KabarDaerah.com– Pernyataan Puan Maharani terkait harapan masyarakat Sumatera Barat untuk mendukung Pancasila mendapatkan protes keras dari banyak pihak, khususnya dari tokoh-tokoh yang berasal dari sana. Banyak yang menyayangkan pernyataan Puan ini, apalagi sejumlah pelopor kemerdekaan berasal dari Sumbar.
Sepupu yang juga penjaga rumah Fatmawati, Marwan Amanadin, bercerita soal garis turunan istri Sukarno itu. Menurut Marwan, Fatmawati merupakan putri tunggal dari pasangan Hasan Din dan Siti Khadijah yang berdarah Bengkulu.
“Fatmawati gadis asli dari melayu Bengkulu begitu pula dengan kedua orang tuanya,” kata Marwan, Jumat (4/9/2020).
Marwan menyebut ayah Fatmawati merupakan tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Ketika Bung Karno diasingkan di Bengkulu, ayah Megawati Soekarnoputri itu juga mengajar di sekolah Muhammadiyah dan bertemu dengan Fatmawati.
Pertemuan Sukarno dengan sosok perempuan kelahiran 5 Februari 1923 ini terjadi saat pengasingan di Bengkulu, tepatnya 1938-1942. Bung Karno pun disebut terpikat dengan sosok Fatmawati.
Sepupu Fatmawati, Marwan Amanadin
“Dari situ Fatmawati dan Bung Karno bertemu. Bung Karno langsung terpikat hatinya untuk mempersunting Fatmawati,” tutur Marwan.
Usai menikah, kata Marwan, Fatmawati langsung dibawa Sukarno ke Jakarta. Fatmawati semasa remaja menghabiskan waktu tinggal di Bengkulu.
Fatmawati sendiri dikenal sebagai gadis yang aktif berorganisasi. Salah satunya, dia aktif di Nasyiatul Aisyiyah, sebuah organisasi perempuan yang berada di bawah naungan Muhammadiyah.
Dari pernikahan dengan Sukarno, Fatmawati melahirkan lima orang anak. Salah satunya adalah Megawati Soekarnoputri, yang merupakan ibu Puan Maharani.
Puan sendiri lahir dari pasangan Taufiq Kiemas dan Megawati. Nah, Taufiq juga disebut berasal dari Sumbar dan punya gelar Datuk Basa Batuah. Puan pun pernah menyebut dirinya punya ikatan dengan Sumbar dan merasa pulang kampung ketika datang ke ranah Minang saat menjabat sebagai Menko PMK pada 2017.
“Sehingga datang ke Ranah Minang bagi kami adalah pulang ke kampung halaman,” tutur Puan.
“Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila,” imbuhnya.
(sumber News.Detik.com)
Tokoh Sumatera Barat, Buya Mas’oed Abidin mengungkapkan :
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dan juga anaknya Puan Maharani mempunyai darah Minang.
“Megawati itu anak Fatmawati, itu orang Minang. Siapa bilang dia orang Bengkulu? Dia orang Pesisir Selatan yang merantau ke Bengkulu,” ucap Buya Mas’oed seperti dikutip dari kumparan.com, Kamis (3/9/2020).
Masoed menjelaskan orang Minang memegang adat matrilineal, yaitu mengikuti garis keturunan berasal dari pihak ibu. Fatmawati yang merupakan istri Soekarno adalah anak Hasan Din dan Siti Chadijah yang merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ayahnya merupakan salah seorang pengusaha dan tokoh Muhammadiyah di Bengkulu.
Begitu juga Puan Maharani, anak dari Taufik Kiemas yang ibunya, Hamzathoen Roesyda, adalah berdarah Minangkabau. Dia merupakan penghulu kaum keluarga ibunya di Kanagarian Sabu, Batipuh Ateh, Tanah Datar, Sumatra Barat, dengan gelar Datuk Basa Batuah.
“Dia orang Minang, berarti dia menghina Ranah Minang? Ayah Puan itu datuk, orang Minang, Jadi Puan itu Minang tulen, ibunya anak orang Minang. Astagfirullah,” terangnya
Soal Pancasila, Buya Mas’oed mengingatkan bahwa orang Minang sudah Pancasilais sebelum Pancasila lahir . Nilai-nilai Pancasila sudah tertanam di diri orang Minang. Termasuk dalam sejarah berdirinya NKRI, orang Minang terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan.
“Tapi mereka tidak membanggakan diri sebagai orang Minang, tapi membanggakan diri sebagai orang Indonesia,” tuturnya.
“Bukankah 1928 gerakan kesatuan yang masuk dalam nilai Pancasila dan bernama Sumpah Pemuda itu (perumusnya) orang Minang, Muhammad Yamin? Tapi dia tak menyatakan diri orang Minang, karena nilai Pancasila sudah ada dalam kehidupan masyarakat Sumbar,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, heran dengan masyarakat Sumatera Barat yang tidak menyukai PDI Perjuangan, sehingga perolehan suara partainya buncit di Pemilu. Megawati juga mengaku sulit mencari kader potensial di daerah tersebut sebagai calon kepala daerah.
