Kemenangan Yang Tertunda, Antara Dejure dan Defakto

OPINI & ARTIKEL78 Dilihat

Oleh : Anton Permana

Hasil putusan MK terkait hasil Pilpres sangat sesuai prediksi dan mudah ditebak. Yaitu menolak seluruhnya gugatan pemohon 02 serta memerintahkan KPU untuk menetapkan dan melantik paslon 01 menjadi Presiden dan wakil presiden terpilih 2019 – 2024.

Penulis yang berkesempatan hadir bergabung bersama relawan dan emak-emak di depan gedung MK, sangat merasakan aura kesedihan, kemarahan, kekecewaan, yang begitu dalam terhadap hasil putusan ini. Banyak juga yang sampai meneteskan air mata, tapi juga banyak yang justru tenang, masih bisa tersenyum walau perih menerima kenyataan ini. Dan ini wajar saja terjadi dan sangat manusiawi. Upaya dan perjuangan mereka selama berbulan-bulan lamanya berpeluh keringat, penuh dengan suka duka serta dinamika perjuangan harus kandas dibawah ketukan palu hakim MK.

Dan sebagai warga negara yang baik, tentu kita harus dapat menerimanya secara lapang dada. Karena hasil putusan MK ini final dan mengikat. Presiden terpilihpun akan segera dilantik Oktober 2019 nanti. Ini fakta yang harus kita terima suka atau tidak suka. Done !

Namun muncul pertanyaan. Apakah semua akan cukup berhenti sampai disini ? Apakah garis perjuangan yang terbentuk selama ini akan pudar berubah jadi siluet bayangan begitu saja ? Apakah cita dan harapan kita semua hanya akan habis larut tenggelam dalam bentuk cacian, kemarahan, kebencian, yang berujung pada kepasrahan kemudian tutup akun FB, hilang dari peredaran, takut keluar rumah, MALU, merasa terhina, bla bla bla ???? Begitukah ??? Jawabannya adalah “ sorry dan TIDAK “.

Karena kalau ini yang sampai terjadi pada barisan pendukung 02, berarti kita sendiri secara tak sadar memberikan ruang dan waktu bagi ‘mereka’ untuk selebrasi tepuk tangan girang gembira (jingkrak guling-guling). Karena inilah MOMEN yang mereka tunggu dan cita-citakan. Kondisi “ deep-shock “ dengan mental hancur lebur inilah yang mereka harapkan dari kita. Ingat, mereka akan sangat puas dengan kondisi ini !

Kondisi “ deep-shock “ yang berujung pada mutung (patah semangat lalu off) inilah yang coba mereka ciptakan kepada barisan 02. Ibarat mengumpulkan sampah diatas meja dan menggiringya masuk dalam keranjang sampah (bungkus).

Supaya apa ?? Agar selanjutnya mereka dengan bebas sebebas-bebasnya membawa bangsa dan negara ini sesuai dengan hawa nafsu serta “ order “ para tuan besar yang ada dibelakang mereka. Artinya, kita sama saja telah menyerahkan seutuhnya masa depan bangsa ini kepada mereka secara murahan. Ingat itu wahai saudaraku para pejuang dan mujahid. Kita sekarang ini tidak berhadapan dengan para ‘cebongers’ semata. Kita bukan berhadapan dengan institusi negara saja. Kita bukan berhadapan dengan raksasa media, pejabat, ataupun mereka yang tampil dengan congkak di depan media yg mereka kuasai itu saja. Tapi kita sedang berhadapan dengan sebuah kekuatan besar yang sedari dulu sejak bumi Nusantara ini ada, sebelum negara Indonesia ini berdiri, sangat berkeinginan menguasai negeri kita ini secara penuh dan total.

Telah berulang kali mereka ingin kuasai bumi nusantara ini. Sejak zaman Singasari, sampai tahun 1926, 1948, 1965, mereka selalu gagal total dengan hina. Baru melalui pintu reformasi 1998 ini mereka bangkit kembali berhasil tunggangi dan kangkangi negera kita ini secara bertahap dan sistematis. Siapa mereka yang dimaksudkan sudah tahukan ??

