Perusahaan Besar Mensupport LGBT dan menjadi Friends of LGBT Movement

Oleh: Anggun Gunawan

Kawan-kawan. Dunia marketing zaman now telah menyasar kepada pasar berbasis komunitas. Pengalaman saya di dunia industri buku membuktikan bahwa penyasaran kepada komunitas spesifik lebih efektif dibandingkan melempar sebuah buku ke toko2 buku dengan harapan semua segmen masyarakat akan membeli buku kita.

Segmentasi pasar di dunia buku cukup beragam menyasar komunitas sastra, menyasar kelompok anak-anak muda yang suka pengajian, menyasar ibu2 muda yang punya bayi dan balita lebih menguntungkan dibandingkan melempar jaring ke lautan pasar lepas. Dr. Emeraldy mengatakan, menyasar komunitas seperti menangkap ikan di keramba.

Sebagai contoh, sebuah penerbit yang memokuskan diri pada buku-buku anak bisa meraih omzet 1 miliar per bulan. Padahal, market mereka hanya anak2 usia 0 sampai 10 tahun.

Arah dunia marketing yang menyasar komunitas dan segmen pasar tertentu inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan bagi perusahaan-perusahaan besar dunia untuk ambil bagian dari kampanye mendukung LGBT.

The William Institut merilis laporan yang cukup menarik soal populasi LGBT di Amerika Serikat pada April 2011: “An estimated 3.5% of adults in the United States identify as lesbian, gay, or bisexual and an estimated 0.3% of adults are transgender.”

Di tahun 2011 itu, jumlah penduduk US berada di kisaran 311,7 juta orang. Kalau misalnya diperkirakan 3,8 % penduduk US adalah penganut LGBT maka populasi mereka sama dengan 11,8 juta orang.

Sebuah komunitas yang menarik bagi perusahaan. Karena bisa jadi jumlah 11,8 juta orang ini akan terus bertambah dan kalau diakumulasikan di seluruh dunia bisa jadi jumlah mereka bisa mencapai ratusan juta orang.

Tahun 2017 ini novel Harry Potter merayakan ulang tahunnya yang ke 20 dan beberapa statistik menyebutkan Novel yang sudah terjual di seluruh dunia mencapai 400 juta eksemplar… Artinya, kalau dipukul rata setahun ada 20 juta eksemplar Novel Harry Potter yang terjual di seluruh dunia.

Nah, di sinilah komunitas LGBT menjadi menarik bagi perusahaan-perusahaan besar dunia. Apabila 10 juta komunitas LGBT di US membeli sebuah produk, maka raihan itu telah menembus separoh dari raihan jumlah penjualan yang bisa dicapai oleh penjualan Novel Harry Potter di seluruh dunia.

Apalagi kemudian kampanye LGBT ini bisa menyasar orang-orang kaya yang punya duit banyak. Menyasar para pengusaha dan politisi. Maka keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan-perusahaan besar dunia itu akan melimpah ruah. Mengalahkan penjualan sebuah novel paling laris di dunia, Harry Potter.

Dan apalagi kalau produk yang dijual itu beraneka-ragam – dari kopi sampai sepatu – dari gadget sampai jet -, bisa dibayangkan keuntungan yang akan didapatkan dari sebuah komunitas yang mengglobal dan punya anggota dengan tingkat populasi besar serta tersebar di seluruh penjuru dunia.

Penelitian yang dilakukan oleh National Survey of Sexual Attitudes and Lifestyles (Natsal) di Amerika Serikat menyebutkan: “Men show a different pattern. In 2010, about 8% of 16- to 44-year-old men reported having had a same-sex experience.

For women in the age range 16 to 44, the proportion who report having had some same-sex experience has shown a dramatic rise over the past 20 years: from 4% in 1990 to 10% in 2000, and to 16% in 2010.”

Nah, statistik menunjukkan bahwa kemungkinan besar populasi komunitas LGBT akan semakin besar benar-benar terbukti dalam kenyataan. Peningkatan populasi berarti adalah angin surga untuk mendapatkan market yang loyal dan terukur dengan jelas.

(  Terinspirasi oleh tulisan Dr. Emeraldy Chatra, LGBT: Depopulasi dan Bisnis, Penulis adalah Alumni Filsafat UGM, Delegasi Indonesia untuk Frankfurt Book Fair 2014, CEO Gre Publishing, Calon Awardee Beasiswa LPDP 2018 Master in Publishing Media Oxford Brookes University UK)

Sumber Bacaan:

https://williamsinstitute.law.ucla.edu/wp-content/uploads/Gates-How-Many-People-LGBT-Apr-2011.pdf

https://www.theguardian.com/society/2015/apr/05/10-per-cent-population-gay-alfred-kinsey-statistics