Suara Milenial di Pemilu 2024, Eva : Pembangunan di Desa-Desa Tertinggal Harus Dipercepat

JAKARTA,KABARDAERAH.COM-Hari ini,Rabu 14 Frebuari 2024 akan ada 204.807.222 orang yang akan menggunakan hak suara memilih calon pemimpin untuk menjalankan tugas kepemerintahan RI dalam 5 tahun kedepan yakni 2024-2029. Mereka berbondong-bondong datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) masing-masing wilayah.

Semua rakyat Indonesia khususnya mereka yang memberikan hal suara berharap akan adanya percepatan pembangunan di seluruh wilayah di 38 Provinsi umumnya dan wilayah-wilayah tertinggal atau terkhusus desa-desa tertinggal.

Harapan-harapan tersebut wajar disuarakan karena masih terdapat 4.000 (empat ribu) desa terkategori sebagai desa tertinggal. Baik dari sisi infrastruktur seperti Listrik atau penerangan, akses jalan raya untuk memperlancar transportasi antara dese ke desa,dan atau desa ke kota.

Dengan adanya percepatan pembangunan di desa- desa tertinggal maka pertumbuhan ekonomi akan berjalan dan masyarakat dapat menikmati apa yang disebut pemerataan pembangunan,pemerataan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan bagi rakyat di negeri Indonesia yang konon “kaya dan subur” tapi rakyatnya masih banyak hidup dalam kemiskinan dan busung lapar (stunting).

Redaksi kabardaerah.com menghimpun sejumlah pesan dan harapan dari para milenial tentang percepatan pembangunan di desa-desa tertinggal pada pemimpin baru hasil pemilu Rabu 14 Frebuari 2024,hari ini.

Eva.J.K, seorang audiotor perusahaan internasional di Sumatera Utara berharap, siapapun pemimpin yang akan terpilih pada pemilu 14 Frebuari 2024 lebih memfokuskan pembangunan infrastruktur di wilayah desa-desa tertinggal. Ia menyebut, masih banyak desa-desa di Indonesia terkhusus di Indonesia Timur masih hidup dalam kegelapan atau belum teralirkan penerangan Listrik dari pemerintah.

“Eva lebih mau pembangunan di desa-desa tertinggal segera di alokasikan,atau dengan nkata lain dipercepat,” kata profesional audit finansial pada sebuah perusahaan asing di Sumatera Utara itu melalui pesan singkat whats app kepada wartawan belum lam ini.

“Seperti presiden sebelumnya,yang gencar melakukan pembangunan di desa-desa tertinggal. Jadi hal ini yang harus dikerjakan oleh pemimpin baru hasil pemilu 2024,” tutur nya berharap.

Pekerja menyambungkan kabel pada pemeliharaan rutin jaringan listrik PT PLN (persero) di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (3/12/2022). PT PLN (Persero) akan meningkatkan rasio elektrifikasi dari 97,4 persen hingga semester pertama tahun ini menjadi 100 persen di 2023 dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp10 triliun dan memprioritaskan daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T.) ANTARA FOTO/Basri Marzuki/pras.

Desa-desa tertinggal, lanjut Eva, sebenarnya harus menjadi pusat perhatian bagi pemerintah pusat dan daerah. Ia mengaku miris dengan kehidupan masyarakat di desa-desa yang masih tertinggal. Bagaimana rakyat kita bisa sejahtera jika sarana dan prasarana seperti kebutuhan penerangan Listrik saja belum mereka nikmati? Masak bangsa ini sudah berusia 75 tahun tetapi rakyatnya masih hidup di bawah garis kemiskinan dan tertinggal?

“Mohon di teruskan untuk pembangunan ya. Biar masyarakat yang ada di desa tertinggal menikmati fasilitas yang di bangun oleh pemerintah. Listrik ya di perbanyak. Karena masih banyak di daerah timur yang belum ada masuk listrik. Diperbanyak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) nya. Biar masyarakat di desa-desa tertinggal merasakan ada pemerataan pembangunan nya,” imbuh Eva yang juga seorang pebisnis muda asal Sumatera Utara itu.

“Saya berharap, jangan cuman daerah di Jawa yang di urus,tetapi utamakan juga desa-desa di timur,Papua contoh ya,juga di Nusa Tenggara Timur dan lainnya. Itu lah tugas teman-teman wartawan yang seharus ya di buat ke berita secara terus menerus,” pinta Eva yang memiliki hobi oleharaga arung jeram itu.

Harapan juga dari dari Fandi Lewuk, salah seorang remaja asal Dusun Natarita, Desa Darat Gunung,Kecamatan Talibura,Kabupaten Sikka, Flores,NTT.

Dalam pesan whats app yang diterima redaksi kabardaerah.com,Selasa (13/2/2024) mengeluhkan infrastruktur jalan raya menuju Dusun Natarita.

“Kampung kami ini sejak tahun 1982 sudah dibangun sekolah Dasar Inpres (SD Inpres). Namun pembangunan fasilitas pendidikan ini tidak dibarengi dengan infrastruktur jalan raya (jalan aspal), air bersih dan juga listrik,” kata Fendi yang kini tercatat sebagai salah satu mahasiswa di salah satu Universitas di Kota Maumere,Flores NTT itu.

Fendi melanjutkan, jarak dari Jalan Provinsi ke Dusun Natarita hanya sekitar 6 kilo meter. Infrastruktur jalan masih menggunkan rabat tanpa parit atau got air di kiri kanan jalan. Air hujan tentu menggerus bagian jalan sampai tersisa batu-batu besar pesis kali mati.

“Kondisi jalan seperti ini sangat membahayakan penggunak sepeda motor,karena batu-batu itu sangat besar. Bayangkan jika licin, terpleset,nyawa orang bisa melayang. Belum lagi fasilitas air bersih. Memang ada sarana itu tapi aliran air lebih banyak mati.Untuk mendapatkan air bersih warga harus berjalan kaki naik turun bukit dengan jarak tempuh 5 kilo meter, jalannya mendaki pula. Jadi, harapannya siapapun yang akan terpilih jadi Pemimpina (Presiden-Wakil Presiden) 5 tahun kedepan,harus memprioritaskan kebutuhan warga di desa-desa atau kampung-kampung yang masih tertinggal,” imbu Fandi Lewuk. ** Dese Dominikus Lewuk.