KabarDaerah.com – Masyarakat seharusya sadar, bahwa tiga golongan besar, justru yang kita temui sekarang ini, ada golongan agama dipecah menjadi banyak golongan, berpecah pecah bermusuhan musuhan.
Iblis gunakan media untuk berpecah pecah, iblis gunakan wadah yang ada ditubuh manusia untuk berlaku tidak adil. Iblis adalah raja diraja syaitan, mereka mengunakan berbagai istilah.
Menarik!
Kita di Indonesia ini nampaknya nggak kekurangan otak-otak jenius dan mumpuni untuk membenahi kehidupan kita bersama. Misal, Komjen Pongrekun, si anak negeri yang satu ini punya gagasan yang jelas bagaimana Indonesia bisa melunasi hutang-hutang luar negerinya dan menjadi mandiri dalam menciptakan dan mengelola jaringan internet.
Kita tidak perlu bergantung pada negara lain untuk keperluan memiliki dan menjalankan internet. Sepanjang kita membiarkan diri kita tergantung pada negara lain, kemungkinan besar, kita berada dalam kendali mereka kan?
Bayangkan!
Ada nih, kita punya seorang jenderal yang masih aktif di kepolisian, yang pernah aktif di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dan yang disebut-sebut sebagai ahli siber yang bisa mengimbangi Bjorka! Alangkah mulianya bangsa ini kalau orang-orang seperti Komjen Pongrekun ini dikumpulkan dan diberi amanah untuk memperbaiki sistem di negara ini.
Apalagi yang kita tunggu, iya kan? Ada seorang jenderal yang ahli dalam bidang IT dan tahu seluk-beluk dunia siber yang bisa memberi gambaran solusi bayar hutang negara dalam tempo cepat.
Saya sebagai warga negara tentu sangat ingin tahu dan mau mendukung warga negara yang punya otak brillian seperti Komjen Pongrekun.
Kalau kita sadar, setiap kepala di Indonesia ini berhutang ke luar negeri terutama International Monetary Fund (IMF) lebih dari Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta per orang).
Membuat saya menjadi teringat sekarang apa kata ponakan saya yang masih berusia 12 tahun ketika aku sekilas menyebutkan bahwa setiap manusia Indonesia punya hutang lebih dari seratus lima puluh juta.
Ponakan saya histeris dan teriak-teriak kepada ibunya, “Maaak, aku nggak ada berhutang! Kapan aku berhutang Maaak eeee? Kapan? Pernah aku berhutang dan mimjam uang Maaak?”
Saya tidak menyangka ponakanku yang masih mulai remaja itu, dengan wajahnya yang melongo marah merespon histeris, berulang-ulang berteriak tidak pernah dia berhutang kepada siapa pun di muka bumi ini.
Begitu histerisnya si anak cantik yang suka nyanyi, mimpin paduan suara Sekolah Minggu di gereja, bermain drama di belakang rumah kami di teras kuburan Opung, sehingga saya malah menjadi geli dengan histerismenya yang lugu, menyedihkan dan membuatku tertawa dan menangis dalam waktu yang sama.
Alangkah sedih nasib si pesolek ini, belum paham kalau negaranya berhutang begitu besar dan dia terjerat di dalamnya. Si pesolek yang masih berusia belia tetapi konon kata kakaknya, bisa pergi ke pekan Tiga Runggu beli berbagai macam perlengkapan make up dan dia bisa membuat dirinya cantik laksana artis Korea.
Ponakanku itu bingung. Saya perkirakan, di sekolah dia tidak pernah menerima penjelasan bahwa Indonesia sebagai sebuah negara mempunyai hutang yang jumlahnya cukup besar sehingga kalau dirata-ratakan, maka setiap kepala, setiap orang Indonesia mempunyai beban tanggungan hutang luar negeri sejumlah lebih dari seratus lima puluh juta rupiah itu. Ibunya (emaknya) hanya bisa senyum-senyum, kurasa, nggak juga sepenuhnya mengerti bahwa setiap warga Indonesia itu berhutang.
