Nasdem Kebakaran Brewok, Untuk Tak Dapat Diraih, Malang Tak Dapat Ditolak

OPINI & ARTIKEL58 Dilihat

Oleh : Nasrudin Joha

Nasdem uring-uringan, disebut Gerindra kebakaran brewok ihwal wacana poros Kertanegara – Teuku Umar. Bahkan, Nasdem meledek Andre Gerindra sebagai ‘Kampungan’. Andre sendiri, mengaku orang kampung namun bersyukur bisa lolos parlemen.

Sejak pertemuan Teuku Umar, Nasdem memang terlihat galau. Kegalauan Nasdem lebih tampak ketimbang mitra TKN Jokowi lainnya. Bahkan, Surya Paloh secara reaktif membuat pertemuan tersendiri di Gondangdia, lanjut membuat ‘Provokasi’ dengan membuat ‘Pertemuan haram’ tanpa keikutsertaan PDIP, bersama Golkar, PPP dan PKB.

Kader Golkar berteriak, ihwal keikutsertaan Airlangga dalam pertemuan ini. Airlangga, dianggap menurunkan Marwah Golkar dengan terlibat pada pertemuan partai kelas menengah – bawah, dan menurunkan posisi tawar partai dihadapan PDIP – Jokowi.

Ketimbang Golkar, PKB dan PPP, Nasdem nampaknya ‘merasa’ paling disisihkan pasca putusan MK. Sementara, Gerindra melakukan manuver berbelok haluan menuju rezim – dengan meninggalkan aspirasi pendukungnya- untuk sekedar mendapat jatah ‘nasi goreng’.

Nasdem secara politik memiliki argumentasi untuk berang, karena posisi Nasdem memang All Out mendukung Jokowi. Bahkan, metro tivi pun rela mendapat gelar metrotipu akibat manuver Surya Paloh yang All Out mendukung Jokowi.

Entah, sudah berapa biaya politik yang dikeluarkan Nasdem untuk memenangkan Jokowi. Namun, disaat akan terjadi pembagian Deviden politik, Nasdem diabaikan.

PDIP justru mengundang secara khusus Gerindra, padahal Gerindra tak sepeserpun memiliki saham untuk memenangkan Jokowi. Posisi politik Prabowo yang berdamai dengan rezim, membuat PDIP merasa memiliki harga untuk menawar legitimasi Gerindra.

Padahal, alasan utamanya PDIP membutuhkan Gerindra untuk menghalau dominasi Nasdem dan partai TKN lainnya pada lingkaran kekuasan Jokowi. PDIP tak ingin, Nasdem menjadi Komisaris Utama Jokowi, yang menguasai tinta politik Jokowi untuk meneken sejumlah agenda politik Nasdem yang menumpang pada kebijakan negara dibawah kendali Jokowi.

Lima tahun bermitra dengan Nasdem, cukup untuk membuat kesimpulan politik yang tepat, bahwa memelihara ular itu lebih berbahaya ketimbang memelihara kucing. PDIP, tak ingin membiarkan Jokowi berada dibawah bayang-bayang brewok Nasdem.

Nasdem sendiri, selain mulai mencium gelagat pengkhianatan PDIP juga marah atas perilaku Gerindra yang dianggap memanfaatkan situasi. Padahal, politik sekuler demokrasi itu cair, sangat cair, bahkan tak ada istilah minyak dan air. Semua serba mungkin, lawan bisa menjadi kawan, kawan bisa menjadi pengkhianat.

Namun, manuver terbuka Nasdem yang justru terlihat kampungan, justru akan mengalienasi Nasdem dan menjadi alasan pembenar bagi PDIP untuk mendepak Nasdem dan merangkul Gerindra. Jika hal ini terjadi, wajar saja. Sebab, Nasdem juga biasa melakukan itu pada lawan politiknya

Manuver Nasdem pada Pilkada Jatim dan Jabar, tak mungkin dilupakan PDIP. Sebagai partai tua, PDIP tahu betul watak dan karakter politik Nasdem.

Lantas, apakah Nasdem benar-benar akan bernasib malang saat pengumuman kabinet ? Atau masih mungkin membuat manuver mengunci untuk memaksa PDIP berkompromi dengan memasukan sejumlah kader Nasdem di kabinet melalui kekuasan petugas partainya ? Kita lihat saja nanti. [].