Lestarikan Bahasa Aceh, Guru Madrasah Tulis Buku Bahasa Indatu

DAERAH, TERBARU93 Dilihat

ACEH.KABARDAERAH.COM- Hamdani salah seorang guru madrasah di Lhokseumawe, menulis buku berjudul Bahasa Indatu Nenek Moyang Ureueng Aceh yang bertujuan untuk meles­tarikan bahasa Aceh agar tidak dilupakan oleh generasi penerus.

Buku yang ditulis oleh Hamdani ini, berisikan teori-teori mengenai bahasa Aceh dengan pendekatan sosial dan budaya (socio-culture). Sebagai salah satu ragam corak bahasa yang ada di Nusantara dan dunia. Diharapkan, dengan terbitnya buku ini dapat menjadi bahan pembelajaran kurikulum muatan lokal (mulok) di Provinsi Aceh.

“Buku ini saya tulis untuk meles­tarikan bahasa Aceh sebagai salah satu ragam corak bahasa yang ada di Nusantara, serta menambah ragam khazanah buku bahasa Aceh dalam literatur keilmuan, dan sebagai langkah untuk mengulang kegemilangan perada­ban ilmu pengetahuan di Aceh,”ungkap Hamdani, kepada kabardaerah.com, pada Jumat ( 17/11).

Ia menjelaskan, buku itu ditulis dalam kurun waktu selama 7 tahun baru rampung sejak 2010 hingga 2017, Itu disebabkan, karena dalam mengum­pulkan bahan-bahan isi buku harus akurat dan terpercaya.

“Buku ini berisi kearifan lokal masyarakat Aceh yang dipengaruhi oleh syiar Islam. Sebagai agama yang dianut oleh orang Aceh 100 persen Islam,” ujar Hamdani.

Terang Hamdani, buku ini merujuk kepada pendapat-pendapat ahli bahasa Aceh terkemuka seperti Prof Budiman Sulaiman dan Dr Abdul Gani Asyik MA yang juga ahli linguistik bahasa Aceh tersohor dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh.

Hamdani juga bercerita suka dukanya menulis buku tersebut. Selama kurun waktu tujuh tahun menulis buku ini, dirinya mengalami banyak halangan dan rintangan. Ia harus memiliki kesabaran tinggi.

“Itulah penulis, hidup dalam kesaba­ran untuk menghasilkan sebuah karya yang layak dibaca oleh semua kalangan. Bagi para penulis, menulis adalah berjuang untuk pendidikan. Menulis buku bahasa Aceh bagi saya merupakan pengabdian bagi masyarakat Aceh dan Nusantara. Agar bahasa Aceh tidak punah ditelan zaman,” kata Hamdani.

Selain itu, dirinya juga sangat menyayangkan jika ada anak Aceh masa kini yang tidak mahir berbahasa Aceh sebagai bahasa Indatu (nenek moyang).

“Bagi masyarakat luar Aceh yang ingin berkunjung ke Aceh, buku itu  harus dimiliki, karena buku ini dilengkapi dengan kamus Aceh-Indonesia dan Indonesia-Aceh serta buku sebagai pener­jemah penuntun berbahasa Aceh,” tutup Hamdani.

Laporan : Fadhel

Tinggalkan Balasan