Tokoh Katolik Grand Wisata, Bernardus Dwita Pradana Bicara Soal Persaudaraan dan Kerukunan

BERITA UTAMA24 Dilihat

BEKASI, KABARDAERAH.COM-Kerukunan umat beragama di Indonesia sebenarnya sudah ada pada masa-masa sebelumnya. Maka menurut saya, ini merupakan suatu peneguhan kembali apa yang sudah ada sebelumnya. Karena kita kembali pada masa penciptaan Tuhan yang telah menyediakan semua yang dibutuhkan manusia. Jadi, ajaran kasih itu sudah ada dari dulu. Hal tersebut dikatakan oleh Bernardus Dwita Pradana, salah seorang tokoh katolik yang telah lama menjadi warga komplek perumahan Grand Wisata,Bekasi,Jawa Barat.

“Dan, saya juga tidak bisa punya pilihan kalau saya harus jadi anaknya bapak saya. Karena kita terus tumbuh berkembang di suatu daerah,dan akhirnya menjadi satu kesatuan yang pada akhirnya kita (bisa) temukan nilai-nilai pancasila,” kata pria kelahiran Yogyakarta 1967 itu dalam obrolan singkat di rumahnya,kawasan Grand Wisata,Bekasi,belum lama ini.

Pak Dwita,demikian alumnus SMA Seminari St. Petrus Kanisius Menengah Mertoyudan,Magelang itu disapa, berkisah, bahwa ketika awal tinggal di Grand Wisata, suasana kerukunan dan persaudaraan antar sesama umat beragama sudah ada dan terjalin dengan baik.

“Hanya saja telah berkembang. Jadi yang kita pikirkan adanya banyak permasalahan yang pastinya akan ada. Meski demikian semua pihak terutama sebagai seorang (yang) kebetulan beriman Katolik maka harus menghayati dan mempraktekkan hukum ‘kasih nya’.

Ketika disinggung tentang pesan-pesan Abu Dhabi oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Muhamed Al-Tayyeb dalam kesepakatan tentang “Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama-The Document on Fraternity for World Peace and Living Together” Dwita menegaskan, pertemua Abu Dhabi itu sudah menjadi Tonggak sejarah yang luar biasa. Bahkan dulu Fransiskus Asisi bertemu dengan pemimpin Muslim dan sekarang kembali dikristalkan melalui pesan-pesan kemanusiaan dalam Dokumen Abu Dhabi itu.

“Jadi, menurut saya, ini bukan suatu hal yang baru tapi lebih kepada peneguhan kembali. Apalagi dalam masa-masa situasi seperti ini. Pandemi Covid-19 ini justru mengingatkan kita bahwa semua orang (harus) bahu membahu,tanpa membedakan agama dan sebagainya,” urai alumni University Of Melbourne Australia 2003 jurusan Ecommers itu.

Menurutnya, kesepakatan Abu Dhabi sebagaimana yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Mohamed Al-Tayyeb itu bukan hanya sekedar kerukunan antara umat beragama saja. Dokumen tersebut memabahs membahas semua aspek kehidupan manusia termasuk harkat martabat manusia.

“Jika berbicara soal kerukunan umat beragama, sebagai umat katolik, saya lebih melihat dari sisi peran pastoral keluarga,” kata salah satu petinggi di Badan Pemeriksaan Keuangan RI yang pernah menjabat Manajer Program Transregional dan Knowledge Management, INTOSAI Development Initiative (IDI) Norwegia pada 2010-2012 itu.

“Bahwasanya, perlindungan hak-hak dasar anak untuk bertumbuh kembang dalam lingkungan keluarga, untuk memperoleh gizi baik, pendidikan dan dukungan, adalah tugas keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas semacam itu harus dijamin dan dilin-dungi agar tidak diabaikan atau ditolak untuk anak mana pun di belahan dunia mana pun. Demikian juga semua praktik yang melanggar martabat dan hak anak harus dikecam. Sama pentingnya untuk was-pada terhadap bahaya yang mereka hadapi, khususnya di dunia digital, dan untuk menganggap sebagai kejahatan perdagangan manusia tidak bersalah dan semua pelanggaran masa muda mereka,” (Dokumen Abu Dhabi poin 11).