Jadi musuh kita sekarang ini bukan sekedar para cebongers, para pejabat institusi dibelakang atau para hakim kalkulator itu. Mereka semua hanya “ para proxy “ yang dikader, didoktrin, dan dibeli sebagai pelaksana dan tukang sorak-sorai (cebong) saja. Mereka hanyalah para korban akibat lemahnya iman dan lemahnya daya literasi otak. Yaitu yang sering penulis sebutkan dengan klasifikasi kelompok ideologis, opportunis, dan dunguis. Tidak lebih dari itu.

Lalu tentu muncul pertanyaan selanjutnya kita mau apa ?? Kita akan bagaimana ?? Kita akan melakukan apa ??

Mantapppp… Ini pertanyaan yang seharusnya keluar dari bibir seorang pejuang idealis. Para mujahid. Bukan malah cacian, rintihan, omelan, mendadak jadi cemen begitu yang bisa berujung pada kerusakan mental dan akhlak kita, yg seharusnya menjadi ummat terbaik dimuka bumi ini. Yang didalam darah dan DNA kita ini mengalir darah dan DNA para pejuang hebat serta patriot sejati.

Untuk itu, pada kesempatan ini izinkan penulis memberikan motivasi semangat dan bagaimana pandangan kita kedepan seharusnya. Cara pemahaman dan cara berpikir kita sebagai bangsa patriot, bangsa besar dan hebat sebagai berikut :

1. Mari kita tanamkan di dalam pikiran dan dada kita. Bahwasanya kita tidak pernah kalah. Tapi kita hanya dikalahkan SEMENTARA secara TSM (terstruktur, sistematis, masive). Dimana hasil kualitas produk putusan MK itu sendirilah yg menjadi buktinya. Berarti, kondisi putusan MK hari ini hanyalah ‘kemenangan yang tertunda’ dari KEMENANGAN sesungguhnya yang insyaAllah kedepan akan kita rebut kembali. Paslon 02 secara defacto menang dan secara defacto adalah presiden dan wakil presiden terpilih. Presiden didalam hati dan dada rakyat Indonesia sejatinya. Ingat itu wahai saudaraku.

Jadi jangan pernah patah semangat ataupun galau. Tegak kan kepala kita. Karena kita adalah barisan rakyat yang terhormat. Karena manusia terhormat itu hanya mereka yang teguh berprinsip memegang nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Bukan yang tertawa dari hasil kecurangan dan tipu daya. Bukan mereka yang berlagak gembira makan nasi bungkus dengan deraian air karena himpitan kesusahan hidup itu. Seperti nasihat Imam bin Hambal, “ Bahwasanya kebenaran yang sejati itu adalah, ketika kita tetap istiqomah dalam kebenaran itu walaupun adakalanya kebenaran itu dikalahkan sementara dengan satu maksud tertentu oleh Allah SWT “.

2. Niat kita berjuang bukan semata karena emosional sosok figur Prabowo-Sandi semata. Bukan karena partai politik. Bukan karena keterkaitan duniawi atau bahkan kepentingan pribadi semata. Perjuangan kita hari ini adalah untuk seluruh bangsa Indonesia. Termasuk para cebong itu sekalipun. Karena syukur alhamdulillah kita semua diberikan Allah nikmat pikiran dan hati yang bersih untuk dapat melihat dengan jernih kedepan, serta membedakan sebuah ancaman besar terhadap bangsa ini.

Kita diberikan Allah kehormatan atas berkah dan rahmad hati yang teguh, semangat jihad yang besar karena kecintaan kita kepada negeri bumi nusantara ini. Dan sebagi orang yang dikaruniai iman oleh Allah SWT, kita juga terpilih sebagai ummat terbaik yang berani tampil beramar makruf, nahi munkar terdepan menyelamatkan agama dan bangsa ini. Agar kedepan kelak bangsa dan anak cucu kita TIDAK teraniaya.

