Soal jumlah obat diduga tak sesuai resep di RS Handayani, ini Kata Dinkes Lampung Utara

BERITA, DAERAH, LAMPUNG34 Dilihat

Lampungutara,kabardaerah.com-Meskipun dugaan adanya pengurangan jumlah obat yang terjadi di rumah sakit Handayani cukup kuat, namun Dinas Kesehatan Lampung Utara menyatakan, dugaan itu tidak benar adanya. Sebab, menurut mereka, persediaan jenis obat yang dipersoalkan itu memang sedang tidak ada kala peristiwa itu terjadi.

“Tim Dinas Kesehatan sudah ke RS Handayani hari ini. Petugas farmasi di sana sudah memberitahukan pada pasien bajwa obat migratop memang hanya ada 20 tablet (kala itu)” jelas Kepala Dinas Kesehatan Lampung Utara, Maya Natalia Manan, Rabu (10/5/2023).

Tim mereka juga mendapati bahwa kekosongan obat dengan merek tersebut akan terjadi hingga tanggal 9 Mei mendatang. Jika hingga tanggal 16 Mei mendatang hal itu masih terjadi, pasien disarankan untuk dirujuk ke RS Abdul Muluk Bandarlampung. Di sana, pasien akan mendapatkan pengobatan yang lebih lengkap.

“Sekarang masih dalam pembinaan dan pengawasan dari Dinas Kesehatan,” kata dia.

Menariknya, saat ditanyakan kapan pihak RS Handayani menyampaikan mengenai kekosongan atau kekurangan persediaan obat dengan merek tersebut, Maya memberikan penjelasan yang terlihat bertolak belakangan dengan keterangan dari suami pasien Suriyati.

Menurut Maya, penjelasan itu diberikan oleh pihak RSH sebelum tersebut diberikan pada pasien. Padahal, kenyataannya, hal yang terjadi sepertinya tidak demikian. Sebab, suami pasien bari mengetahui jika obat untuk istrinya yang berstatus pensiunan PNS itu kurang usai melayangkan protes pada instalasi farmasi di sana. Kejadian seperti ini pun diklaimnya telah terjadi sedikitnya tiga kali.

“(Pemberitahuannya dilakukan) sebelum obat itu diberikan pada pasien,” terangnya.

Sebelumnya, pelayanan kefarmasian di RS Handayani, Lampung Utara mendapat keluhan dari salah satu pasiennya. Sebab, jumlah obat yang diterima di sana diduga tidak sesuai seperti yang tertulis dalam resep.

“Obat untuk istri saya yang tertulis dalam resep dan yang diterima sering tidak sama. Jumlahnya lebih sedikit dari resep,” jelas Abdullah, warga Jalur Dua, Kelurahan Kotaalam, Selasa kemarin.

Ia mengatakan, kondisi ini terjadi setidaknya telah tiga kali. Kejadian pertama, obat yang semestinya diterima sebanyak 30 butir, ternyata yang diterima mereka hanya 15 butir saja. Kejadian kedua juga sama. Yang mereka terima hanya 20 butir. Pun demikian dengan kejadian terakhir.

“Jenis obat yang selalu tidak sama jumlahnya dengan resep itu obat yang sama. Obat untuk kejang-kejang,” terangnya.(aska)