Setelah dipukul Guru Dengan Kayu, Siswa Dikeluarkan, Orangtua Tuntut Keadilan

POSO.KABARDAERAH.COM- Seorang siswa SMP Negeri Satu Atap (Satap) Toyado, Kecamatan Lage dikeluarkan oleh pihak sekolah. Siswa berinisial IN, siswa pelajar SMP Satap Toyado dikeluarkan oleh pihak sekolah karena dinilai nakal dan suka merusak fasilitas sekolah, hal ini berseberangan dengan keterang siswa dima siswa lah yang menjadi korban kekerasan guru.

Ditemui di rumahnya di Desa Toyado, Kecamatan Lage pada Rabu lalu, IN, Sabtu (2/12) mengatakan, masih ada dua siswa lainnya yang juga ikut dianiaya oleh gurunya. Menurutnya, penganiayaan dengan cara pengeroyokan oleh guru kepada siswanya dilakukan oleh guru agama dan guru PKN di dalam ruangan dan disaksikan oleh guru lainnya.

IN mengakui, pemukulan guru dengan cara pengeroyokan terjadi saat jam pelajaran berlangsung di hadapan banyak guru. Ironisnya, selain dipukul dengan tangan pada bagian kepala, korban juga dipukul dengan menggunakan kayu pagar pada bagian betis sebelah kiri sebanyak empat kali pemukulan yang menyebabkan kaki mengalami hitam lebam dan membiru.

“Kami dipukul bertiga dengan teman saya secara bergantian, ada yang pukul kaki, ada juga guru yang memukul pada bagian kepala, anehnya setelah saya dipukul, saya langsung diberikan surat pindah dari pihak sekolah tanpa ada alasan,” ucap IN didampingi oleh kedua orangtuanya.

Irmawati selaku ibu kandung korban mengaku sangat kecewa dengan sikap para guru yang telah mengeluarkan anaknya secara sepihak tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.

Diakuinya, jika memang betul anaknya membuat kesalahan yang sangat fatal dan tidak ada lagi kebijakan, seharusnya pihak sekolah terlebih dahulu mempertemukan semua pihak, termasuk, dua orang siswa lainnya juga ikut dipukul oleh guru.

“Kalau anak saya bersalah, silahkan dipukul atau dibina, tapi tolong jangan dikeluarkan dari sekolah tanpa ada penjelasan yang tepat,” keluh ibu korban.

Sementara itu saat ditemui, dua guru SMP Toyado Dintje Tombarani sebagai guru PKN dan Sarni Kaooji guru agama saat dikonfirmasi di sekolahnya membenarkan aksi pemukulan tersebut. Menurutnya, pemukulan dengan menggunakan kayu pada bagian kaki sama sekali bukan maksud untuk mencederai atau sebagai sanksi, akan tetapi lebih untuk pembinaan mental agar mereka bisa berubah.

“Memang betul kami memukul akan tetapi bukan berarti kami mau mencederai, pukulan pada kaki untuk mendidik dan membina agar kelakuan mereka bisa berubah, dia itu (IN) sangat nakal, kami sayang dia,” ungkap Wakasek Dintje Tombarani saat ditemui.

Ditanya soal langkah pihak sekolah yang telah mengambil tindakan sanksi mengeluarkan IN dari sekolah tersebut, diakui sudah kesepakatan bersama dari semua guru kelas yang tidak menginginkan lagi anak tersebut bersekolah dengan alasan nakal.

Para guru mengatakan, pemukulan terhadap tiga siswa tersebut dilakukan dikarenakan tiga siswa tersebut membuat keributan, menendang kursi, mengeluarkan kata kotor dan membuat kotor ruangan kelas.

“Saya heran yang dipukul itu ada tiga orang mereka semua bersalah, tapi kenapa cuma IN yang keberatan kalau dia mengaku sakit justru dua orang temannya yang bisa bilang sakit karena tidak pakai celana panjang saat dipukul, justru IN yang pakai celana panjang,” tutur Wakasek.

Terkait hal tersebut, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Poso,Yus Madoli saat dikonfirmasi mengakui belum menerima secara resmi adanya laporan pengeroyokan siswa yang diduga dilakukan oleh dua orang oknum guru.

Menurutnya, jika informasi itu betul adanya, pihak Dinas akan mengambil langkah tegas untuk melakukan pemanggilan kepada kedua oknum guru termasuk pihak kepala sekolah sebagai penanggung jawab sekolah.

“Saya belum mendapatkan informasi adanya kasus penganiayaaan oleh oknum guru kepada siswanya, jika memang betul kami akan menindak lanjuti, hari ini juga kami akan turunkan anggota kami untuk mendatangi pihak sekolah yang dimaksud,” tegasnya. **

(Gunawan/rel)

Tinggalkan Balasan