Pemprov Bengkulu dan Pemprov Jatim Jalin Kerja Sama Dengan Bawa Misi Dagang Investasi

ADVERTORIAL, BENGKULU365 Dilihat

BENGKULU, Kabardaerah.com – Gubernur Jawa Timur (Jatim), Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si, dan bersama rombongan datang ke Bengkulu, Senin (2/6). Bertamu ke Bengkulu, membawa misi dagang dan investasi di Provinsi Bengkulu.

Dalam kesempatan itu juga digelar perjanjian kerja sama (PKS) antara Pemprov Bengkulu dan Pemprov Jatim. PKS antara yang Pemprov Bengkulu dan Pemprov Jatim yang digelar di Balai Raya Semarak ini, dimaksudkan agar kerja sama antara dua provinsi tersebut dapat memperkuat hubungan kerja sama pada empat sektor.

Yakni, pertanian, perdagangan, perkebunan, dan peternakan. Selanjutnya, PKS akan ditindaklanjuti oleh 13 OPD, 8 BUMD dan 5 Asosiasi dari kedua Provinsi yang direnacakan hari Selasa (4/7).

Gubernur Bengkulu, Prof. Dr. H. Rohidin Mersyah, M.MA, mengatakan Provinsi Jatim merupakan provinsi yang memiliki pangsa pasar lokal yang besar. Ini merupakan kesempatan Provinsi Bengkulu untuk memasarkan dan mempromosikan produk unggulan lokal. Terutama sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan.

“Saya pikir ini sebuah kesempatan bagi Provinsi Bengkulu untuk mengkolaborasikan produk-produk kita dipasarkan di Jawa Timur,” tutur Gubernur Rohidin, usai tandatangan MoU.

Selain itu, kata dia, termasuk investasi dalam bentuk penanaman modal dalam negeri. Ada beberapa sektor yang sangat potensial dan pada misi dagang kali ini. Ada beberapa pelaku usaha dari Jawa Timur yang ikut serta dalam kegiatan misi dagang di Bengkulu ini.

“Untuk sementara kita lakukan kerja sama ini lebih pada transaksi perdagangan dulu. Kemudian investasi apa dari Jawa Timur yang bisa ditanamkan di sini atau kita jajaki di sana,” jelas Gubenur Rohidin.

Pada kesempatan yang sama Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan dari empat sektor yang akan kerjasama itu memiliki potensi yang luar biasa di kedua provinsi tersebut.

Untuk mengembangkan potensi itu perlu dilakukan sinergi antara Bengkulu dan Jawa Timur. Maka bisa dibangun semacam communal branding. “Communal branding ini brand atau merek yang sama untuk produk yang memiliki jenis yang sama,” ujar Khofifa.

Jika ada permintaan yang besar pada pasar ekspor, lanjut Khofifa, maka bisa mudah dikerjakan baik pada tataran kuantitinya maupun tataran kualitinya. Setelahnya, jika kualitinya sudah memiliki jenis yang sama, baru dibuat communal branding atau merek dagang yang sama. “Maka jika ada permintaan ekspor yang besar, kontinuitas dan kuantitinya bisa kita garansikan,” papar Khofifa.

Hal itu, kata dia, sudah pernah dilakukan di Jawa Timur untuk jenis produk kopi. Dan ini sudah di ekspor beberapa kali ke luar negeri. Dengan begitu, dapat menjadi starting bagi Pemprov Jatim dan Pemprov Bengkulu untuk bisa menembus pasar ekspor saat adanya permintaan besar. “Dengan adanya permintaan besar ini nanti, apakah kuantiti maupun kontinuitasnya bisa kita garansikan,” demikian Khofifa.(Kd)adv