Mengapa Sulit Mengubah Pikiran Orang

OPINI & ARTIKEL139 Dilihat

Oleh: Emeraldy Chatra

Di balik apa yang disampaikan orang kepada orang lain terdapat tiga unsur yaitu rencana (planning), niat (intention) dan kepentingan (interest). Kepentingan berada di urutan paling belakang. Di depannya ada niat, dan di depan niat ada rencana. Di balik rencana itulah terdapat pernyataan-pernyataan atau pesan yang disampaikan kepada orang lain.

Saya mendebat dan tidak setuju terhadap apa yang Anda sampaikan karena ketiga unsur tadi. Tapi yang sangat saya pahami adalah niat dan rencana saya saja, karena keduanya murni berasal dari dalam diri saya. Pertama saya berniat membuat Anda sadar bahwa saya orang yang tidak mudah dipengaruhi dan diarahkan. Kedua, saya punya rencana agar Anda kalah dalam perdebatan.

Laku apa kepentingan saya?

Setiap orang punya kepentingan yang kadarnya berbeda. Saya punya kepentingan ekonomi, dan di atas kepentingan itulah saya punya niat dan rencana.

Seberapa besar kepentingan ekonomi saya? Besarnya tidak sama dengan orang lain. Kepentingan saya mungkin hanya sekedar untuk survive , tapi kepentingan orang lain untuk menjadikan diri dan kelompoknya kaya raya.

Kepentingan orang bukan hanya ekonomi, tapi juga politik, agama, atau tradisi, dll. Tak ada manusia yang tak punya kepentingan. Yang membedakan hanyalah magnitude nya saja. Ada yang besar, ada yang menengah, dan ada pula – bahkan kebanyakan – kecil saja.

Kepentingan seseorang dapat dikaitkan dengan kepentingan orang lain. Si A punya kepentingan politik besar – ia ingin jadi gubernur atau presiden. Kepentingan itu dapat ia kaitkan dengan kepentingan politik banyak orang yang kadarnya berbeda-beda. Mengapa saya mendukung Tuan A untuk jadi gubernur, misalnya, karena saya punya kepentingan atas terpilihnya Tuan A. Tuan A menjadikan saya tim sukses atau objek kampanye karena ia membutuhkan dukungan saya.

Kepiawanan mengaitkan kepentingan akhirnya melahirkan struktur kuasa: ikatan antara yang punya kepentingan besar dengan kepentingan kecil. Yang punya kepentingan besar akan memperlakukan yang berkepentingan kecil sebagai jalan untuk mencapai tujuan, demikian juga sebaliknya.

Si B seorang bandar narkotika. Sudah pasti ia punya kepentingan ekonomi sangat besar. Si C seorang pengangguran yang butuh hidup. Ia juga punya kepentingan ekonomi, tapi kecil saja, hanya agar tidak mati kelaparan. Si B kemudian mengaitkan kepentingannya dengan kepentingan si C, maka terjadilah kerjasama di mana si C menjadi kaki tangan si B. Kepentingan mengantarkan mereka pada sebuah kolaborasi.

Si C mendapat pengaruh dari si B dalam memandang realitas. Dari pandangan yang terpengaruh itulah kemudian sejumlah niat muncul dalam diri si C. Si C pun selanjutnya menyusun rencana sendiri yang terdiri dari dua jenis, yaitu 1) rencana tindakan (tentang apa yang akan dilakukan) dan 2) rencana komunikasi (apa yang akan diucapkan atau ditulis). Keduanya dikonstruksi secara rasional menjadi dua bagian yang saling mendukung.

Hubungan antara yang punya kepentingan besar dengan kepentingan kecil selalu melahirkan struktur relasi kuasa ( power relations) yang timpang. Pemilik kepentingan besar akan menjadi patron karena untuk mencapai tujuan-tujuan besarnya ia melengkapi diri dengan berbagai kekuatan, terutama sekali uang dan kemampuan mempengaruhi pikiran orang atau kekuatan komunikasi. Pemilik kepentingan kecil hanya jadi klien karena tidak punya kekuatan.

Dalam relasi kuasa yang timpang itu orang akan mengaitkan niatnya dengan kepentingan dirinya yang sudah mendapat pengaruh dari pemilik kepentingan besar. Saya berniat memasang poster Tuan A karena pengaruh kekuatan Tuan A sudah mengikat saya. Kepentingan Tuan A terikat erat dengan kepentingan saya.

Atas ikatan kepentingan itu saya pun sudah punya rencana komunikasi tertentu kalau ada yang bertanya mengapa saya memasang poster Tuan A. Bahkan saya sudah punya cadangan kosa kata untuk berdebat dengan orang yang melecehkan Tuan A. Niat dan rencana yang ada dalam diri saya membuat saya punya sikap yang kuat, yang tidak mudah dipengaruhi orang lain.

Simpulan dari uraian di atas, kesulitan yang kita temukan dalam upaya mengubah pikiran orang lain adalah karena adanya tali-temali antara rencana, niat, dan kepentingan. Apa yang dikomunikasikan orang itu kepada kita hanya bagian permukaan, yang akarnya tertancap dalam sebuah kepentingan besar.

Dengan demikian diperlukan usaha yang sangat keras agar orang mengubah rencana, niat dan ikatannya dengan kepentingan besar yang mempengaruhinya. Untuk mengubah pandangannya tidak bisa tidak kita harus ‘mengganggu’ relasi kuasa itu. Orang harus dibuat ragu terhadap keterikatan kepentingannya dengan pemilik kepentingan besar

Misalnya, setelah kita tahu pernyataan seseorang berakar pada kepentingan besar Tuan A yang mau jadi gubernur atau presiden, kita harus bisa membuat orang itu meragukan komitmen Tuan A. Orang itu harus jadi kurang yakin Tuan A akan merealisasi janji-janji kampanyenya, dan akan lebih baik kalau mampu mengubah citra Tuan A yang semula baik menjadi buruk.

Keraguan atas komitmen pemilik kepentingan besar akan mendorong orang mengevaluasi niatnya. Tapi perlu hati-hati karena membangun keraguan itu dapat berujung pidana.

Sekarang banyak orang berusaha membangun keraguan atas komitmen tokoh tertentu yang akan mencalonkan diri jadi presiden agar pendukungnya berbalik arah. Namun caranya seringkali kasar dan tidak taktis. Alih2 membuat relasi kuasa jadi goyah, malah membuat relasi kuasa itu makin kuat.

(Penulis Adalah Ketua Jurusan Komunikasi Universitas Andalas)