Pemprov Lampung Ikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi

LAMPUNG390 Dilihat

BANDARLAMPUNG,KABARDAERAH.COM — Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Fahrizal Darminto mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Derah secara virtual yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri, di Ruang Command Center Lt.II Dinas Kominfotik Provinsi Lampung, Senin (04/12/2023).

Dalam pengantarnya, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Tito Karnavian memaparkan bahwa beberapa waktu yang lalu BPS telah merilis inflasi pada bulan November, dimana terjadi kenaikan.

“Trend inflasi untuk bulan November kita perlu waspadai betul karena mengalami kenaikan year-on-year dari 2,56% ke 2,86% year on year dibanding dengan tahun sebelumnya pada bulan November 2022. Kemudian kalau inflasi dari bulan ke bulan, kita naik 0,38% dibanding di bulan Oktober,” ucapnya.

Saat ini, dari 185 negara di dunia Mendagri juga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik.

“Memang ada negara-negara yang tinggi sekali, tapi kita juga gak buruk, cukup bagus di angka 4,94%,” lanjutnya.

Dan untuk inflasi, Mendagri menjelaskan bahwa Indonesia berada di posisi 138 dari 186 negara dengan angka inflasi 2,86%.

“Kalau pertumbuhan ekonomi rangkingnya makin kecil angkanya makin bagus tapi kalau inflasi makin rendah atau makin besar angkanya (peringkatnya) itu makin baik,” jelasnya.

Jika dibanding dengan Negara G20, inflasi Indonesia juga berada diposisi yang tidak buruk, dan diantara negara ASEAN, Indonesia berada diposisi ke 8 dari 11 negara.

“Kita pada posisi yang relatif stabil, tapi harus waspada karena 2 bulan ini trendnya naik dari 2,2% ke 2,5% sekarang 2,8% tapi 2,8% ini jangan dilihat secara umum nasional karena terjadi variasi tiap daerah ada di daerah-daerah yang tinggi ada daerah yang rendah,” tekannya.

Pada kesempatan yang sama, Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan bahwa tantangan global ditengah perekonomian global yang tidak menentu terdapat fenomena gradual disinflation.

“Di tengah perekonomian global yang tidak menentu ternyata juga ada fenomena gradual disinflation yang artinya bahwa penurunan inflasi di berbagai negara itu cenderung akan menurun secara lambat karena masih adanya tekanan-tekanan inflasi dari beberapa komoditas di pasar global,” ucapnya.

Kemudian yang kedua juga tantangan di tingkat global adalah pemulihan ekonomi global itu juga akan terjadi secara divergent atau divergensi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara yang menyebabkan nantinya juga akan terjadi gap pemulihan ekonomi diantara negara-negara, ada yang bisa pulih cepat dan juga ada yang pulih perekonomiannya secara lambat.

Selain itu, Negara Amerika akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu yang agak lama yang terkenal dengan nama Higher For Longer dan ini menyebabkan tekanan dari nilai tukar atau depresiasi nilai tukar di berbagai negara di luar Amerika termasuk Indonesia.

“Oleh sebab itu depresiasi dari nilai tukar juga dapat ditransmisikan ke dalam tekanan inflasi di berbagai negara termasuk Indonesia yang memberikan risiko juga terhadap tekanan inflasi dalam beberapa waktu ke depan,” jelasnya.

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti, juga menjelaskan bahwa meskipun dalam tiga bulan belakang trend inflasi di Indonesia mengalami peningkatan, namun demikian inflasi di Indonesia masih relatif rendah.

“Tingkat inflasi Indonesia masih relatif rendah dan kita termasuk negara yang dapat mengendalikan inflasi secara baik,” lanjut Amalia.

Amalia juga menegaskan bahwa peningkatan dalam tiga bulan belakangan perlu menjadi catatan untuk inflasi di bulan selanjutnya.

“Trend peningkatan inflasi month-to-month dan year-on-year dalam 3 bulan belakangan ini tentunya perlu menjadi catatan yang yang relatif kita perhatikan untuk kita terus bisa di bulan-bulan berikutnya dapat mengendalikan inflasi ini lebih rendah dibandingkan dengan yang terjadi di bulan ini,” pungkasnya. Red Rls Kominfotik Provinsi Lampung (*)