Akibat Terlalu Akok

OPINI & ARTIKEL32 Dilihat

Oleh: Elfiyon J
(Journalis Humanis)

Berharap untung besar. Malah rugi yang bertimpa timpa. Begitu nukilan Buya Hamka terhadap sifat orang yang “akok”, tamak dan loba. Ingin cepat kaya. Ingin cepat untung. Jangankan untung. Rugi sudah didepan mata.

Dalam pasal perniagaan, Buya Hamka berpetuah, meskipun untung itu sudah didepan mata, jika akan merusak orang lain yang membutuhkannya, maka lepaskan. Jualah dengan harga pasar sebagaimana biasanya.

Buya mengistilahkan untung di depan mata itu dengan telur. Ibarat telur akan menetas. Tapi gara gara dia menahan harga tinggi karena barang susah didapat dan orang sangat membutuhkannya, maka ia lepaskan juga. Untungnya tetap ada. Untung yang dia lepaskan adalah sedekah baginya.

Luar biasa Buya Hamka menuturkan persoalan untung rugi dan berniaga ini. Berniaga dalam Islam itu bukan hanya persoalan untung dan rugi. Tapi lebih dalam dari itu. Membantu orang lain memenuhi hajat kebutuhannya.

Guru saya seorang penjual beras benar – benar melakukan apa yang diungkap Buya Hamka ini. Suatu ketika datang seorang wanita tua membeli berasnya. Uangnya tak cukup untuk segantang beras. Tetap ia berikan sebanyak yang ia minta meski dengan uang kurang.. Selebihnya sedekah katanya.

Di kesempatan lain, ada pula orang datang ke kedainya. wajahnya gulana. Tak punya uang membeli beras untuk dimakan. Dia gantang beras dan lalu berikan dengan cuma cuma. Kata guru saya ini. Kita punya barangnya, jangan sampai orang mati kelaparan sedangkan kita punya berasnya. Itu sedekah. Masyaallah.

Dalam kamus orang Minang, pedagang yang jual mahal itu disindir dengan sebutan “nio lakeh kayo” ingin cepat kaya. Orang tahu harga barang itu dipasaran di bawah yang dia jual. Tetapi dijualnya juga dengan harga tinggi yang membuat orang tak jadi membelinya. Dua kali dia rugi. Barang tak laku. Orang tak mau datang lagi kepadanya.

Macam tiket pesawat terbang yang kini makin tinggi setinggi terbangnya di langit. Demi untung besar, tahu orang butuh tumpangan agar lekas sampai. Dinaikannya harga tiket. Dimintanya bayaran bagasi orang. Jangankan untung yang didapat, malah rugi yang diterima. Banyaklah orang membatalkan keberangkatannya. Atau pindah ke penerbangan lain. Bisa pula jalan jalan sekejab keluar negeri.

Begitulah dunsanak. Berniaga kalau terlalu “akok” hanya rugi yang didapat. Kalaupun dapat, orang akan mengingat dia sebagai di “pemahal”. Tapi juga jangan menjual terlalu murah. Murah dengan maksud menjatuhkan punya orang lain. Karena Islam tidak suka akan hal berlebih lebihan. Terlalu mahal dan terlalu murah. Yang sedang – sedang saja.**

#BerandaPetang
#KopiMalam