Pers Berkarakter dan Menginspirasi

Oleh: Safrudin Nawazir Jambak

Peringatan hari pers nasional (HPN) tahun 2018 ini dipusatkan di provinsi Sumbar. Hari pers jatuh pada tanggal 9 Februari berdasarkan keputusan presiden No.5 th 1985 ditandai dengan terbentuknya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Sebuah kebanggaan dan sekaligus kesempatan untuk mengingatkan kembali bangsa Indonesia akan tokoh pers perempuan asal Ranah Minang yaitu Rohana kudus, beliau adalah wartawan wanita pertama yang mendirikan koran suntiang melayu.

Ia juga wanita tangguh pendiri lembaga pendidikan keterampilan amai setia di Nagari Koto Gadang Kabupaten Agam di tengah emansipasi wanita yang terbelenggu, ia hidup semasa RA kartini tapi kiprahnya jangan dibandingkan, beliau berbuat bukan hanya berkirim surat.

Dalam memperingati hari pers nasional kali ini yang menarik kita simak adalah sejauhmana pers berperan dalam membangun peradapan maju masyarakat dalam menyampaikan informasi yang berkarakter dan menginspirasi?

Berangkat dari pengertian pers menurut UU No.40 tahun 1999 tentang pers, bahwa pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, media siber dan segala jenis saluran yang tersedia.

Masih menurut UU pers, menyinggung perusahaan pers , perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

Secara garis besar pers berfungsi sebagai media informasi, hiburan, pendidikan dan kontrol sosial (social control), di era demokratisasi sekarang ini pers sangat berperan penting sebagai pengamalan UUD 45 mengenai kebebasan berpendapat di depan umum.

Kebebasan pers adalah ciri negara demokrasi, pers yang terbelenggu menandakan negara sedang sakit, rezim totaliter sedang berkuasa dan kebenaran hanya milik sang rezim, tapi meski kebebasan pers terjamin apakah bebas yang tiada kontrol?, apakah semua informasi perlu diberitakan?, maka disinilah barangkali pentingnya pers berkarakter dan menjadi inspirasi bagi pembaca/publik

Pemberitaraan berkarakter adalah pemberitaan yang mengandung nilai-nilai, baik nilai moral dan merencanakan dampak positif untuk jangka panjang, berkarakter karna disamping memberitakan/menginformasikan sebuah peristiwa tetapi juga memberi gizi beritanya dengan hikmah dan mengambil sudut pandang (angle) yang tepat berbasis pembangunan karakter bangsa(nation building), juga dapat menginspirasi pembaca untuk mengambil hikmah dan pelajaran/i’tibar.

Harapan kita semua kepada pers yang namanya banyak disebut awak media, wartawan, jurnalis bahkan kuli tinta kiranya tetap istiqomah menyampaikan informasi yang benar dan berimbang, indenpenden dan bertanggung jawab, bernilai gizi edukasi dan menginspirasi.

Pers di tengah derasnya media sosial (MEDSOS)bisa menjadi standar informasi yang akurat untuk meng “counter” berita “hoax” agar masyarakat bisa memilih dan memilah informasi mana yang benar dan mana yang bohong/fitnah.

Pers senantiasa berperan meluruskan pemberitaan bohong yang berseleweran di jagat maya yang sengaja dibuat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang hobi kegaduhan.

Pers akan menjadi sumber inspirasi tak kala mampu menyorot berbagai tema pembangunan yang baik,kurang baik bahkan yang buruk untuk diketahui berbagai pihak yang berkepentingan agar menjadi perhatian dan evaluasi, menjadi kontrol jalanya pembangunan dan sekaligus sumber informasi ketengah publik.

Pers kita harapkan tetap indenpenden meski mengikat diri dalam berbagai MOU dengan pemerintah/daerah.

Pers hari ini sudah “on the track” /dalam jalur yang benar hanya saja publik senantiasa berharap tetap tiada bosan meningkatkan kwalitasnya baik SDM maupun out put dari kerja-kerja jurnalisnya.

Media harus indenpent dan mampu mengontrol setiap ketimpangan pembangunan, ketimpangan sosial dan ekonomi.

Pers kadang ibarat tukang rujak yang memadukan berbagai rasa , manisnya kecap dan asamnya buah kedondong serta gurihnya kacang hingga menjadi hidangan yang menitikkan selera untuk memakan,yang pahit bisa jadi obat dan yang manis akan pelepas dahaga.

Panas dinginya pers tetap membawa kesejukkan bagi publik, pers jangan menjual kecap karna ia hanya salah satu bumbu sebuah masakan. BRAVO untuk pers , teruslah menginspirasi bangsa Indonesia.

( Penulis Adalah politisi Partai Keadilan Sejahtera Asal Sumatera Barat )