Aroma Perseteruan Megawati dan Jokowi di Kasus Suap KPU dan Jiwasraya

OPINI & ARTIKEL25 Dilihat

Oleh: Tarmidzi Yusuf

Pasca Irjen Firli Bahuri kini naik menjadi bintang tiga, Komisaris Jenderal terpilih sebagai Ketua KPK pada pertengahan September 2019, saya memprediksi sebagaimana tulisan yang ditulis pada 13 Muharram 1441 atau 13 September 2019 dengan judul Irjen FB dan Nasib Pemberantasan Korupsi.

Prediksi saya dengan terpilihnya Irjen kini Komjen FB dan 4 komisioner lainnya ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi dengan wajah KPK ke depan pasca UU KPK No 19 tahun 2019 yang baru disahkan.

Salahsatu prediksi saya adalah pemberantasan korupsi masih tergantung selera dan rasa. Belum murni penindakan untuk pemberantasan korupsi yang sudah mendarah daging.

Prediksi saya tepat. OTT komisioner KPU Wahyu Setiawan (8.01.20) yang terlibat suap melibatkan petinggi PDIP masih berdasarkan selera dan rasa.

Selera. Ada kepentingan istana dalam membongkar kasus suap komisioner KPU. Rasa. Istana merasa terancam skandal perampokan Jiwasraya dibongkar.

PDIP dianggap bisa memainkan isu Jiwasraya untuk menekan istana.

KPK ‘digunakan’ oleh orang istana untuk membongkar suap PAW PDIP dari Riezky Aprilia ke Harun Masiku pasca meninggalnya adik ipar Megawati, Nazaruddin Kiemas. Skor 1 : 1. Seimbang.

KPK ‘kecolongan’ dengan OTT komisioner KPU Wahyu Setiawan yang melibatkan PDIP. PDIP gelabakan. Istana punya senjata.

KPK gagal menangkap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan penggeledahan kantor DPP PDIP di kawasan elit Menteng Jakarta Pusat.

Menurut sumber, Hasto Kristiyanto bersembunyi di PTIK pada hari Wahyu Setiawan di OTT. Ditengarai uang suap menurut beberapa sumber Rp 400juta dari Saeful Bahri, stafnya Hasto Kristiyanto berasal dari Sekjen PDIP tersebut.

KPK lumpuh dan tak berdaya. Penggeledahan dan penangkapan tokoh partai kandas. Penindakan gagal.

KPK lumpuh ketika berhadapan dengan partai penguasa saat akan melakukan penindakan terhadap politisi PDIP yang ditengarai terlibat skandal suap komisioner KPU Wahyu Setiawan.

OTT KPK semu jadi bahan tertawaan publik. Kasus suap komisioner KPU Wahyu Setiawan jadi remang-remang.

Ditengarai ada agenda tersembunyi dibalik OTT komisioner Wahyu Setiawan. Saling sandera kasus. Jiwasraya tak jelas. Suap Wahyu Setiawan menguap.

Diduga orang istana yang ingin ‘menyandera’ PDIP dengan kasus suap Wahyu Setiawan. Orang istana tersebut khawatir skandal Jiwasraya membuka borok istana. Menghentikan ‘tekanan’ Megawati terhadap Jokowi melalui pembentukan Pansus Jiwasraya.

Agenda lain adalah ‘mentersangkakan’ Megawati. PDIP melawan. Hasto Kristiyanto batal pakai rompi orange ketika diperiksa KPK jumat kemarin (24.01.20). Mungkinkah telah terjadi barter kasus?

‘Perseteruan’ istana dengan PDIP belum berakhir. Rumornya, ada yang berkepentingan untuk mengganti Ketua Umum PDIP dengan penguasa saat ini.

Walau separtai, untuk mewujudkan agenda besar rezim pro China maka perlu upaya merebut kursi Ketua Umum PDIP. ‘Perseteruan’ antara Megawati dan Jokowi telah tercium oleh publik.

Sebagai komprominya skandal suap komisioner KPU dan skandal perampokan Jiwasraya hanya berhenti pada Wahyu Setiawan cs dan Benny Tjokrosaputra alias Bentjok cs. Tidak akan menyentuh tokoh sentral PDIP dan Istana.

Bisakah Megawati bertahan sebagai Ketua Umum PDIP? Benarkah ada ‘operasi senyap’ untuk mengganti Megawati dengan ‘mengkasuskan’ Megawati? _Allahu A’lam_.

Kita tunggu babak selanjutnya yang bakal lebih seru ‘perseteruan’ antara Megawati dan Jokowi. Siapa yang kuat?