Karena apa ? Karena kita sangat sadar dan memahami bagaimana sebuah kekuatan raksasa global yang sudah menggurita selangkah lagi berhasil menguasai negeri ini secara total. Untuk dihisap kekayaan alamnya. Untuk dikuasai wilayah kedaulatannya. Dan untuk menguasai pikiran ideologi anak bangsanya agar kedepan selanjutnya tunduk menjadi budak sahaya mereka. Kita sadar itu sudah berada didepan mata kita. Ini sebenarnya yang menjadi motivasi juang kita. Bukan sekedar Pilpres semata.

3. Kondisi saat ini, mari kita jadikan cambuk dan basis evalusi secara total terhadap diri kita dan juga barisan kita sendiri. Sebuah evaluasi bagaimana kedepan, kita semua harus mulai merancang sebuah rencana strategis gerakan yang KOMPREHENSIF, terkoordinir, rapi, solid, terarah, dan presisi. Bagaimana kita merubah pola gerakan yang selama ini masih cenderung berupa gerakan gerombolan massa, berubah menjadi sebuah gerakan keummatan yang rapi dan moderen. Kita semua punya potensi itu. It’s the real power !!

Sebuah gerakan yang ada kesamaan pikir (wahdatul fikrah), kesamaan gerak (wahdatul harokah) dan kesamaan nilai perjuangan (wahdatul tarbiyah). Atau dalam istilah moderatnya One Vision (satu visi), One Mission (satu misi), dan One Value (satu nilai) persatuan dan kesatuan bangsa. Dimulai dari diri kita, keluarga kita, lingkungan kita, tempat kerja kita, dab tempat organisasi kita beraktifitas. Mari rapatkan shaff. Musuh kita sudah jelas dan terang benderang. Musuh kita bersama. Musuh ummat dan bangsa Indonesia.

4. STOP dan hentikan rintihan dan cacian maki kita didunia maya. Mari menjadi jiwa-jiwa yang besar dan bermartabat. Tegakkan kepala. Hadapi dengan senyuman dan mental superior. Anggap saja kita baru kalah main sepak bola. Anggap saja kita habis nonton balap GP tahunan dimana jagoan kita Valentino Rossi kalah. Anggap saja kita habis nonton piala dunia dimana klub sepak bola favorit kita kalah di final. Anggap saja kita kalah main gaplek diwarung-warung atau main game online. Dimana itu hanyalah kekalahan sementara yang biasa saja terjadi. Dunia ini belum berakhir istilah lagunya grouo band Air. Saatnya kita kembali ke laptop kata presenter Tukul Arwana. Ciyee….

Bagi yang jadi pedagang, mari berdagang kembali dengan semangat. Bagi pekerja swasta maupun ASN, mari bangun lagi prestasi kerja ditempat kita bekerja. Bagi emak-emak militan, mari kembali urus suami, anak, rumah tangga sebagai ladang amal jihad kita, bagi para da’i, ustad, kiyai, ulama, dosen, aktifis, mari kembali kehabitat kita masing-masing untuk terus berkarya, mendidik, melatih, generasi binaan dan lingkungan kita.

Bagi para politisi, pejabat, purnawirawan, pengamat politik, jurnalis, akademisi, cendikiawan, mari merenung sejenak, berhenti sejenak, untuk menNOL kan kembali emosi dan kekecewaan kita. Mari kita saling evaluasi diri untuk semuanya. Tanpa terkecuali. Mari kita instropeksi secara mendalam dan mengambil hikmah terbaik dari kejadian ini semua. Dan tetap satu komando dibawah komando ulama. Tetap jaga persatuan dan kekompakkan. Implementasikan jaringan persatuan ini selanjutnya kedalam bentuk sel-sel gerakan yang positif dan kinstruktif. Baik itu kekuatan sosial kemasyarakatan dan yang terpenting barisan kekuatan ekonomi berbasis keummatan.

