Perantau Pulang Kampung, Hari Rayo Moment Kebersamaan Di Ranah Minang

Sumbar.KabarDaerah.com

Ditulis Oleh  :  Labai Korok Piaman

Sejarah pulang kampung urang Minangkabau dihari raya (Idul Fitri/Idul Adha) itu ada dua yaitu pulang taragak jo kampuang, jo keluarga dan andai tolan (pulang kampung bahari royo). Atau pulang habih kekampung dihari rayo (pulang kampuang dak babaliak lai karantau).

Kedua pulang kampung perantau Sumbar itu akan terjadi disaat kehidupan paska pandemik Covid-19 dan saat kondisi ekonomi Nusantara sedang krisis, disaat semua harga-harga naik serta kebutuhan bahan pokok meningkat dan bahan kehidupan lain langka dikota-daerah tempat merantau.

Alhamdulillah secara formal pulang bahari rayo perantau untuk berwisata sudah disiapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menggelar Rapat Koordinasi dalam rangka kesiapan menghadapi mudik Hari Raya Idhul Fitri 1443 H/2022.

Rapat Minggu kemarin itu, Gubernur Sumbar sudah disampaikan dalam berita media cetak dan elektronik dijelaskan bahwa “agenda utama pada rakor ini adalah membahas berbagai persiapan segala sektor yang ada di Provinsi Sumbar, khususnya menyambut sekitar 1,8 juta perantau yang akan pulang kampung.

Gubernur menjelaskan bahwa ; “Dalam rangka menyambut itu semua, perlu dipersiapkan segala sesuatunya menghadapi kunjungan lebaran oleh perantau, wisatawan dan bagi yang mengambil cuti lebaran untuk pulang ke Ranah Minangkabau.

“Juga saya minta kepada OPD terkait, agar mengkoordinasikan dengan semua pihak terkait untuk menertibkan semua peminta sumbangan di jalan raya dengan dalih apapun yang mengganggu perjalanan,” ungkap Gubernur Sumatera Barat., Buya Mahyeldi saat memimpin Rapat.

Semua OPD terkait diinstruksikan agar paling lambat tanggal 18 April 2022 telah berkoordinasi dengan Kabupaten dan Kota dan telah ada hasil konkritnya untuk kesiapan penyambutan perantau.

Khusus kepada Dinas BMCKTR (Bina Marga Cipta Karya dan Tata Ruang) agar memperbaiki jalan yang rusak dan menyiapkan alat-alat berat dititik-titik yang berpotensi longsor.

“Termasuk juga merapikan jalan disepanjang kewenangan kita, kalau bisa disetiap perbatasan dibersihkan, kapan perlu dibuat ucapan selamat datang dengan spanduk disemua perbatasan Sumatera Barat, sehingga perantau merasa senang dan nyaman pulang ke Sumbar,” kata Gubernur.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Sumbar dan jajaran membuat langkah-langkah itu, barang tentu seperti yang Penulis jelaskan diatas tadi, ini adalah langkah untuk perantau pulang kampung dihari raya untuk bersenang-senanang atau baharirayo.

Namun untuk perantau yang pulang habih kekampuang dihari rayoo, artinya perantau itu pulang kampung karena tidak ada lagi kehidupan dan peruntungan dirantau urang.

Perantau ini pulang karena dirantau tidak mendapat penghidupan paska pandemik Covid-19 terjadi dan kehidupan yang berat akibat semua kebutuhan hidup tinggi akibat himpitan ekonomi. Dan mereka tidak berbalik lagi kerantau pasak lebaran hari raya.

Menurut Penulis agar adil maka Gubernur Sumbar dan Bupati, Walikota juga menyambut kedatangan para perantau yang pulang habih kekampung dihari rayoo ini dengan tangan terbuka, serta mencarikan solusi-solusi penghidupan baru dikampung melalu program unggulan daerah yang mereka itu bisa mendapat kehidupan layak paska pulang habih dalam kehidupan susah.

Penulis melihat dipelosok daerah se-sumbar pulang habih perantau ini sudah terjadi disaat pandemik covid-19 terjadi. Namun kebiasaan urang Minangkabau agar jatuhnya tidak tertimpa tangga maka mereka ada yang memanfaatkan hari raya Idhul Fitri ini untuk pulang kampung. Mari mereka juga disambut dengan tangan terbuka.