Sang anak, Puan Maharani, kemudian tiba-tiba melontarkan harapan agar Sumatera Barat menjadi provinsi yang mendukung negara Pancasila. (sumber rri.co.id)
Indrawan Ketua LSM Komunitas Anak Daerah Angkat Bicara
Rakyat Indonesia harus menyadari bahwa negara luar yang punya kepentingan besar terhadap sumber daya alam Indonesia tidak menyukai Indonesia bersatu.
Mereka sebisa mungkin berusaha memecah belah negeri ini, oleh sebab itulah kita harus segera menyadari bahwa kepentingan mereka adalah memporakporandakan kesatuan negara kita.
Sebagai seorang aktivis Saya melihat keadaan ini sangat serius, Selayaknya kita memahami. Bahwa rakyat Indonesia harus segera lakukan recovery terhadap keadaan negeri kita saat ini dengan cara melakukan konsolidasi dengan berbagai pihak anak bangsa. jangan kemukakan kebencian. mari kita jalin Silaturahmi. jika ada yang salah ucap mari kita saling menasehati.
Melihat keberadaan seorang PUAN MAHARANI, kita seharusnya mensyukuri bahwa putri asli Minang telah sampai ketahap yang cukup menentukan dalam bernegara. Dimana PUAN telah menjabat sebagai ketua DPR-RI, sebagai Masyarakat Minang kita seharusnya bersyukur, kita bisa berharap banyak terhadap puan Maharani.
Apalagi kedepan, pada pemilihan umum Presiden dan wakil Presiden 2024 Puan Maharani berpotensi menjadi calon Presiden atau wakil Presiden Republik Indonesia. tentunya merupakan kebanggaan bagi Masyarakat Minang.
Jika dilihat dari perjalanan sejarah negeri ini, Puan Maharani adalah keturunan dari Ranah Pesisir selatan yang Notabene leluhur PUAN MAHARANI berasal dari Indrapura. Fatmawati yang merupakan istri Soekarno adalah anak Hasan Din dan Siti Chadijah yang merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ayahnya merupakan salah seorang pengusaha dan tokoh Muhammadiyah di Bengkulu.
Begitu juga dengan Puan Maharani, anak dari Taufik Kiemas yang ibunya, Hamzathoen Roesyda, adalah berdarah Minang.
Taufik Kiemas merupakan penghulu kaum keluarga ibunya di Kanagarian Sabu, Batipuh Ateh, Tanah Datar, Sumatra Barat, dengan gelar Datuk Basa Batuah.
Lebih lanjut Indrawan mengatakan, Mari kita hindari perpecahan, bangun kesatuan dan persatuan bernegara. issue yang disebabrkan pihak yang ingin kita berpecah sangat mudah dibaca.
Jangan percaya dengan informasi yang sengaja dihembuskan oleh pihak yang tidak suka indonesia bersatu.
Berfikirlah dengan jernih, jika terjadi issue katakanlah komunis, sekarang mari kita lihat kenyataannya:
- Siapa yang menjadi korban..?, tidak kita pungkiri yang menjadi korban adalah rakyat yang seharusnya dilindungi oleh Negara.
- Siapa yang menjadi pelaku..?, Pelaku diawali oleh Rakyat yang berseberangan dengan kebijakan yang terprovokasi oleh issue. pelaku berikutnya adalah ISLAM yang terprovokasi oleh Sutradara dan mau melaksanakan program mereka.
- Siapa menjadi Sutradara, Sutradara awal dimulai dari PETER BECK tentunya kita sudah tau siapa sutradara sesunguhnya dengan memperhatikan kronologis yang terjadi berurutan.
- Siapa yang diuntungkan, yang diuntungkan tentunya sudah dengan sangat jelas, adalah orang yang menguasai pertambangan negeri ini selama beberapa dekade seperti CONOKO PHILIP (Perusahaan Inggeris) CHEVRON (Amerika Serikat), TOTAL INDONESIE (Perancis), NEWMONTS (Australia).
Dari 4 pertanyaan diatas, bukankah sudah jelas apa yang sebenarnya terjadi, sesungguhnya kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kerusuhan di Indonesia di rencanakan atau di design oleh pihak yang memiliki kepentingan sangat besar.
Isue yang ditiupkan oleh orang yang memiliki kepentingan besar di negeri ini tetap akan demikian selama kita belum berubah, untuk itu pada kesempatan ini mari kita hilangkan rasa ketidak percayaan kepada anak negeri, mari kita dukung bersama, jangan mau diadu domba sesama anak bangsa. Berhentilah saling memusuhi sesama anak Bangsa, memang kita juga harus waspada terhadap politik adu domba yang telah ditranfer oleh penjajah belanda.
Terakhir, Mari kita saksikan, konflik Ukraina dengan Rusia, disana ada Chesnia yang penduduknya beragama Islam. mereka semua mendukung kebijakan Rusia mengambil kembali daerahnya yang pernah terlepas. dari contoh-contoh tersebut tentunya kita bertambah yakin bahwa ISLAM dan SOSIALIS tidak berseberangan, namun selama ini selalu di jadikan domba domba yang siap di adu oleh sang sutradara. (Tim Redaksi KabarDaerah.com)