Ketulusan dan Kecerdikan

OPINI & ARTIKEL490 Dilihat

Oleh : Petrus Santoso,SCJ

“Ketulusan adalah Kedalaman. Dan kecerdikan adalah kebijaksanaan.”

SEBAGAI murid-murid Allah  kita diutus dimana saja untuk menjadi pribadi yang tulus (punya relasi yang dalam) dan cerdik (punya kebijaksanaan).

Efek dari ketulusan (relasi yang dalam) adalah rasa kedekatan dan kenyamanan.

Efek dari kecerdikan (kebijaksanaan) adalah kreatifitas dan mudah menyesuaikan diri.
Keduanya mesti bisa diuji dalam segala situasi dan kondisi.

Mari kita lihat selanjutnya …

Relasi manusia itu sungguh unik. Relasi antar pribadi itu sungguh istimewa. Dan relasi yang baik akan menempatkan kita menjadi pribadi-pribadi yang istimewa.

Seorang pribadi dengan pribadi yang lain bisa sampai menemukan keistimewaannya satu sama lain, karena ada perjumpaan, ada persahabatan dan ada pengenalan dari kebiasaan hidupnya.

Lalu, setiap pribadi bisa memberikan penilaian atas persahabatan atau pengenalannya itu setelah rasa yang ada dalam hatinya bisa merasakan kedekatan dan rasa nyaman.

Biasanya, kedua rasa itu: kedekatan dan kenyamanan akan terus berkembang menjadi mendalam di hari-hari selanjutnya.

Pada akhirnya, pribadi yang memberikan kedekatan dan rasa nyaman ini, akan disebut sebagai sahabat. Dan setiap sahabat, itu berarti dia punya tempat istimewa di hatimu. Dan mereka saling menerima dengan tulus.

Sedangkan kecerdikan (kebijaksanaan) adalah “kecerdasan atau ketrampilan” dalam berrelasi.

Pribadi manusia tidak bisa diketahui 100% oleh pribadi yang lain. Yang bisa mengenalnya 100% adalah penciptanya.

Maka, perubahan, keterkejutan dan rasa penasaran itu akan sering dialami. Apa yang terjadi pada hari ini berbeda dengan hari sebelumnya atau berikutnya. Apa yang terjadi pada bulan ini berubah pada bulan sebelumnya dan berikutnya. Dan apa yang terjadi tahun ini berganti pada tahun sebelumnya dan berikutnya. Dan kita, mau tidak mau, suka atau tidak suka, harus bisa terus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi itu.

Mengenal satu pribadi saja sudah menghabiskan banyak waktu kita, bagaimana dengan pengenalan yang lain, yang jumlahnya lebih banyak? Kalau kamu “tidak cerdas atau tidak terampil”, maka kamu akan bilang “auch ach”, tetapi karena kamu “cerdas dan terampil”, maka kamu pasti punya jawabannya. Itulah keunikan yang dimiliki oleh masing-masing.

Yang tidak cerdas dan tidak terampil dalam berrelasi pasti mudah menimbulkan banyk “konflik”: itu dimulai dari kata-katanya, lalu sikap dan tindakannya.

Yang tidak cerdas dan tidak terampil dalam berrelasi pasti mudah menimbulkan “perbedaan”: itu dimulai dari nilai-nilai yang dihidupinya, lalu pengaruh dan komunitas yang dibangunnya.

Yang tidak cerdas dan tidak terampil dalam berrelasi pasti akan mudah menciptakan “permusuhan”: Itu dimulai dari kebiasaannya, provokasinya dan gerakan-gerakan yang mengikutinya.

Itulah sebabnya, di tengah-tengah dunia yang “ganas” ini (seperti di tengah-tengah serigala), Tuhan Yesus mengutus para muridNya untuk bisa memberikan warna yang lain, yaitu Ketulusan (relasi yang mendalam – relasi y ang sungguh-sungguh) dan Kecerdikan (Kebijaksanaan hidup).

Benar! Tantangan menjadi murid Tuhan Yesus dan perutusan yang diberikan olehNya sangat tidak mudah, tetapi tentunya Tuhan Yesus telah menyiapkan dengan baik kepada kita semua.

Itulah sebabnya, pakailah dengan baik pesan dari Tuhan Yesus itu. Sehingga, dengan ketulusan dan kecerdikanmu itu, kamu tetap selamat di tengah “keganasan sekumpulan serigala” (= Keganasan dunia).

Pada akhirnya, “keganasan serigala” harus takluk dengan “Ketulusan merpati” dan “kecerdikan ular”, sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah hadir di tengah dunia, sebab Sang Guru yang mengutus kita adalah lemah lembut dan rendah hati.

Tujuannya satu: Supaya kita bisa menjadi saudara-saudari, teman dan sahabat yang istimewa, sehingga kita sungguh-sungguh menjadi pribadi-pribadi yang istimewa.

Pasti kamu terhormat jika ditempatkan sebagai pribadi yang istimewa oleh yang lain. Saya tutup dengan kata-kata St. Theresia Lissieux, “Segala sesuatu adalah rahmat”. Maka, temukan rahmat itu dalam setiap relasimu dengan yang lain. Amin.

* ) Petrus Santoso,SCJ adalah seorang rohaniwan misionaris katolik Indonesia, berkarya di Hongkong.