Belajar Hypnoteaching, Guru Agama Hipnotis Siswa

TERBARU152 Dilihat

JATIM.KABARDAERAH.COM- MGMP PAI SMP Kabupaten Malang adakan seminar “Pemanfaatan Hypnoteaching Sebagai Pendekatan dalam membentuk Karakter Peserta Didik” di Hotel Balava, Selasa ( 6/8).

Salah seorang pengurus MGMP yang juga guru Agama SMPN 1 Turen, Asrori, mengatakan, pemanfaatan Hypnoteaching bertujuan mengembangkan keterampilan guru dalam mengeksploitasi karakter siswa agar guru lebih maksimal dalam mewujudkan nilai-nilai kepribadian yang luhur dan mulia.

Lebih lanjut tentang harapan yang ingin diperoleh dari seminar tersebut dia mengatakan, “Dengan seminar Hipnoteaching ini, guru diharapkan mampu menyuguhkan sebuah pendekatan konseptual baru dalam bidang pendidikan, pembinaan, metode pembelajaran.

Kemudian guru hadir sebagai solusi dan pengobatan bagi siswa dengan segala problematikanya. Hypnoteaching adalah hasil kolaborasi antara kedahsyatan ilmu hipnotis dengan kemuliaan ilmu pendidikan.”

Hadir untuk membuka seminar tersebut, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang Musta’in dan sekaligus mengukuhkan formasi susunan pengurus mgmp yang baru yang telah terpilih, periode Tahun 2019-2022. Dengan ketua tetap dipegang Samsul Hadi, guru SMP Islam 2 Pujon.

“ Alhamdulillah kegiatan ini diikuti sekitar 200 an Guru PAI yang begitu antusias mengikuti. Seminar yang berlangsung sehari sejak pukul 08.00 dan berakhir pukul 15.00,” katanya.

Lima pemateri dari Tim EQI (Education Quality Improvement) dari Kota Malang yaitu Dr. Abdul Tedy, Umar Kadafi, M.Ce, Dr. Abdul Majid, Biggie Noviandy, S.Si dan Sumikan, M.Pd hadir mengulas Teknik Hypnoteaching sebagai cara komunikasi efektif dalam proses pengajaran, dan cara bagaimana memberdayakan sosok guru agar lebih open minded, attractive, charming, appreciable & well performed untuk tampil di hadapan siswanya.

Seminar tersebut juga mengupas tantangan besar yang dihadapi guru pada zaman ini, terutama dampak dari perkembangan teknologi, perkembangan sosial telah cepat menggeser perkembangan karakter siswa kearah yang kurang tepat. Hal ini ditandai dengan kerapnya terlihat sekolah sering kali merasa kelimpungan dan kebingungan dalam menghadapi fenomena problematika siswa.

Diawali dari faktor kemalasan, kecilnya minat belajar dan motivasi belajar yang rendah. Di sisi lain, banyak di antara para siswa yang gemar “menggoda guru” dengan berbuat ulah, acap kali suka bikin onar dan masalah, pacaran kelewat batas, berkelahi, merokok, minum-minuman keras hingga pada taraf yang lebih memprihatinkan. Sedangkan sebagian guru juga belum bisa bertindak lebih bijak, selain memberikan hukuman dan mengeluarkan siswa yang bermasalah.

Asrori menjelaskan, kegiatan belajar mengajar di kelas kadang terasa begitu menjemukan, membosankan dan menyebalkan. Siswa dan guru tidak bisa menikmati proses pembelajaran dengan suka cita, terasa monoton. Situasi seperti ini akan bisa berubah apabila guru bisa mengimplementasikan metode pembelajaran yang menarik dan variatif sehingga bisa mengguggah selera siswa dalam belajar.

“ Guru harus lebih agresif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang efisien dalam mewujudkan tujuan pendidikan,” ungkapnya. **

(Anis Hidayatie)