Bagaimana mungkin kita membiarkan diri kita berhutang terus sementara ada anak bangsa seperti Komjen Pongrekun yang bisa memberikan solusi bagaimana membayar hutang sehingga kita bisa lepas dari jeratan hutang? Alangkah tidak enaknya menjadi orang yang berhutang uang kepada pihak lain, apalagi pihak luar! Alangkah tidak enaknya saudara-saudara sebangsa dan setanah air! Tidak enak sama sekali! Kita dukung pemerintah kita sehingga bisa menyelesaikan persoalan ini!
Solusi mengatasi konfirasi ini adalah dengan kembali ke tujuan utama kita diadakan ke dunia ini, kembali pada Iman yang sebenarnya, Innalillah wa inna Ilaihirajiuun artinya berasal dari Tuhan kembali kepada Tuhan.
Strategi Darma Pongrekun untuk Melunasi Utang Indonesia dalam Sehari
Darma Pongrekun, seorang tokoh dengan ide-ide besar, mengusulkan rencana ambisius untuk melunasi utang Indonesia dalam sehari. Meskipun terdengar sangat menantang, Darma menawarkan pendekatan strategis yang memanfaatkan kekayaan alam Indonesia dan diplomasi internasional. Berikut adalah konsep yang diusulkan:
Kondisi Utang Indonesia
Pada tahun 2024, utang nasional Indonesia diperkirakan mencapai USD 402 miliar (sekitar IDR 6.533 triliun) bahkan ada yang mengklaim sudah mencapai 8.000 T, mencakup utang pemerintah dan swasta eksternal. Jumlah yang besar ini membutuhkan solusi yang efektif dan cepat.
Potensi Kekayaan Alam Indonesia
Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Negara ini kaya akan minyak, gas, batu bara, serta energi terbarukan seperti panas bumi dan tenaga surya. Jika dikelola secara maksimal, kekayaan ini dapat bernilai triliunan dolar dan menjadi aset besar untuk melunasi utang negara.
Mungkin ini: Strategi Darma Pongrekun untuk Melunasi Hutang Indonesia dalam Sehari
1. Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA): Darma percaya bahwa dengan memaksimalkan pengelolaan SDA, Indonesia bisa meningkatkan pendapatan secara signifikan. Langkah ini mencakup peningkatan efisiensi teknologi dalam pengolahan sumber daya dan pengurangan ketergantungan pada pihak asing.
2. Negosiasi Ulang dan Pemutihan Utang: Strategi berikutnya adalah negosiasi ulang dengan kreditor internasional untuk meminta pengurangan atau penundaan pembayaran utang. Indonesia bisa menawarkan skema barter, di mana hasil SDA digunakan sebagai alat tukar pembayaran.
3. Pemanfaatan Sektor Maritim: Potensi besar dari sektor maritim, seperti hasil perikanan dan energi laut, bisa dimaksimalkan untuk menambah pendapatan negara. Ini termasuk peningkatan ekspor hasil laut dan pengembangan wisata bahari.
4. Penerbitan Obligasi Berbasis SDA: Darma juga mengusulkan penerbitan obligasi negara yang didukung oleh kekayaan alam. Obligasi ini bisa menarik investasi global dan menyediakan dana likuid yang dibutuhkan untuk membayar utang secara cepat.
Perspektif Spiritual yang Terlupakan
Namun, ada satu dimensi penting yang mungkin belum disadari oleh Darma Pongrekun, yaitu aspek spiritual. Dalam Qur’an Surat *Adz-Dzariyat* ayat 22, Allah SWT berfirman bahwa rezeki ada di langit, dan ibadah serta doa adalah jalan untuk menurunkannya.
Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa khusus bagi mereka yang terbebani utang:
*”Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazan, wal ajzi wal kasl, wal jubni wal bukhl, wa ghalabatid-dayn wa qahri rijal.”*
Yang artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kecemasan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan kikir, serta dari tekanan utang dan dominasi manusia.”
Dengan doa ini, seorang muslim menyerahkan masalah kepada Allah, meyakini bahwa dengan izin-Nya, segala urusan, termasuk pelunasan utang, bisa selesai sekejap mata. Jika Allah SWT berkehendak, utang Indonesia bisa dilunasi dalam hitungan detik, melampaui segala usaha manusia.
Aspek spiritual ini memberikan dimensi lebih dalam, mengajarkan bahwa usaha manusia harus disertai dengan ketergantungan penuh kepada Sang Pencipta Yang Maha Kaya. Wallahu a’lam.
Sumber: Kompas, Dharma pongrekun