Sebagai orang beriman, kita pasti tahu, tidaklah segala sesuatu itu terjadi kalaulah tidak atas izin Allah. Bahkan daun yang kering jatuh ketanahpun tak ada satupun tanpa kehendak Allah SWT. Artinya kita mesti paham, pasti ada sesuatu rahasia besar dari Allah dibalik kejadian hari ini. Sebagaimana kisah Nabi Yusuf As. Tidaklah Nabi Yusuf bisa menjadi penguasa di mesir kalau sebelumnya tidak dianiaya oleh saudaranya sendiri dengan menjerumuskan Nabi Yusuf kedalam sumur yang kemudian seorang bangsawan menemukan dan membawanya kemesir. Tidaklah akan terjadi kisah futuh Makkah (penaklukan Makkah) kalaulah sebelumnya Rasulullah SAW diusir dan dizalimi kaum kafir Quraish yang membuat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah yang kemudian masyarakat Madinah berbaiat kepada beliau untuk kemudian bersatu padu menjadi para mujahid Allah. Kemenangan itu butuh proses dan ujian. Kemenangan itu lahir dari sebuah pergulatan dan ikhtiar. Tidak gratis.

Tidaklah bangsa ini tahu bagaimana kebiadaban pemberontakan PKI pada tahun 1948 dan 1965, kalaulah tidak sebelumnya para PKI ini bermesraan dengan presiden Soekarno dgn konsep Nasakomnya. Dan akhirnya tipu daya akal bulus PKI ini terbongkar setelah berkuasa dan membunuh para jendral tentara pada tahun 1965 dalam rangka rencana revolusi yang berhasil ditumpas dan digagalkan. Padahal PKI ketika itu sangat power full bergandengan dengan Soekarno yang berhasil menghabisi kelompok idealis bangsa ini ketika itu melalui adu domba pemberontakan, fitnah dan pembubaran partai Masyumi, HMI, PSI, serta memenjarakan para tokoh bangsa seperi Buya Hamka, Natsir, dan seterusnya.

Ini adalah fakta sejarah yang harus tertanam didalam pikiran kita. Karena, sejarah adalah sumber jati diri sebuah bangsa.

5. Secara dejure paslon 01 adalah presiden RI kedepan. Kita wajib menerimanya. Jangan lagi kita berpikiran yang aneh dan emosional. Yang mesti kita persiapkan sekarang adalah, bagaimana kita merapatkan shaf, memperkokoh pondasi akidah, ukuwah, dan juga terpenting pondasi ekonomi keummatan. Jangan kuras energi kita dengan sesuatu hal yang sia-sia. “ Dari pada energi kita habis mencari keadilan semu, lebih baik energi kita gunakan untuk membangun basis kekuatan. Dimana kalau kita sudah kuat, keadilan dan kebenaranpun bisa kita kendalikan “.

Biarkan secara dejure merekalah pemenangnya sementara. Tapi kita harus yakin dan percaya bahwa kemenangan itu hanyalah kemenangan yang rapuh dan semu. Karena kemenangan bukan lahir dari rahim rakyat, tapi hasil ketok palu hakim MK. Ibarat kisah pernikahan dalam sinetron cinta Indonesia. Biarkan raga ini dia miliki, tapi tidak untuk cinta dan jiwanya.. Wooww dehh..

Yang utama mesti kita waspadai sekarang adalah, bahwa sebentar lagi bangsa ini akan mengalami turbulensi hebat akibat runtuhnya trias politika dinegeri ini.

Kekuatan “ invisible hand “ yang berada dibelakang mereka, tak akan lama lagi akan tampil secara terbuka. Karena mereka sudah merasa digjaya dan ephoria.

Boleh kita buktikan kedepan. Bagaimana bentuk konstruksi anatomi rezim hari ini akan menampakkan jati diri aslinya tak akan lama lagi. Penulis menganalisa, tahun depan adalah fase pembuktian terkait dugaan berbagai macam isu dan agenda terselubung mereka akan terbuka lebar. Bagaimana secara sistematis mereka akan menghabisi (bumi hangus) para lawan politik khususnya ummat Islam dengan berbagai macam skenario (ilustrasinya silahkan tonton film ‘Alif Lam Min’) terhadap ummat Islam. Bagaimana mereka membuat regulasi aturan yang semakin membuat bangsa ini terpuruk secara ekonomi, hancur secara ideologi menjadi super liberalis bahkan soft komunis, negara tanpa kedaulatan, migrasi TKA gila-gilaan, dan penindasan terhadap siapa saja yang tak tunduk dengan kemauan mereka.

