Berlabuh Satu Jam, Kapal KM Labobar Culik Bayi 8 Bulan

JAYAPURA.KABARDAERAH.COM- Tindakan tak manusiawi oleh oknum petugas pelayaran yang ada di dalam kapal putih KM. Labobar sangat ditentang dan dipertanyakan masyarakat. Yaitu para Mualimnya, bahkan seluruh staf hingga orang nomor satu di dalam kapal penumpang tersebut. Termasuk pimpinan PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) baik yang ada di Pusat dan di Cabang Jayapura itu sendiri.

Tepat dihadapan wartawan kabardaerah.com, di lokasi pelabuhan Jayapura, Jumat (29/12/2017), terlihat sangat jelas aksi tak manusiawi yang dilakukan segenap petugas KM Labobar terhadap para penumpang yang hendak melakukan keberangkatan ke daerahnya masing-masing. Padahal, justru kebanyakan calon penumpang itu sudah membeli tiket kapal.

Pasal terjadinya tindakan yang dapat tergolong brutal tersebut, yaitu tentang waktu sandarnya KM Labobar di pelabuhan Jayapura yang cuma memakan waktu satu jam saja. Di depan mata awak KD sendiri di pinggir tangga naik kapal yang terletak di samping kapal itu, tepat satu jam lewat beberapa menit dan mulai tangga kapal yang berada di bagian tengah tersebut dinaikkan kembali ke kapal tanpa memandang lagi aspek kemanusiaan.

Entah akan jatuh baik pengantar pengunjung yang akan turun kembali ke darat, ataupun penumpang yang berdesakan naik dengan barang-barangnya ke atas kapal termasuk dengan anak-anak kecil dan orang-orang tua, seakan dengan mata tertutup para petugas Kapal KM Labobar langsung menaikkan tangga kapal seenaknya.

Setelah tangga itu benar-benar sempurna melekat pada posisinya di atas body kapal, KM Labobar langsung mulai tancap gas perlahan-lahan dan melaju keluar dari teluk kota Porth Numbay, tanpa lagi merasa bersalah sedikitpun kepada banyaknya calon penumpang yang adalah juga manusia.

Masih dalam pantauan wartawan KD ini sendiri (Foto dan bukti Rekaman Video ada tersimpan), sejumlah para calon penumpang yang sangat kecewa dan marah ini akhirnya berjalan keluar dari atas pelabuhan menuju kantor PELNI untuk meminta pertanggungjawaban petugas PELNI yang ada.

Dengan amarah yang meluap-luap, baik pria maupun wanita itu langsung menggerebek Pos Penjualan tiket yang berada di depan pintu masuk pelabuhan untuk meminta pertanggungjawaban petugas pos PELNI yang kebetulan masih ada. Aksi itu tidak luput dari pembakaran karton yang menimbulkan api serta asap di pinggiran pos jualan tiket PELNI tersebut.

“Kami sama sekali tidak terima dengan ulah biadab petugas KM.Labobar. PELNI harus bertanggungjawab dengan anggota-anggota keluarga dan barang-barang kami, kami yang sudah ikut terbawa kapal. Ini aksi tak manusiawi sama sekali dan biadab memang. orang-orang yang bertugas didalam kapal Labobar itu binatang ka? kalau mereka manusia, kenapa tidak bisa melihat banyaknya manusia yang juga sudah membeli tiket PELNI dan menunggu di bawah tangga kapal untuk naik ke kapal. Ini ada apa? kami bukan binatang,” cetus pria yang menyebutkan namanya Alex dalam keadaannya yang memang benar-benar naik pitam.

“Di antara kami ini ada seorang ibu yang anaknya masih bayi berumur 8 bulan tapi ikut terbawa kapal biadab itu. Padahal ibu ini hanya turun sebentar keatas pelabuhan untuk mengambil sisa barangnya. Mungkin tidak sampai setengah jam ibu ini hendak naik kembali ke kapal, tangganya sudah kasih naik. Memang sangat biadab dan tidak manusiawi sama sekali petugas-petugas yang ada dalam kapal Labobar itu,” seru salah seorang pria penumpang lainnya.

Berdasarkan pantauan Kabardaerah.com, ketika desakan keras dari semua calon penumpang yang gagal berangkat beserta keluarga-keluarga pengantar mereka itu diyel-yelkan, dengan pengawalan beberapa orang aparat kepolisian yang bertugas di pelabuhan Jayapura akhirnya mengawal. Salah seorang petugas pos PELNI itu keluar untuk bertemu muka dengan para calon penumpang.

“Mohon bapak ibu bersabar. Saya sudah berupaya menghubungi pimpinan saya namun handphonenya tak diangkat-angkat. Mohon bapak ibu bersabar, kita tetap akan mengembalikan ongkos tiket bapak ibu,” Ujaran petugas pos Pelni ingin menenangkan masa yang terus mengamuk.

Walaupun kalimat penyejuk itu dikeluarkan petugas PELNI yang hanya bertugas menjual tiket, sayangnya masa yang mengamuk itu tidak meresponnya karena merasa kesal, kecewa berat karena tidak akan mengunjungi keluarga mereka di moment paling berharga Natal dan Tahun Baru.

Ironis lagi, justru ada anggota-anggota keluarga calon penumpang beserta barang-barang yang terangkut kapal tanpa tuannya. Petugas PELNI yang bukan orang asli Papua itu spontanitas juga diberi satu tonjokan dari tangan salah seorang wanita asli Papua.

Para calon penumpang yang masih tidak terima perlakuan orang-orangnya PELNI di dalam KM Labobar itu akhirnya keluar berjalan ke jalan raya dan menaiki sebuah truck berwarna kuning untuk menuju kediaman pimpinan PT. PELNI. Bahkan hendak mendatangi kediaman Gubernur Papua untuk meminta bantuan.

Walaupun sudah ada upaya untuk menenangkan masa calon penumpang itu oleh petugas kepolisian agar ada kordinasi nanti dengan PELNI, ternyata tekad para calon penumpang gagal berangkat ini tetap berjuang agar mereka pun bisa segera diberangkatkan.

“Tadi kalau mereka bakar pos kecil di depan ini, itu ceritanya lain lagi. Kita ini hanya menjaga aset PELINDO. Kita ini bukan petugas PELNI di sini. Makanya tadi kita arahkan supaya mereka tenang untuk dicarikan solusinya. Jujur kami juga kaget masa kapal itu bisa berlabuh cuma satu jam,” ungkap salah seorang perwira pertama bermarga Buinei.

(Jef/Ais)