Politik Untuk Nilai dan Martabat

Oleh: Faldo Medani

Saya menulis ini dengan penuh rasa terhormat. Jika kelak saya sudah tiada, anak saya akan mengenang bapaknya sebagai seseorang yang memiliki nilai dan pendirian. Saya harap dia akan bangga pernah dibesarkan oleh orang yang berusaha memegang teguh integritas.

Perjalanan saya pulang kampung ke Padang dalam beberapa bulan belakangan ini terasa sangat berbeda. Jika biasanya sibuk dengan pulangkampuangcom, kini makin banyak sahabat baru untuk berjalan seiring.

Orang-orang mulai mengaitkan aktivitas saya dengan pencalonan Walikota Padang. Awalnya, Saya agak risih dan canggung. Tetapi lama kelamaan, saya menikmatinya.

Makin banyak sorotan media, semakin banyak pula dukungan pada kerja-kerja kami di Padang. Selain itu, kerja Kami yang diam-diam sejak tiga tahun yang lalu mulai dibicarakan oleh banyak orang.

Secara mengejutkan, isu pencalonan Walikota Padang 2018 memberikan banyak dampak positif. Dalam berbagai pernyataan di media, saya juga memang tidak pernah mengatakan akan mencalonkan diri di Pilkada nanti.

Selain memang belum ada kepastian, saya juga tidak mau mengganggu kerja sosial kami di Ranah Minang. Bagi saya, bekerja untuk masyarakat Padang adalah satu-satunya kepastian yang serius saya jalankan.

Sampai pada suatu hari, saya diajak oleh petinggi Partai Keadilan Sejahtera untuk bertemu. Mereka tahu kedekatan saya dengan Bapak Zulkifli Hasan (Ketum PAN dan Ketua MPR RI), yang juga ayah dari kolega saya sewaktu kuliah di London.

Saya ditawari untuk berduet dengan Walikota Mahyeldi Ansharullah di Pilkada Padang 2018 nanti. Tentunya, ini sangat mengejutkan karena tidak pernah terpikir sebelumnya.

Mereka mengajukan dua syarat, yakni saya diminta untuk memastikan dukungan PAN dan sesuatu yang cukup berat untuk bisa saya penuhi. Sesuatu yang menurut saya bertentangan dengan nilai-nilai yang saya yakini. Nabi Muhammad SAW berkata janganlah meminta-meminta kekuasaan.

Setelah itu, saya berangkat ke China untuk menghadiri konfrensi tingkat dunia. Di sana, saya mendapati surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh PAN dan PKS, yang akan mencalonkan Bapak Mahyeldi Ansharullah dan Bapak Hendri Septa di beberapa group WA.

Sekali sepuluh menit telpon saya selalu berdering. Semua sahabat menanyakan tentang apa yang sudah terjadi. Mereka semua Ingin memastikan bahwa saya tetap baik-baik saja.

Sebenarnya, saya tidak tahu persisnya apa yang terjadi. Tetapi saya yakin, syarat-syarat yang tadinya diajukan kepada saya sudah terpenuhi.

Apalagi dalam wawancara di sejumlah media, petinggi-petinggi PKS menyebutkan bahwa Bapak Hendri Septa adalah anak dan menantu dari orang besar di Sumatera Barat. Tentunya, syarat yang diajukan tersebut secara kalkulatif bisa mereka penuhi.

Apa yang sudah terjadi tidak akan menghentikan niat saya untuk selalu bekerja bagi warga Padang. Lewat jalan dan kesempatan apapun, saya tetap akan meneruskan jalan ini.

Untuk saya, masyarakat Padang harus mendapatkan pemimpin terbaik. Sudah saatnya, Padang sejajar dengan daerah-daerah besar lainnya di Indonesia. Jangan sampai berbagai syarat yang diajukan oleh para elit dapat memperburuk keadaan Tanah kelahiran tercinta ke depannya.

Orang Minang adalah suku pejuang. Kita bukan bangsa pengemis. Jangan sampai proses politik yang transaksional menjatuhkan harga diri orang Padang sebagai masyarakat Minangkabau yang bermartabat.

Bagi saya, Politik yang bermartabat adalah jalan keluar dari berbagai permasalahan yang Kita sedang hadapi hari ini.

Sekolah berkualitas hanya ada dalam politik yang bermartabat. Jaminan kesehatan yang mudah juga hanya ada dalam politik bermartabat. Anak muda dengan pekerjaan yang baik hanya ada dalam politik bermartabat. Pemerintahan yang bersih dan transparan hanya akan ada dalam politik bermartabat. Saya akan selalu berumah dalam politik yang bermartabat.

Masyarakat sudah berkomitmen untuk membangun kehidupan berdemokrasi yang lebih baik. Namun, elit masih merasa urusan rakyat tidak lebih dari bagi-bagi antara mereka. Kita harus kembalikan demokrasi ke rumahnya, yakni rakyat yang berdaulat, berdaya, dan bermartabat.

Hanya politik bermartabat yang bisa menghidupkan mimpi anak-anak kita menjadi pegawai pemerintah, guru, walikota, gubernur, dan bahkan presiden. Anak kita tidak perlu takut lagi dihisap oleh elit-elit tidak bermoral.

Saya yakin masih banyak yang memiliki komitmen di negara ini. Polisi, tentara, dan kejaksaan adalah ujung tombak keterlangsungan hukum dan politik bermartabat. Saya harap mereka memberikan dukungan terhadap ikhtiar ini.

Saya akan terus bekerja bersama sahabat-sahabat yang memiliki niat untuk memperbaiki Padang. Lewat jalur apapun, dengan cara apapun. Relakah kita kehilangan martabat itu. ***