Lima Suster asal Indonesia Ikrakkan Kaul Kekal di Kongregasi SCSC di Roma-Italia, Tetaplah dalam “Cinta dan Kesetiaan”

BERITA UTAMA733 Dilihat

ITALIA (KABARDAERAH.COM)- Lima dari enam suster asal Flores, Indonesia mengucapkan kaul kekal sebagai anggota Kongregasi Katekis Hati Kudus (SCSC) atau Suore Catechiste Del Sacro Cuore di Roma-Italia, 9 Juli 2022.

Mereka adalah Sr. Kanisia Kasi, SCSC, asal Keuskupan Maumere, Sr. Agustina Lelu Kelen, SCSC dari Keuskupan Larantuka, Sr. Afelina Ince, SCSC dari Keuskupan Ruteng, Sr. Edeltrudia Eba, SCSC, dari Keuskupan Agung Ende, Sr. Martina Solo Atanillan, SCSC , dari Keukupan Larantuka, serta Sr. Arsenette Capistrano, SCSC, asal Filipina.

Perayaan Ekaristia Kaul Kekal dipimpin oleh Mgr. Dario Gervasi,Madre (Muder)  General Kongregasi SCSC, Sr.Roberta Branco,SCSC, para imam Con Celebrate.

Sementara dari pihak keluarga diwakili oleh Ibu Lina dan Ibu Yanti yang diutus oleh Kedutaan Besar RI untuk Roma di Italia. Hal itu mengingat situasi masih dalam Pandemi Covid-19.

Dalam homilinya, Bapak Uskup Roma-Italia menekankan pesan-pesan tentang pentingnya “merawat cinta dan kesetiaan”.

Bacaan-bacaan dalam perayaan Kaul Kekal diambil dari Kitab Kidung Agung, Kisah Para Rasul dan bacaan-bacaan dari kisah kehidupan Santa Giulia Salzano, pendiri Kongregasi Suore Catechiste Del Sacro Cuore (SCSC). Isi dari pada pesan tersebut menekankan pentingnya merawat dan menumbuhkan “Cinta dan Kesetiaan” bagi para suster dalam meniti perjalanan hidup,karya,dan baktinya kedepan.

Bapak Uskup Mgr. Dario Gervasi mengatakan bahwa, “kehidupan di jaman moderen,maju,mewah,megah seperti sekarang ini sangat sulit untuk kita menemukan cinta dan kesetiaan,baik dalam kehdiupan keluarga maupun dalam kehdiupan religius,” kata Sr. Kanisia Kasi, SCSC mengutip homili perayaan misa Kaul Kekal tersebut.

Masih kata putri kelahiran Hila Hobuai,Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka,Flores,Nusa Tenggara Timur sekaligus alumni SDK Hila Hobuai ini, bahwa pesan-pesan dalam homili tersebut sangatlah penting khususnya bagi dirinya juga teman-teman ketika memutuskan untuk memilih jalan hidup membiara.

“Lewat bacaan-bacaan dan refleksi hidup sang pendiri tarekat suster-suster scsc ini, Tuhan mau menegaskan kepada para suster yang sudah memutuskan memilih jalan hiddup serta pelayanannya.”

“Bapak Uskup berpesan, untuk senantiasa menanm dan memupuk cinta dan kesetiaan dalam diri para suster agar tetap setia dalam keputusan yang telah diambilnya, sebagaimana telah dilakukan oleh Santa Giulia Salzano, sang Pendiri Kongregasi Suster-Suster SCSC. Bahwa, Giulia Salzano muda rela tinggalkan segala-galanya dengan tidak menikah (berkeluarga) dan menyerahkan hidup seutuhnya untuk dan demi Tuhan hingga akhir hidupnya,”ujar Sr. Kanisia yang juga alumni SMP Virgo Fidelis Maumere, mengutip homili Mgr. Dario Gervasi dalam misa Kaul Kekal tersebut.

Senyum Cinta dan Kesetiaan, bersama melayani Tuhan dan sesama hingga akhir hayat.

Lalu, mengapa sekarang banyak orang muda tidak tertarik lagi dengan panggilan hidup membiara?

