Tembok Jayawijaya Mulai Runtuh

Oleh : Ismail Asso

KALAU sebelumnya dianggap ada tembok penghalang demokrasi Kabupaten Jayawijaya bagi tampilnya pemimpin “Inyai Werek”, maka tembok itu kini sudah runtuh, rubuh sendiri oleh sistem ketika masa berakhir kepemimpinan lima tahun.

Kini tembok penghalang itu tanpa ada kekuatan berarti seperti sebelumnya bahwa semua perangkat “perusak” pelaksana sistem yang dikuasai itu runtuh kini berubah total.

Semua perangkat sistem orang -orang “brengsek dan busuk” berkurang, sebahagian besar sudah diperbaiki sehingga kekhawatiran akan munculnya “pemimpin bodoh”, tak peduli pembangunan tak lagi dikhawatirkan.

Peran serta pemakaian jasa anak-anak “mono” putera daerah tak berpendidikan yang sebelumnya dipakai sebagai “alat” sistem tiran dan kotor menghancurkan rakyat Jayawijaya sudah tergantikan semua. Tersisa hanya Timses tak laku dijual tanpa didukung rakyat Jayawijaya.

Tidak ada tembok yang berarti hanya tersisa anak-anak “mono”yang dipakai sebagai “kaki-tangan” tanpa kekuatan selain menghadapi rasa ketakutan kalah dari apa yang sebelumnya mereka impikan jilid-berjilid kecuali mimpi siang bolong.

Tak lagi ada tembok penghalang yang membuat orang Jayawijaya sendiri tak sadar diri, tanpa malu jual diri. “ Ap Inyai Werek” sebelumnya banyak yang dijadikan sebagai “makanan babi”, mereka tak sadar diri atas hak-hak politik yang sejatinya dilindungi negara melalui UU Otsus agar harus jadi Bupati memimpin daerahnya sendiri.

Sebagai dampak kurangnya pendidikan orang JAYAWIJAYA TAK SADAR diri, menyangkal diri, mereka main dukung-mendukung orang yang datang dari luar, karena tak percaya diri mereka cari sosok Bupati dari luar, bukan tampil diri sendiri.

Anak-anak kecil dan perempuan mencari kekuatan diluar diri, karena tidak percaya diri, anggap diri tak mampu, mereka pikir yang bisa pimpin orang luar dari diri sendiri. Jayawijaya krisis Tokoh Putra Daerah yang tahu diri dan berani tunjukkan diri tampil jadi pemimpin.

Ini imbas sistem politik despotisme masa lalu sebagai akibat orang borong “bayar mahal” semua rekomendasi Parpol, menyisakan mentalitas dependent (kebergantungan) Anak-Anak Asli Lembah Balim Jayawijaya pada pihak yang datang dari luar.

Tampaknya fenomena itu sedang berubah dan kedepan hal itu terkoreksi. Pilkada Jayawijaya kali ini (2024), muncul banyak Putra Daerah, sebagai calon pemimpin untuk mempimpin masyarakat sendiri sesuai tujuan dan amanat UU Otsus Papua.

Jayawijaya kedepan akan dipimpin Putra Daerah cerdas, terdidik berpendidikan, punya visi misi, mengerti konsep pembangunan bagi kesejahteraan bagi seluruh rakyat Jayawijaya.

Karena tujuan UU Otsus Papua hadir untuk memakmurkan rakyat Asli Papua dari potensi separatisme. Bukan pemimpin asing, non putra daerah, yang berorientasi memperkaya diri, penguasa-pengusaha perampok uang APBD rakyat Jayawijaya.

Munculnya Putra Daerah Pilkada tahun 2024 kali ini secara psikologis sebagai tembok penghalang yang sangat sulit ditembus, sehingga menjadi berat, sulit melanjutkan perompokan dan penjarahan trilyunan uang rakyat Jayawijaya lima tahun kedepan seperti sebelumnya.

