Masyarakat Solok Selatan Sangat Mendambakan Sosok Pemimpin Seperti Fakhrizal

BERITA, FIGUR83 Dilihat

Ungkapan yang menyentuh hati keluar dari lidah masyarakat Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan saat calon Gubernur Sumatera Barat, Irjen Pol (Purn) Fakhrizal mencacahkan kakinya di rumah gadang salah seorang tokoh setempat.

Fakhrizal yang datang untuk memenuhi undangan silaturrahmi dalam masa kampanye di Kabupaten yang terkenal dengan Saribu Rumah Gadang ini pun terharu. Jabat tangan dan pelukan pun memecah menyempurnakan penyambutan mantan Kapolda Sumbar 2017-2019 ini.

Rumah Gadang ini milik tokoh masyarakat bernama Marthius, salah seorang perantau sukses Nagari Abai. Di sini juga berkumpul ratusan masyarakat yang riang melihat Fakhrizal. Baru saja Fakhrizal masuk rumah gadang, masyarakat langsung berteriak “Pak Fakhrizal Silahkan Petik Hasil Yang Bapak Tanam Di Solok Selatan”, sebut salah seorang masyarakat.

Sontak banyak yang bertanya, apa gerangan yang pernah ditanam oleh Fakhrizal di Solok Selatan. Teriakan ini juga didengar oleh Calon Bupati Solok Selatan, Khairunnas dan ketua DPRD Solok Selatan Zigo Rolanda yang turut hadir di rumah gadang ini.

Usut punya usut, ternyata Fakhrizal sangat berjasa di mata masyarakat Solok Selatan. Saat menjabat sebagai Kapolda Sumbar, ia pernah mencari solusi atas konflik tambang emas setempat, satu-satunya mata pencarian masyarakat sejak dulu. Tambang emas yang terbentang di sungai Batang Hari memang tak berizin. Tetapi berada di tanah ulayat masyarakat. Sampai sekarang tak kunjung bisa dikuasai.

“Terasa sekali kan bapak ibuk. Bagaimana perekonomian kita saat pak Fakhrizal jadi Kapolda. Meningkat bukan?. Tapi setelah bapak ini tak lagi jadi Kapolda, dua minggu setelah itu kita (masyarakat-red) Kucing-kucingan dengan aparat,” sebut Zigo dihadapan masyarakat.

Padahal, sebut Zigo, masyarakat sudah menjaga lingkungan dengan tidak memakai mercury saat menambang. Kemudian lubang hasil tambang juga direklamasi. Tetapi tetap saja, pemerintah dan aparat melarang aktivitas tambang.

“Ini karena tidak ada sosok pemimpin yang hadir untuk masyarakat Solok Selatan. Sedangkan pemerintah memakai kaca mata kuda. Mereka tidak melihat ekonomi kita di Solok Selatan bergerak dari tambang. Hanya kaku dengan aturan,” ucap Zigo.

Diulas Zigo saat heboh-heboh konflik tambang emas di Solok Selatan tahun 2017, Fakhrizal langsung hadir ke Solok Selatan sebagai Kapolda. Ia duduk bersama penambang, ninik mamak, pengusaha, tokoh masyarakat untuk mencari solusi dan mufakat. Alhasil, terbuat kesepakatan tentang pengawasan di berasal dari tingkat bawah sampai tingkat atas.

Di tingkat bawah sengaja di libatkan pengawasan dari masyarakat. Pasalnya , mereka tahu betul keasrian alam disekitar sungai. Paham juga bahwa alam dan lingkungan setempat juga akan dinikmati anak cucu nantinya.

Dengan begitu, Masyarakat bisa mengawasi penambang yang memakai mercury dari dekat dan menegur jika ada lubang tambang yang tak di reklamasi. Penambang tak ada kucing-kucingan dengan aparat dan ekonomi masyarakat berjalan dengan semestinya.

“Kata mufakat akhirnya terbentuk dan pak Fakhrizal pencetusnya. Masyarakat bisa menambang emas tanpa merusak lingkungan. Tak ada konflik lagi karena ekonomi masyarakat meningkat,” ulas Zigo.

Senada, Khairunnas menuturkan Solok Selatan adalah kawasan yang kaya kandungan emas. Banyak hasil bumi yang tersedia di daerah ini. Mata pencarian nenek moyang masyarakat Solok Selatan pun menambang emas. Hanya saja, sekarang terbentur untuk legalitas karena pengurusan izin yang berbelit dan menyulitkan.

“Bagaimana perasaan jika di tanah sendiri (ulayat-red), kita melihat banyak emas. Tapi tak bisa dikuasai. Sedih pasti. Makanya Pak Fakhrizal saat itu mengambil inisiatif win-win solution untuk kita bersama,” ucap Khairunnas.

Pengamatan Khairunnas, saat ini masyarakat Solok Selatan mengalami penurunan ekonomi. Ini dikarenakan susah menjalankan aktivitas tambang berbasis kemasyarakatan.

Sementara itu, Fakhrizal menuturkan saat konflik tambang emas di Solok Selatan terjadi, dirinya memberikan beberapa poin instruksi kepada jajaran kepolisian di Solok Selatan. Dimana poin-poin tersebut untuk mengawasi aktivitas tambang tidak merusak lingkungan.

“Tambang boleh jalan, tapi jangan rusak lingkungan. Jika ada yang melanggar, baru ditindak. Jika tidak, dipersilahkan,” sebut Fakhrizal.

Bagi Fakhrizal, kebijakan seperti ini perlu diambil. Mengingat masyarakat mengambil emas di tanahnya sendiri. Apabila dilarang, bisa menimbulkan kriminalitas dan gangguan khantibmas karena tak ada mata pencarian masyarakat.

Namun, Fakhrizal paham soal legalitas. Sejak tahun 2016, izin usaha tambang (IUP) sudah jadi kewenangan pemerintah Provinsi Sumbar. Baginya, pengambilan kebijakan kemarin adalah alternatif agar konflik tidak berkepanjangan. Kedepan, jika terpilih menjadi Gubernur Sumatera Barat akan dilakukan penataan tambang emas dengan melibatkan masyarakat dan penambang. Kemudian izin untuk tambang tidak akan dipersulit.

“Saya yang turun langsung membantu pengurusan izin tambang nantinya. Saya paham dengan kondisi masyarakat Solok Selatan soal tambang emas ini. Izinnya ada di Provinsi. Jika sudah jadi Gubernur gampang merekomendasikannya ke atas,” ucap Fakhrizal.

Mendengar hal tersebut, masyarakat yang berkumpul di rumah gadang langsung bertepuk tangan dan menyatakan sikap menjadi relawan Fakhrizal – Genius Umar untuk menang dalam Pilkada Sumbar tahun 2020 ini.

mASYARAKAT