
Untuk apa merdeka ketika ketika tenaga kerja asing berjaya, sedangkan cucu pejuang dikesampingkan.
Siapa yang salah dengan keadaan ini ???
Sebagai propaganda menolak bendera Tauhid, Mereka Berkata: “Tak boleh ada bendera selain merah putih di negeriku”
Tapi faktanya mereka diam seribu basa saat sumber daya alam negeri ini dikangkangi berbagai bendera asing.
Kebodohan dan hasad di hatimu telah menyeretmu jauh ke dalam kesesatan kawan. Kau mendapat hibah dana dari bendera bendera asing itu untuk memusuhi saudaramu sendiri.
Taubatlah sebelum Izra’il mengambil nyawamu dan kau tak bisa bertaubat lagi. mari kita baca kutipan puisi dibawah ini.
Jangan Teriak Merdeka, Malu Kita
Oleh : Ahmad Sastra
Negeri ini masih dicekik ribuan triliun hutang berbunga haram
Jika negeri ini telah mampu melunasi hutang itu
Silahkan teriak merdeka !
Jika belum mampu, lebih baik diam dan berfikir
Malu kita
Banyak anak negeri yang hanya jadi babu di negeri orang
Mereka, seringkali disiksa dan dianiaya
Jika negeri ini belum mampu memulangkan mereka
Memberi pekerjaan layak dan mensejahterakan
Jangan teriak merdeka !
Lebih baik diam dan berfikir
Malu kita
Negeri katulistiwa ini dihampari kekayaan alam yang luar biasa
Namun dikelola oleh orang lain
Rakyat hampir tak menikmatinya
Jika kekayaan alam ini belum bisa dikuasai negara
Jangan teriak merdeka !
Lebih baik diam dan berfikir
Malu kita
Kemiskinan dan pengangguran semakin meluas
Terasa berat untuk bisa hidup layak
Bahkan harga-harga terus merangkak naik
Ditambah pajak yang kian mencekik
Jika masih meluas kemiskinan
Jangan teriak merdeka !
Lebih baik diam dan berfikir
Malu kita
Anak negeri tengah terjerembab watak amoral
Narkoba meraja lela
Seks bebas liar menyasar siapa saja
Pornoaksi dan pornografi makin menggila, LGBT Marak dimana²
Jika anak bangsa masih amoral
Jangan teriak merdeka !
Lebih baik diam dan berfikir
Malu kita
Demokrasi korporasi mencengkram negeri ini
Keuangan yang maha kuasa
Korupsi menjadi budaya
Kolusi makin menganga
Kerugian uang rakyat tak terkira
Jika perilaku ini masih mewarnai bangsa
Jangan teriak merdeka !
Lebih baik diam dan berfikir
Malu kita
Luas negeri ini dipenuhi potensi sumber daya
Namun garam masih impor
Namun singkong masih impor
Jika negeri ini belum mandiri
Memenuhi kebutuhan bangsanya sendiri
Jangan teriak merdeka !
Lebih baik diam dan berfikir
Malu kita
Luas negara ini jutaan hektar
Namun lebih dari setengah dikuasai asing
Hingga rakyat tak lagi punya lahan luas
Berdesak-desakan di tanah yang sempit
Jika tanah negara belum mampu direbut kembali
Jangan teriak merdeka !!
