Baru Saja Ditemukan Lubang Hitam Setara dengan Massa 40 Miliar Matahari

INTERNASIONAL48 Dilihat

DKI.KABARDAERAH.COM- Para astronom baru-baru ini menemukan ada jutaan lubang hitam di galaksi Bima Sakti. Sebelumnya kita sudah menyadari bahwa percepatan gravitasi di lubang hitam sangat kuat bahkan cahaya pun tidak dapat menghindarinya.

Baru-baru ini para ilmuwan telah menemukan lubang hitam raksasa, berukuran sekitar 40 miliar kali massa Matahari.

Lubang hitam bernama Holmberg 15A adalah galaksi elips super­energi yang berjarak sekitar 700 juta tahun cahaya dari Bumi dan berada tepat di pusat gugusan galaksi Abell 85. Holmberg 15A menjadi salah satu lubang hitam terbe­sar yang pernah ditemukan dengan melacak pergerakan bintang-bintang di sekitarnya.

Para peneliti menyatakan galaksi gugus paling terang (BCG) dari gugus inti-dingin Abell 85, terdiri dari wilayah tengah ultra-difus, yang le­bih redup daripada inti yang terkuras samar dari galaksi tipe awal (ETG) mana pun yang dimodelkan secara dinamis.

Lubang hitam fisik pertama yang pernah ditemukan ada­lah pada 1971. Namun, ada banyak lubang hitam yang be­lum ditemukan di Bima Sakti yang mengkonsumsi materi dari ruang antarbintang. Lubang hitam ini ditemukan sepasang ilmuwan Jepang, Daichi Tsuna dan Norita Kawanaka.

Penelitian yang berjudul “Emisi Radio dari Mengum­pulkan Lubang Hitam yang Terisolasi di Galaksi Kita” menyatakan bahwa terlepas dari beberapa puluh “lubang hitam bermassa bintang” yang telah ditemukan dalam Sistem Biner, pesanan 10 ^ 8 lubang hitam terisolasi (IBHs) mengintai di Galaxy kita. Se­bagai bagian dari penelitian, studi akselerasi elektron yang dihasilkan goncangan yang terbentuk antara aliran keluar, bahan di sekitarnya, dan syn­chrotron radio berikutnya yang dipancarkan dari elektron dipercepat, juga dilakukan.

Perhitungan numerik dari orbit IBH dilakukan un­tuk mendapatkan distribusi spasial dan kecepatan kes­eluruhan. Para ilmuwan juga memperkirakan jumlah IBH yang dapat dideteksi dengan bantuan survei yang menggu­nakan SKA1-mid (SKA2) seba­gai ∼ 30 (∼ 700). Pengukuran paralel yang dilakukan SKA ini mengindikasikan jarak lubang hitam ini, menjelaskan sifat-sifat lubang hitam di Galaxy.

Para peneliti menyatakan bahwa pengamatan ini telah memberi mereka wawasan penting seputar sifat-sifat (misalnya massa, putaran) dari lubang hitam ini dan bagaima­na mereka telah membantu evolusi bintang dan teori disk akresi. Selain itu, ini juga me­nunjukkan bagaimana lubang hitam massa-bintang di Galaxy adalah semua biner dan ada populasi besar lubang hitam terisolasi (IBH) tanpa bintang pendamping. Sekarang mes­kipun penelitian sebelumnya menunjukkan jumlah lubang hitam yang terbentuk dalam sejarah galaksi adalah 10 ^ 8, fraksi IBH di antara ini dapat diabaikan.

“Kami menggunakan model Schwarzschild axisymmetric berbasis orbit untuk men­ganalisis kinematika bintang Holm 15A dari resolusi baru, pengamatan spektral bidang lebar yang diperoleh dengan MUSE di VLT. Kami menemu­kan lubang hitam supermasif (SMBH) dengan massa (4,0 + – 0,80) x 10 ^ 10 massa matahari di pusat Holm 15A,” kata Rober­stein Lee, salah satu peneliti.