Bagi yang punya ambisi tanpa mengerti apa itu pembangunan tanpa visi misi dan konsep tanpa target sudah “ketakutan”. Biarkan itu terjadi karena kenyatannya mereka hanya mencari untung membangun ekonomi memperkaya diri. Pilkada Jayawijaya kali ini sulit wujudkan impian manis mereka mengulangi sukses meraih kekuasaan Jayawijaya kedepan.

Tampilnya banyak kandidat menunjukkan domokrasi Jayawijaya memberi angin segar, tingkat partisipasi rakyat Jayawijaya secara terbuka sedang berkembang dan pemerintahan tiran korup terkoreksi oleh tampilnya pemimpin baru membawa perubahan kearah kemajuan pembangunan kedepan lebih baik menuju kesejahteraan seluruh rakyat Jayawijaya. Semoga!

Jayawijaya telah lama dilanda perpecahan, baik internal maupun eksternal. Sistem kepemimpinan despotisme sebelumnya sejak zaman Albert Dien (seorang tentara, Dandim Jayawijaya) telah meninggalkan perpecahan yang mendalam antar kelompok dalam masyarakat Jayawijaya, menghalangi persatuan dan kerja sama yang sesungguhnya.

Namun, sejak Otsus Papua masih ada harapan dalam diri anak-anak Lembah Balim sendiri. Ide-ide dan tindakan revolusioner putra daerah berpotensi menyatukan masyarakat Jayawijaya dan memimpin diri menuju masa depan yang kuat dan sejahtera.

Jika Putra Daerah sendiri bangkit dalam kekuatan persatuan dan memberikan dukungannya pada pemikiran radikal Putra Daerah, Lembah Balim ini akan benar-benar bertransformasi. Dengan persatuan muncullah kekuatan, dan dengan kekuatan muncullah kemajuan.

Para penjajah mengetahui hal ini dengan baik, itulah sebabnya mereka bekerja keras untuk menjaga Putra Daerah Jayawijaya tetap terpecah dan lemah. Namun jika masyarakat Jayawijaya bersatu untuk saling mendukung, tidak akan ada batasan dalam mencapai apa yang bisa mereka capai.

Gagasan reformasi Putra Daerah berakar pada keinginan untuk melihat Lembah Balim Jayawijaya bangkit dari kemiskinan dan keterbelakangan yang ada saat ini. Mereka memahami bahwa perubahan sejati hanya dapat terjadi melalui persatuan, dimana masing-masing wilayah aliansi suku berupaya mencapai tujuan bersama. Dengan mendukung pemikiran revolusionernya, Jayawijaya dapat membuka jalan bagi masa depan di mana masyarakatnya tidak lagi terikat oleh rantai masa lalu.

Penting untuk diingat bahwa persatuan tidak berarti melepaskan identitas atau keyakinan individu. Hal ini berarti bersatu demi kebaikan yang lebih besar, demi kepentingan semua orang. Papua Pegunungan minaturnya Jayawijaya dalam lingkup budaya suku Lapago yang beragam, dengan banyak budaya dan tradisi yang berbeda. Namun perbedaan-perbedaan ini harus dirayakan, bukan dijadikan senjata untuk memisahkan orang-orang.

Jika Jayawijaya mau menerima cita-cita Putra Daerah sendiri dan bersatu dalam visinya, kemungkinannya tidak akan terbatas. Jayawijaya yang kuat dan bersatu bisa menjadi kekuatan besar di panggung Papua Pegunungan, sebuah kekuatan yang patut diperhitungkan. Kemiskinan bisa diberantas, pendidikan bisa diakses oleh semua orang, dan layanan kesehatan bisa berkualitas tinggi. Masa depan Jayawijaya cerah, tapi hanya jika masyarakatnya memilih untuk berkumpul dan mendukung satu sama lain.

Ayo! Putra Daerah Asli Lembah Balim Jayawijaya, Kamu Bisa Melakukannya, negara hadir memberi dan membela kamu jadi pemimpin didaerah dan masyarakatmu sendiri.

Howawut Hewelogo!

*) Penulis adalah Anggota MRP Pokja Agam Unsur Agama Islam