Lebih baik diam dan berfikir
Malu kita
Malu kita
Malu kita
Tak berdaya
Tak kuasa
Lumpuh di ketiak penjajah
Malu kita
Berikutnya puisi karangan Taufik Ismail
Puisi Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Taufik Ismail:
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
(1966)
Kami Muak Dan Bosan
Oleh: Taufik Ismail
Dahulu di abad-abad yang silam:
Negeri ini pendulunya begitu ras serasi dalam kedamaian
Alamnya indah, gunung dan sungainya rukun berdampingan,
pemimpinnya jujur dan ikhlas memperjuangkan kemerdekaan
Ciri utama yang tampak adalah kesederhanaan
Hubungan kemanusiaanya adalah kesantunan
Dan kesetiakawanan
Semuanya ini fondasinya adalah Keimanan
Tapi,
Kini negeri ini berubah jadi negeri copet, maling dan rampok,
Bandit, makelar, pemeras, pencoleng, dan penipu
Negeri penyogok dan koruptor, Negeri yang banyak omong,
Penuh fitnah kotor Begitu banyak pembohong
Tanpa malu mengaku berdemokrasi
Padahal dibenak mereka mutlak dominasi uang dan materi
Tukang dusta, jago intrik dan ingkar janji
Kini
Mobil, tanah, deposito, dinasti, relasi dan kepangkatan,
Politik ideologi dan kekuasaan disembah sebagai Tuhan
Ketika dominasi materi menggantikan tuhan
Kini
Negeri kita
penuh dengan wong edan, gendeng, dan sinting
Negeri padat, jelma, gelo, garelo, kurang ilo, manusia gila
kronis, motologis, secara klinis nyaris sempurna, infausta
Jika penjahat-penjahat ini
Dibawa didepan meja pengadilan
Apa betul mereka akan mendapat sebenar-benar hukuman
Atau sandiwara tipu-tipuan terus-terus diulang dimainkan
Divonis juga tapi diringan-ringankan
Bahkan berpuluh-puluh dibebaskan
Lantas yang berhasil mengelak dari pengadilan
Lari keluar negeri dibiarkan
Dan semuanya itu tergantung pada besar kecilnya uang sogokan
Di Republik Rakyat Cina,
Koruptor
Dipotong kepala
Di kerajaan arab saudi,
Koruptor
Dipotong tangan
Di Indonesia,
Koruptor
Dipotong masa tahanan
Kemudian berhanyutanlah nilai-nilai luhur luar biasa tingginya
Nilai Keimanan, kejujuran, rasa malu, kerja keras, tenggang rasa, pengorbanan,
Tanggung jawab, ketertiban, pengendalian diri,
Remuk berkeping-keping
Akhlak bangsa remuk berkeping-keping
Dari barat sampai ke timur
Berjajar dusta-dusta itulah kini Indonesia
Sogok Menyogok menjadi satu,
Itulah tanah air kita Indonesia
Kami muak dan bosan
Muak dan bosan
Kami
Sudah lama
Kehilangan kepercayaan
Berikutnya sebuah puisi karangan KH A Mustofa Bisri
Negeri Haha Hihi
AKIBAT TIDAK KENAL DIRI
Manusia, Jika dari kecil tidak dididik rohaninya,
hanya diberi ilmu-ilmu syariat yang lahir-lahir sahaja,
dia akan lebih kenal orang lain dari dirinya.
Kejahatan orang lain dia lebih nampak dari kejahatan dirinya sendiri.
Orang lain sombong atau ego dia nampak,
pada masa yang sama,
ego dirinya lebih besar dari orang itu dia tidak terasa.
Di waktu dia susah orang tidak membantunya, dia terasa.
Padahal dia sendiri tidak pernah membantu orang, dia tidak terasa satu kesalahan.
Orang mementingkan diri dia tersinggung,
dia mementingkan diri dia tidak sedar ianya sudah jadi budaya.
Orang lain bakhil dia nampak tidak patut,
dia sendiri bakhil seolah-olah tidak mengapa.
Orang tidak sabar dia nampak sangat,
dia tidak sabar payah dia hendak memahaminya.
Begitulah manusia jika tersalah didik dari kecilnya.
Soal-soal roh atau hati yang ada hubungan dengan mahmudah dan mazmumah, tidak pernah dia kenal.
Kalaupun dia diajar tentang Islam, hanya banyak menekankan syariat lahir semata-mata.
Akibatnya dia tidak kenal diri sendiri.
Tidak kenal diri sendiri ertinya tidak boleh nilai diri.
Tidak boleh nilai diri sendiri, kejahatan orang lainlah yang dia nampak.
Kejahatan diri sendiri dia tidak nampak.
Kejahatan diri sendiri dia tidak sedari.
Oleh itu, orang ini selalu sahaja menuding jari kepada orang lain.
Dirinya terkecuali daripada kesalahan.
Ramai manusia di dunia hari ini bersikap begini.
Ketika Negeri ini dikuasai penyembah Saitan, jangan harap rakyat akan mendapatkan “adil dan makmur” . (Red)