Para peneliti juga terus mempelajari blackhole besar dan melakukan pemodelan yang lebih kompleks dan terperinci di sekitarnya. Ini, pada gilirannya, akan mem­bantu mereka mencari tahu bagaimana sebenarnya lubang hitam ini terbentuk dan berapa banyak lubang hitam besar se­perti itu belum ditemukan. ang/R-1

Hewan Tangguh di Kehidupan Ekstrem

Peluang menemukan ke­hidupan di Bulan tiba-tiba menjadi perbincangan. Bukan mengenai alien Bulan yang sulit dipahami, melainkan dari makhluk Bumi yang keluar melintasi lanskap ketika sebuah pesawat ruang ang­kasa menabrak permukaan Bulan. Satelit Israel Beresheet bertujuan untuk menjadi pesawat pribadi pertama yang mendarat di Bulan. Semuanya berjalan aman sampai akhirnya mereka kehilangan kontak pada April lalu. Dengan semua teknologi yang mereka miliki pada saat tabrakan itu, Beresheet ternyata memiliki muatan tidak biasa, yaitu ribuan tardigrades kecil, hewan pa­ling tangguh yang ada di Bumi.

Saat ini, organisasi yang berada di balik tardigrades ini, Arch Mis­sion Foundation dari AS mengata­kan kalau maksud mereka adalah mencari cadangan kehidupan untuk Bumi. Selain itu juga ada kemungkinan bahwa organisme mampu bertahan saat terjadi tabra­kan. “Muatan kami ini mungkin satu-satunya yang berhasil berta­han dari misi tersebut,” kata Nova Spivack.

Tardigrades menjadi perha­tian para peneliti sejak pertama kali ditemukan pada abad ke-18 oleh seorang pastur dan ahli ilmu hewan, Johann August Ephraim Goeze. Hewan yang berukuran milimeter itu terkadang dikenal juga sebagai beruang air. Mereka mirip ulat berkaki delapan de­ngan wajah seperti spfinter. Tapi tidak seperti namanya, tardigrades disebut-sebut sebagai hewan paling tangguh di Bumi. Mereka dapat ditemukan di puncak gunung, gurun yang sangat panas, bahkan danau subglasial di Antartika. Pada buku The Hidden Powers of Animals yang ditulis Karl Shuker bahkan disebutkan kalau hewan ini dapat bertahan hidup dengan dibekukan pada helium cair dan direbus pada suhu 149 celcius.

Rahasia kemampuan tardigrades adalah tubuhnya dapat mengerut seperti bibit, yang mengikis hampir seluruh air dan memangkas me­tabolismenya. Dalam kondisinya itu, hewan ini bisa bertahan hidup dalam kondisi sangat fatal. Pada 2007, peneliti menemukan kalau tardigrades yang sedang tidak aktif sangat tangguh sehingga mampu bertahan dalam radiasi yang kuat dan kekosongan dingin di ruang angkasa.

Sehingga untuk kehidupan di Bulan, ada kemungkinan bahwa tardigrades mampu hidup di sana. Bahkan dengan benturan di permukaan Bulan dapat membuat makhluk tersebut bertahan. “Tardi­grades bisa bertahan dari tekanan yang dibuat seperti ketika aster­oid menghantam Bumi, tentunya benturan kecil seperti ini tidak ada apa-apanya untuk mereka,” ujar Lukasz Kaczmarek, ahli tardigrade dan astrobiologi dari Adam Mickie­wicz University di Poznan. Hewan ini pun berpotensial hidup di Bulan selama bertahun-tahun.

Tardigrade yang dehidrasi dapat dihidupkan kembali setelah ber­tahun-tahun dalam keadaan tidak aktif dengan menyelupkan mereka ke air. Setelah terhidrasi, hewan tersebut akan kembali aktif, makan dan bereproduksi dengan normal. Meskipun begitu, ada sedikit ke­mungkinan hewan itu akan hilang di luar angkasa. “Mereka tidak da­pat berkoloni di Bulan karena tidak ada atmosfer dan zat cair di sana,” tambah Kaczmarek.

Selain itu, Kaczmarek juga tengah mencari tahu mengenai proses penuaan yang terjadi pada tardigrades serupa dengan Sleeping Beauty. Ia mengatakan apabila tar­digrade ketika berada pada kondisi tidak aktif selama satu bulan tetap memiliki usia biologis yang sama, bahkan ketika dihidupkan kembali satu dekade kemudian. **

(Koranjakarta/baim)