Agama akan dijadikan musuh dan ancaman negara. Dengan framing siapa yg taat beribadah adalah radikal. Pendidikan keagamaan akan ditiadakan secara bertahap. Segala sumber daya negara seperti BUMN, bandara, pelabuhan, transportasi, sumber daya energi, pangan, bahkan aparatur semua akan tunduk bertekuk lutut dibawah kaki mereka. Dan masyarakat pribumi cukup hanya untuk bisa hidup dan makan saja dinegerinya sendiri. Kebenaran mereka yang kontrol. Keadilan hukum mereka yang kendalikan. Masa depan anak cucu kita juga mereka yang akan tentukan mau jadi apa. Liberal-komunis-syiah atau fundamentalis dengan stempel teroris.

Sekarang tulisan ini dianggap berlebihan dan mengada-ngada. Silahkan. Sebagai orang sudah ditempa dengan berbagai macam tingkat pendidikan baik strata akademis dan kepemimpinan strategis, penulis wajib menyampaikan ini semua. Sebagai sebuah bentuk sintesa pikiran sebagai bentuk pertanggung jawaban ilmu pengetahuan yang didapat kepada publik. Benar dan salahnya, hanya Allah Yang Maha Tahu atas segala sesuatu. Buar waktu yang menjawabnya.

Kesimpulannya adalah. Mari kita buat babak baru dalam kehidupan kita. Sebuah babak kebangkitan bersama secara kolektif anak bangsa. Stop perdebatan yang tidak penting. Jauhi konflik perbedaan yang tidak perlu. Saatnya kita saling berkomunikasi, rekonsiliasi, dan berkolaborsi sesama anak bangsa. Sidang diperadilan MK kemaren memang belum berpihak pada keadilan. Tapi setidaknya, persidangan MK telah membuka mata hati bangsa ini secara telanjang. Tentang sebuah mega kecurangan yang terjadi dinegeri ini. Walaupun hakim vonis tidak terbukti, tapi hati nurani rakyat tidak bisa di bodohi. Rakyat juga punya hak untuk memvonis secara sosial. Bahwa pemilu curang akan melahirkan pemimpin curang dan lemah secara legitimasi rakyat.

Pastikan pilihan politik kita hari ini jangan sampai memecah belah persatuan bangsa. Inventarisir orang-orang sekitar kita yang sepaham dan punya cita-cita sama. Pastikan kita sekarang ini bukan bermusuhan dengan NEGARA. Kita tidak perang dengan institusi negara. Tetapi kita berperang dengan OKNUM kelompok yang telah MEMBAJAK negara kita melalui kolaborasi antara USER kekuatan global dengan kaki tangan proxynya didalam negeri. Pilah dan identifikasi ini dengan baik. Dan mari kita sadarkan, beri pemahaman saudara kita yang jadi korban cuci otak mereka. Yaitu para cebongers yang lemah secara literasi, bodoh secra pendidikan, dan miskin secara ekonomi dan mental. Mereka inilah sasaran empuk rezim hari ini.

Begitu juga para pejabat opportunis yang hanyut larut dalam gelimang fasilitas harta jabatan. Gugah nurani mereka dengan lembut. Jangan mudah terjebak dengan adu domba konfrontasi yang tidak perlu.

Penulis yakin, insyaAllah kalau hal ini kita lakukan secara bersama, solid dan dengan niat yang tulus ikhlas. InsyaAllah kemenangan yang sejatinya akan segera kita raih. Kemenangan baik secara defacto maupun secara dejure. Tidak mesti hari ini. SEMUA ADA PROSESNYA. Karena Allah mengajarkan kepada kita, walaupun esok mau kiamat, seandainya hari ini masih ada waktu untuk menanam satu biji kurma maka tanamlah. Karena tidak ada yang sia-sia dihadapan Allah SWT. Wallahualam. **

(Penulis adalah pengamat sosial politik dan alumni pendidikan reguler Lemhannas RI).