“Mungkin mereka berpikir bahwa, dipanggil untuk menjadi seorang religius hanya untuk bekerja melayani gereja. Tapi mereka tidak berpikir bahwa perjalanan hidup seorang religius adalah memupuk cinta kasih dan kesetiaan, dengan melayani sesama melalui katekese, pengajaran-pengajaran, tindakan, perkataan-perkataan kita yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sebagaimana dilakukan oleh Santa Giulia Salzano, pendiri Kongregasi SC.SC,” kata Bapak Uskup, mengingatkan.

“Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!,” kata Bapak Uskup mengutip Kidung Agung 8:6-7.

Kebersamaan memupuk Cinta dan Kesetiaan dalam sukda dan duka dengan Tuhan

“Jadi, cinta sebagaimana dilukiskan dalam Kidung Agung tersebut sangat sulit ditemukan di zaman sekarang. Maka kami yang telah memutuskan memilih menjalani hidup sebagai biarawati, dituntut untuk senantiasa menjadikan cinta yang ada di hati kami. Dalam hal ini Cinta Kasih Allah, yang dialami selama ini untuk menjadi bekal dalam kehidupan kami di hari-hari selanjutnya, yakni dengan tetap setia dalam keadaan dan situasi apapun,” ujarnya mereview homili  Uskup Mgr. Dario Gervasi itu.

“Tidak seperti keluarga atau para religius zaman sekarang, ketiga merasa bahagia mereka dengan mudahnya mengatakan ‘saya mencintaimu, saya menyayangimu’, tetapi ketika menemukan kesulitan, mulai saling menjauhi, tidak lagi setia , bahkan mulai memilih jalan lain atau memilih pasangan lain. Inilah kesulitan cinta dan kesetiaan di zaman sekarang.”

Mengakhiri homilinya, Bapak Uskup Mgr. Dario Gervasi berpesan kepada kami berenan yang telah memutuskan jalan hidup dan karya dalam pelayanan kepada Tuhan dan sesama.

“Bahwa, saat ini adalah keputusan kalian untuk menjadikan sang cinta itu tetap hidup dalam hatimu. Maka setialah dengan cinta, karena sang cinta akan senantiasa menyertai perjalanan kalian dalam keadaan dan situasi apapun. Setialah kepada Dia yang telah memanggil dan mengutusmu. Cincin yang kalian terima dan kenakan pada saat ini sebagai sumber simbol pernikahan dengan Dia yang tercinta, maka setialah kepada-Nya, jangan melepaskan cinta itu.

“Kenakanlah cincin dalam jemarimu kapanpun dan saat di manapun sebagai cincin kesetiaan, seperti Santo Paulus yang setia sampai mati. Inilah kesetiaan yang diteladani oleh Santo Paulus bagi kita, maka kita pun harus tetap setia dan berani menunjukkan kesetiaan kepada sang cinta. Bahwa kesetiaan seperti Santo Paulus lakukan pada Tuhan itu, bukan harus mati sebagai martir.”

“Bahwa, kematian kita dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti ada sesuatu dalam keadaan atau situasi yang kita hadapi tidak enak atau tidak nyaman. Mungkin hal-hal demikian sungguh tidak menyenangkan, tetapi harus kita jalani, harus diterima baik di dalam kehidupan panggilan kita dalam biara, dalam komunitas maupun di dalam keluarga kita masing-masing. Dengan melalui perkataan, tindakan perbuatan kita,kesaksian hidup kita maka akan banyak kaum muda yang tertarik dan merasa terpanggil menjadi kaum religius. Seperti Santa Giulia Salzano, ia berusaha mengenal, mencintai, dan melayani Tuhan hingga akhir hidupnya.”

“Marilah, kita juga tetap setia dan meneladani Santa Giulia Salzano senantiasa berjalan dalam perjalanan rohani dengan terus melihat, memandang ke surga karena di surga Allah terus melihat dan menata perjuangan hidup kita. Yakinlah, Dia akan senantiasa menyertai perjalanan hidup kita, maka jangan takut berjalan terus. Dia akan senantiasa menempati memeteraikan kita dalam hati Nya yang Maha Kudus. Karena cinta Nya kuat seperti maut dan nyalanya seperti nyala api, biarkan nyala kasih Allah, membakar kehidupan kita setiap hari . Tetap setia dan Mari berjalan terus Tuhan memberkati,” tutup Uskup Roma-Italia itu. **

Laporan : Sr. Kanisia Kasi, SCSC/Editor : Dese Dominikus Lewuk.