Natalius Pigai Kawal Kasus Penembakan Yulianus Tebai dan Vincen Dogomo Papua

DAERAH, TERBARU59 Dilihat

PAPUA, KABARDAERAH.COM- Aktivis Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai menyambangi Distrik Bomomani, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah, Selasa (21/2/2023).

Pada kesempatan itu Natalius Pigai menerima pengaduan dari keluarga Yulianus Tebai dan Vincen Dogomo, dua warga yang menjadi korban penembakan yang diduga dilakukan aparat keamanan di Kampung Tugomani, Kabupaten Nabire pada 21 Januari 2023.

Dalam kunjungannya ke Bomomani itu, Natalius Pigai didampingi Tim Panitia Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Dogiyai.

Natalius Pigai mengatakan dirinya akan mengawal kasus penembakan terhadap Yulianus Tebai, Vincen Dogomo, dan sejumlah warga sipil lainnya.

“Saya harapkan keluarga korban memberikan surat kuasa terhadap Lembaga Bantuan Hukum, supaya mereka kawal [kasus penembakan itu] sampai di tingkat regional, nasional, sampai internasional. Saya datang menerima dan melakukan investigasi kasus itu,” kata Pigai saat dihubungi.

Kasus penembakan terhadap Yulianus Tebai dan Vincen Dogomo berawal dari aksi pemalangan di Kampung Ugida, Kabupaten Dogiyai, pada 21 Januari 2023 lalu.

Yulianus Tebai ditembak saat ia mengikuti sekelompok orang yang sedang mengejar truk di jalan raya penghubung Nabire – Dogiyai, karena ingin menenangkan mereka. Saat itu, Yulianus Tebai kebetulan sedang dalam perjalanan dari arah Mapia menuju Nabire.

Malangnya, anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Dogiyai itu justru ditembak dan meninggal dunia. Penembakan itu diduga dilakukan oleh aparat keamanan yang menerima laporan tentang pemalangan jalan di Ugida.

Seorang warga lainnya, Vincen Dogomo juga terkena tembakan di paha, hingga harus menjalani perawatan di Puskesmas Mapia, sebelum dirujuk ke RSUD Nabire untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Sejumlah informasi yang belum terverifikasi menyatakan ada sejumlah warga lain yang juga tertembak dalam rangkaian peristiwa pada 21 Januari 2023 itu.

Natalius Pigai yang juga anggota komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia periode 2012-2017 itu menerima aspirasi keluarga korban dari Koordinator Lapangan, Natalius Magai. Magai berharap Natalius Pigai meneruskan aspirasi keluarga korban kepada para pihak terkait.

“Saya sudah isi aspirasi masyarakat, jadi tolong sampaikan kepada petinggi Polri, jenderal TNI, dan laporkan kepada Perserikatan Bangsa Bangsa, bahwa penembakan terhadap Yulianus Tebai dan Vinsen Dogomo adalah pelanggaran HAM berat, karena terjadi secara terukur, sistematis, dan terencana,” kata Pigai.

Magai mengatakan insiden penembakan yang dilakukan oleh aparat keamanan membuat masyarakat tidak bersimpati terhadap aparat keamanan.“Kami sebagai rakyat Kabupaten Dogiyai menolak dengan tegas tolak, tolak, dan tolak [upaya] Kapolres Dogiyai Samuel Tatiratu [yang] datang untuk menyelesaikan penembakan terhadap Yulianus Tebai dan Vinsen Dogomo, dan ada beberapa orang yang terluka,” katanya.

Orangtua Yulianus Tebai, Pintitus Tebai mengatakan pihaknya telah melakukan doa rekonsiliasi dan perdamaian pada 20 Januari 2023, untuk mengakhiri berbagai konflik yang terjadi di Kabupaten Dogiyai. Akan tetapi, pada 21 Januari 2023, anaknya justru tergembak.

“Kami menilai Kepala Kepolisian Resor Dogiyai tidak tegas melarang anggotanya melakukan penembakan kepada warganya. Karena ketidaktegasan itu, anak saya menjadi korban penembakan oleh aparat keamanan,” katanya.

Kepala Suku Besar Wilayah Siriwo, Mapia, Piyaiye, Topo dan Wanggar (biasa disingkat menjadi Simapitowa), Vabianus Tebai mengatakan perlakuan aparat keamanan terhadap Yulianus Tebai, Vinsen Dogomo dan seluruh rakyat Papua Barat menambah panjang deretan daftar pelanggaran HAM di Tanah Papua. (rel/jubi)