Ini Kronologi Singkat Pemukulan Terhadap Wartawan Oleh Polri Dari Resort Nabire Dan Paniai

Papua, Kabardaerah.com – Pada Sabtu, 05/05/2018, sekitar Jam 11:25 Wp, debat kandidat tahap kedua dari empat calon Bupati Kabupaten Deiyai saat itu sedang berlangsung di Guest House, jalan Merdeka Nabire, Papua.

Masyarakat yang datang untuk menyaksikan debat dari balon kabupaten Deiyai yang berada di luar halaman, terlihat sangat antusias dan ramai padahal, mereka ingin melihat, mendengar, dan tentukan pilihan sesuai hati nurani mereka namun, sayang apa daya mereka malah dilarang masuk dan hanya bisa berdiri pinggir di jalan raya.

Katanya masyarakat Deiyai dilarang masuk serta dibatasi oleh pihak Kepolisian dari resort Nabire dan Paniai atas perintah KPU Deiyai. Dengan seperti itu otomatis masyakat akan menentukan pilihan mereka dengan buta-buta.

Selain ratusan masyarakat Deiyai yang berada diluar area guest house terlihat Mando Mote (wartawan tabloid jubi), temannya Alfret Pakage yang juga Wartawan Tabloid Jubi dan seorang Anggota DPRD Deiyai Abeth Yamoye You.

“Katanya wartawan maupun warga dilarang masuk oleh kepolisian yang sedang menjaga area diskusi. Saya (Mando Mote), Anggota DPRD Deiyai, Abeth Yamoye You bersama masyarakat Deiyai dilarang masuk. Alasannya adalah KPU Deiyai membatasi masyarakat masuk menyaksikan kecuali pendukung dari masing-masing kandidat 30 orang yang memiliki id card dari KPU Deiyai,” ujarnya.

“Kondisi seperti itu saya tidak terima dan saya mewakili seluruh rakyatku, Deiyai berbicara dan lantas menyampaikan secara tegas, terbuka dan terhormat di depan pihak keamanan/polisi bahwa, namanya Debat Kandidat itu dilakukan secara transparan dan masyarakat punya hak untuk menyaksikan, maka Pihak keamanan dan KPUD Deiyai wajib buka ruang dan kesempatan bagi kami untuk melihat, memahami, mengenal, menilai visi, misi dan program/kerja serta menyaksikan adu argumen terhadap konsep gagasan pikiran itu,” tambahnya.

Sayangnya, masyarakat Kabupaten Deiyai yang ingin sekali untuk menyaksikan debat kandidat dan melihat paparan visi dan misi Balon, harus relah tinggal diluar bahkan diluar pagar Guest House karena pagar telah di jaga oleh pasukan (Kepolisian).

“Kami datang dari jauh (Deiyai) bukan untuk melakukan konflik untuk mengganggu keamanan, ketertiban selama debat kandidat berlangsung,” tutur seorang warga yang sedang melihat-lihat ke dalam guest house yang diperkirakannya tidak mungkin masuk.

Lebih sadisnya lagi, karena dianggap momen penting sehingga, Mando Mote memberikan kartu ID pers kepada seorang keamanan agar bisa meliput. Awalnya ijinkan masuk setelah dirinya berada di dalam langsung di keroyok segerombolan Polisi, dan memukulnya menggunakan pantat senjata.

“Setelah saya sampaikan itu, saya buka pintu pagar setelah Abeth You (Jurnalis) dipersilahkan masuk setelah diberikan id card dari KPU yang diantar oleh Yan Pigai, salah satu anggota Intel Polres Paniai dan saya masuk ke dalam halaman Gues house dari luar pagar. Lalu pihak keamanan keroyok dan pukul saya dengan moncong senjata, pukul dengan tangan oleh puluhan anggota polisi dan Brimob,” ungkap mando.

“Di halaman Gues house saya dipukul hingga keliling halaman itu, mulai dari gapura masuk hingga depan pintu utama gedung itu lalu kembali ke gapura utama. Ukuran halaman kurang lebih 12 meter, lalu keluarkan saya dari dalam halaman diantar dengan pukulan sampai keluar pagar dari seluruh polisi yang ada di situ,” jelasnya menambahkan.

Mando menjelaskan, hanya menerima pukulan bertubi-tubi dari oknum kepolisian yang mengeroyokinya dari pagar pintu masuk sampai didalam guest house.

“Tapi saya tidak membalas pukulan kepada anggota satupun karena saya merasa saya tidak bersalah. cara menyelesaikan masalah bukan dengan kontak fisik dan menurut saya itu kerdil dan tidak terdidik. Saya Pamong, Alumni IPDN dan tau Prosedur dan pola menyelesaikan masalah,” ungkapnya.

“Saya kena pukulan hampir di seluruh tubuh tapi hanya pelipis dibagian kiri yang terluka hingga berdarah dan lutut bengkak ditendang dengan sepatu laras brimob,” ucapnya.

Setelah menerima pukulan bertubi-tubi dari Kepilisian Nabire dan Paniai sore sekitar pukul 16.00, Ia menuju ke Apotik untuk membeli obat.

“Lalu jam 04.00 Sore, saya ke rumah sakit Siriwini untuk melakukan Visum Dokter. Saya sampaikan ke dokter untuk mau visum tapi disuruh ambil surat di polres Nabire lalu akan keluarkan surat visum. Tapi saya tidak pergi minta surat tersebut ke kapolres. Dokter Hanya melakukan pemeriksaan dan berikan resep obat saja,” katanya.

“Lalu saya ke apotik beli obat dan kondisi sementara saya sakit dan sedang minum obat dari rumah,” tuturnya lagi

Mando menjelaskan kronologi terhadap dirinya.

1. Saat pengeroyokan dan pemukulan itu saya tidak balas pukul.
2. Saat saya masuk tanpa ditanya langsung dipukul oleh Polisi dan Brimob.
3. Polisi keluarkan 3 kali tembakan senjata.
4. Kasubag Ops Polres Nabire tidak mampu tangani anak buahnya.
5. Hanya Alfret Pakage, anggota DPRD Deiyai yang mengamakan dan melindungi saya.
6. Debat Kandidat itu harus diketahui masyarakat, bukan hanya dihadiri KPU, Panwaslu, aparat.
7. Masyarakat Deiyai bukan pengacau, tidak anarkis tapi KPU Deiyai melalui aparat batasi kami.
8. Atas kejadian ini KPU Deiyai harus tanggung jawab.

Nabire, 06 mei 2018
Oleh: korban Mando Mote