GEMPHA PBD : Risamasu Sebagai Anak Penginjil Jangan Merampas Hak Kesulungan OAP

SORONG,PBD, KABARDAERAH.COM-Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menggelar Pemilihan Calon Kepala Daerah, Gubernur/Wakil Gubernur,Bupati/Wakil Bupati,dan Wali Kota/Wakil Wali Kota serentak di 27 November 2024.

Demikian juga dengan Papua Barat Daya, wilayah pemekaran dari Papua Barat ini untuk pertama kalinya menyelenggarakan Pemilihan Calon Kepala Dareah.

Adapun,proses pendaftaran bakal Calon Wali Kota Sorong,Papua Barat Daya telah dibuka pada Senin,22 April 2024.

Salah satu bakal calonnya adalah Dr. Ferdinand Nyong Risamasu S.E, M.Sc,Agr, putra tokoh Penginjil di Tanah Papua,Guru Jemaat S.Risamasu, asal Maluku yang sejak 18 November 1948 untuk mengajar Agama di Tanah Misi Irian atau Papua.

Merasa sudah menjadi orang Papua, Ferdinand Nyong Risamasu pun ingin berbakti dan membangun Tanah Papua,tempat tali pusarnya tertanam. Kini,Ferdinand Nyong telah mendaftarkan diri maju di Pilkada Wali Kota Sorong pada Pilkada 27 November 2024 melalui Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Mencermati bunyi Undang – Undang Republik Indonesia nomor 2 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Undang – Undang nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus dan Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 29/PUU-IX/2011, intinya bahwa “Orang Non Papua Tidak Bisa Calonkan Diri pada Pilkada Provinsi, Kabupaten dan Kota, karena Belum Ada Perdasusnya”.

Terkait hal tersebut, Sekjen GEMPHA (Generasi Muda Pejuang Hak Adat) Papua Barat Daya,Yehezkiel Kalasuat pun angkat bicara.

“Sebagai anak penginjil saudara Ferdinand Risamasu sebenarnya malu

merampas hak Kesulungan orang asli Papua. Sebab bapaknya datang menginjil di Papua untuk mendidik, mengangkat, harkat dan martabat Orang asli Papua,” kata Yehezkiel Kalasuat dalam keterangan tertulis diterima kabardaerah.com,Selasa (23/4/2024).

Ia mengatakan, tujuan para penginjil ke tanah Papua agar membuka tabir kegelapan menjadi terang. Terang itu akan menerangi setiap sendi kehidupan di tanah ini. Ia pun mengutip Kalimat Doa para penginjil dikalah itu sebagai berikut :

” Tuhan, kami datang ke negeri ini nan jauh dari asal kami, kami pertaruhkan semua jiwa raga kami untuk membuka tabir kegelapan, membawa terang Tuhan di tanah ini dan menjadi orang asli Papua menjadi tuan di negerinya sendiri.”

Lanjutnya, bahwa Doa, dan visi besar untuk tanah ini, puji nama Tuhan yang mempunyai tanah ini, hari ini “anak asli Papua sudah mulai berkembang dan menjadi pemimpin di tanah ini. Namun, sayang seribu sayang mimpi besar ini dikubur mentah-mentah didepan mata orang asli Papua, anak seorang penginjil bernama Ferdinand Risamasu membatalkan dan menghancurkan mimpi dan visi besar para penginjil untuk menjadikan orang asli Papua Tuan Di Negerinya sendiri “.kata Yehezkiel Kalasuat .

“Sebagai anak penginjil sebenarnya Ferdinand Risamasu harusnya malu sebab dengan maju (di Pilkada Sorong) telah merampas hak Kesulungan orang asli Papua. Itu artinya Ferdinand Risamasu menghancurkan mimpi besar sang ayah dan para penginjil lainnya yang telah mengorbankan masa mudanya datang mengabdi di Tanah ini untuk menjadikan orang asli Papua tuan dinegerinya sendiri”tegasnya.

“Majunya Ferdinand Risamasu (Pilkada Kota Sorong) sebenarnya telah menyakiti hati orang asli Papua. Bapaknya membangun orang asli Papua dan mau menjadikan orang asli Papua tuan dinegeri sendiri, malah anaknya menghancurkan mimpi besar itu dengan merebut secara paksa hak Kesulungan orang asli Papua untuk menjadi tuan dinegeri sendiri.”

“Oleh sebab itu, Orang Asli Papua pasti dalam lubuk hati nya akan kecewa dan sakit hati dengan tindakan Ferdinand Risamasu apalagi seorang Doctor, yang selangkah lagi menyandang gelar Guru Besar atau Profesor di Universitas cenderawasih di Jayapura Provinsi Papua,”urai Yehezkiel Kalasuat .

“Orang asli Papua akan mengatakan bahwa ternyata Anak-anak penginjil mau rebut kita punya hak Kesulungan juga kah???? “.

Maka akan muncul kekecewaan mendalam, dan ingat ada pepatah mengatakan : “Nila setitik merusak susu sebelanga”. artinya seorang Ferdinand Risamasu yang melakukan perampasan hak Kesulungan orang asli Papua tapi Orang asli Papua akan beranggapan bahwa semua anak penginjil sama saja. Mau merampas hak Kesulungan orang asli Papua.

Sehingga dari situlah akan muncul ketidakpercayaan orang asli Papua terhadap keturunan Anak-anak penginjil di Tanah Papua. Karena Bapak/kakek mereka membangun orang asli Papua tapi Anak-anak/cucunya menghancurkan mimpi besar orang asli Papua dengan memaksakan diri merebut Kursi Kepala daerah yang merupakan hak adat atau hak Kesulungan orang asli Papua.

“Perlu dipahami bahwa dengan demikian dan selanjutnya hubungan orang asli Papua dan anak-anak penginjil akan menjadi renggang dan jauh. Sebab alam berpikir orang asli Papua sangat sensitif terhadap hak Kesulungan mereka.

“Jadi,dengan majunya Ferdinand Risamasu ini, sadar tidak sadar akan merusak hubungan baik antar orang asli Papua dan Anak-anak penginjil ditanah Papua. Terkadang rakus akan jabatan membuat kita lupa menelisik ke belakang perjuangan orang tua kita. Terkadang rakus akan kekuasaan membuat orang lupa diri dan tidak tahu diri dan tidak punya urat malu,” sesal Yehezkiel Kalasuat .

“Terkadang rakus akan jabatan membuat orang gelap mata dan mata hati tertutup”tegasnya lagi.

Pemaksaan kehendak untuk merebut hak Kesulungan orang asli Papua yang dilakukan oleh Ferdinand Risamasu ini akan dicatat dalam catatan sejarah hidup orang asli Papua bahwa :

Bapanya susah payah membangun, Anaknya menghancurkan Orang asli Papua dan dari situlah Orang asli Papua akan menghapus sejarah Perjuangan keluarga ini dalam catatan sejarah hidup orang asli Papua “.tutup Yehezkiel Kalasuat, Sekjend GEMPHA PBD, juga tokoh Pemuda Malamoi Sorong itu. **

Editor : Dominikus Lewuk.