Ridwan Kamil Ungkap Porsi Kampanye untuk Jokowi Cuma 1 Persen

POLITIK61 Dilihat

DKI.KABARDAERAH.COM- Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyatakan, porsi kegiatan politik dalam mengkampanyekan Jokowi di Pilpres 2019 hanya 1 persen. Pria yang akrab disapa Emil itu pun meminta pihak yang memberikan kritik agar mencari indivasi yang utuh.

Hal itu disampaikannya merespon pernyataan mantan Menko Kemaritiman, Rizal Ramli yang menilai, Ridwan Kamil terlalu fokus memenangkan Joko Widodo sampai lupa bekerja untuk warga Jawa Barat.

“Saya memaafkan pak Rizal Ramli karena itu komentar dari orang yang tidak mendapatkan indivasi,” katanya kepada wartawan di Gedung Sate, Kemarin.

“Orang yang tidak mendapat info terus membaca berita hanya politik, maka akan mengasumsikan seolah rutinitasnya hanya politik. Padahal politik saya cuma 1 persen,” sambung Ridwan Kamil yang baru pulang dari kegiatan dinas ke luar negeri.

Dia mengaku sudah meluncurkan beberapa program awal yang tertuang dalam visi misi selama lima tahun ke depan. Indivasi itu pun sudah ia kirimkan langsung kepada Rizal Ramli yang juga pernah dipercaya sebagai mentor saat bersaing dalam Pemilihan Walikota Bandung.

“Bagi orang yang tidak baca, tidak tahu, tidak mau tahu, yang dibaca hanya politik, (maka) yang dibacanya saja yang dijadikan sebuah cermin. Saya kirim saja (dokumen). Beliau kan alumni ITB. Mementori juga waktu Pilwakot,” ucapnya.

Hanya saja, pria yang akrab disapa Emil ini meminta kepada semua pihak tidak merespon berlebihan terkait pernyataannya kepada Rizal Ramli. Ia menegaskan tidak marah dan tetap menjaga hubungan baik dengan mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia itu.

Apa yang diutarakannya adalah hak jawab untuk seseorang yang memberikan kritik tanpa dasar. Emil menyatakan, tidak anti kritik jika data yang disampaikan tidak keliru. Sebaliknya, jika kritisi itu benar dan sesuai, maka akan dijadikan bahan perenungannya.

“Sering kali sebagian dari kita masih tidak biasa mendengar pejabat menjawab seperti saya. Kalau saya jawab, kadang disebut baper. Padahal yang dikritisi itu, dasar masukannya itu menurut saya peru diluruskan,” ujarnya.

“Jangan dipersepsikan saya marah. Saya ke rumah pak Rizal beberapa kali, main ke kantor waktu masih di Menko Maritim. Memang karakter beliau mah begitu. Intinya saya maafkan karena info yang didapat terbatas,” terangnya.

Di beritakan sebelumnya, Ridwan Kamil mendapat kritik keras terkait kinerjanya sebagai Gubernur Jawa Barat. Alih-alih fokus berbenah mengatasi masalah, mantan Walikota Bandung itu dianggap lebih sibuk berkampanye untuk Joko Widodo di Pilpres 2019.

Hal itu disampaikan politikus dan ekonom Rizal Ramli saat ditemui usai mengisi acara dialog kebangsaan di kawasan Jalan Hasanudin, Kota Bandung, Selasa (12/3).

“Setelah terpilih menjadi gubernur, dia (Ridwan Kamil) sibuk jadi campaign managernya paslon 1 untuk Jabar. Padahal dia dipilih oleh warga Jabar untuk memimpin dan membereskan jabar,” katanya.

Selain itu, berdasarkan penilaiannya, Rizal Ramli mengaku belum melihat strategi dari Ridwan Kamil membuat Jabar berkembang pesat. Terlebih, sebagai salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbesar, Jabar belum pernah menonjol secara ekonomi meski punya sumber daya alam.

“70 Persen uang beredar itu di Jabotabek. Harusnya Jabar kebagian dampaknya. Tapi dalam sejarah hanya Jatim yang pertumbuhan ekonominya 2 persen lebih tinggi dari rata-rata nasional. Jabar pas-pasan,” terangnya.

Rizal mengakui punya ekspektasi tinggi kepada Ridwan Kamil. Sebagai sosok intelektual dan pernah mengenyam pendidikan tinggi, seharusnya Ridwan Kamil memiliki strategi dalam sebuah blueprint bagaimana Jabar bisa lebih maju lebih hebat, atau pertumbuhan ekonominya bisa terus di angka dua persen di atas rata-rata nasional.

Daripada sibuk mengurus kampanye Jokowi, Ridwan kamil disarankan mengentaskan kemiskinan di Jabar, terutama di wilayah Jabar Selatan.

“Sampai hari ini saya belum baca blue printnya, masa gubernur kerjaannya cuma bikin taman doang. Mana tim akselerasi saya enggak lihat programnya enggak pernah ada,” terangnya.

“Saya mau bertanya, kalau nanti Prabowo jadi presiden, berani gak dia mengundurkan diri, atau dateng minta maaf,” pungkasnya. **

(Gunawan/merdeka)