“Sehingga saya menganggap ini sebagai suatu peneguhan yang momennya harus terus kita jaga,dan jangan sampai lewat begitu saja,” tegas Kepala Direktorat Utama BPK RI, Bernardus Dwita Pradana S.E., Me-Comm., QIA, CSFA, CPA, Ak., ACPA, CFrA, CKM,itu.

Tentang Forum Persaudaraan Kerukunan Umat Beragama Grand Wisata

Ketika ditanya soal kehadiran Forum Persaudaraan Kerukunan Umat Beragama Grand Wisata (FPKUB-GW) yang baru saja dideklarasikan 21 Januari 2023 lalu, suami dari Maria Evitria Christiaani ini menyatakan, dirinya menyambut baik dan tentunya mendukung akan niat baik dari warga Grand Wisata dalam merawat toleransi dan kerukunan antar umat juga masyarakat secara umum di wilayah setempat.

Menurutnya,kehadiran FPKUB-GW tidak hanya soal masalah agama, tapi lebih kepada Fraternity atau persaudaraan,persahabatan sosial kita. Karena kalau urusan agama sebenarnya urusan pribadi masing-masing.

“Disini kita butuh semangat Fraternity,semangat persaudaraan, dan semoga aspek-aspek sosial yang saat ini ada didukung supaya berkembang, sehingga hidup kita lebih aman. Sebab, kalau kita bisa hidup rukun. Maka dari itu, Kelima Sila Pancasila tentang Ketuhanan itu jalan, peri kemanusiaannya sudah oke, persatuannya kuat, semua masalah dibicarakan dengan baik (musyawara), sehingga terciptalah keadilan sosial bagi seluruh masyarakat,” imbuh ayah dari Dominic Savio Dimas Anggita itu.

Pesan dan Harapan

Megakhiri perbincangan malam itu, Dwita yang pernah menduduki posisi Programme Manager on Transregional Programme and Knowledge Managament, INTOSAI Development Initiative (IDI ) Norwegia 2010-2013 ini, berpesan, “sejatinya kita hidup di dunia ini sebagai makluk manusia, sebagai pribadi, sebagai bagian dari suatu bangsa.”

Bahwa, pemerintah telah membuat regulasi RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah). Program yang luar biasa yaitu dengan 7 program prioritas nasional.

7 program prioritas pembangunan Nasional sebagai berikut:

1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas dan berkeadilan.
2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan.
3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia dan Berdaya Saing.
4. Revolusi Mental dan pembangunan kebudayaan.
5. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dasar.
6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim.
7. Memperkuat stabilitas Polhukam dan transformasi pelayanan publik.

Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa juga memiliki yang namanya 17 Sustainable Development Goals (SDGs).
Berikut adalah 17 Tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) untuk mengubah dunia kita yakni :

Tanpa Kemiskinan, Nol Kelaparan, Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik, Pendidikan Berkualitas,Kesetaraan Gender, Air Bersih dan Sanitasi, Energi Bersih dan Terjangkau, Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi,Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, Mengurangi Ketimpangan, Kota dan Komunitas Berkelanjutan, Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, Aksi Iklim, Kehidupan di Bawah Air, Kehidupan di Darat,Institusi Kuat Perdamaian dan Keadilan,dan Kemitraan untuk mencapai Tujuan.”

“Nah, kalau kita lihat dengan jerni,maka target-target tersebut bisa mengangkat harkat dan martabat. Oleh karena itu,apa yang kita lakukan di lingkungan terkecil,masyarakat bisa disatukan dengan konsen pemerintah konsen dunia. Maka, kedepan ini adalah One God, One People, One Future (Satu Tuhan, Satu Umat, Satu Masa Depan). Sehingga apa yang diharapan Tuhan untuk menciptakan segala sesuatu baik adanya akan tercipta di antara kita,” tutup umat Gereja Katolik Bunda Hati Kudus,Grand Wisata,Bekasi ini.  ** Domi Dese Lewuk.