Eksklusif ! Wawancara Manu Urbinas Beberkan Persiapan Maju Pilkada Raja Ampat Hingga Alasannya Tidak Lagi Bersama AFU

POLITIK43 Dilihat

Waisai.KabardaerahKomisi Pemilihan Umum telah menetapkan tahapan dan jadwal pelaksanaan pilkada serentak tahun 2020. Setelah ditunda akibat pandemi covid-19, tahapan kembali dilaksanakan per tanggal 15 Juni 2020. Dalam jadwal yang telah ditetapkan melalui PKPU 5/2020, pemungutan suara dilkasanakan pada tanggal 9 Desember 2020, pendaftaran pasangan calon oleh partai politik pada tanggal 4 september s/d 6 september 2020. Untuk penetapan pasangan calon dilaksanakan pada tanggal 26 september, sehari setelahnya kampanye pasangan calon dimulai hingga berakhir pada masa tenang pada tanggal 6 Desember 2020.

Di Provinsi Papua Barat, ada sembilan Kabupaten yang akan menggelar Pilkada tahun 2020 ini, salah satunya adalah Kabupaten Raja Ampat ini. Sederet nama top pun masuk dalam bursa Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Raja Ampat. Salah satunya adalah Manuel P. Urbinas yang saat ini menjabat Wakil Bupati Kabupaten Raja Ampat yang akan maju menjadi calon Bupati Raja Ampat pada Pilkada tahun 2020 ini.

Lalu bagaimana persiapan Manu Urbinas menjelang Pilkada tahun 2020? Apa saja yang sudah dipersiapkan Manu dan kenapa Ia memilih tidak maju bersama dengan pasangannya terdahulu? Visi Misi dan Analisis Politiknya jelang Pilkada? Simak wawancara eklusif Kabardaerah.com dengan Manu Urbinas berikut ini :

Anda pernah merasakan atmosfir kompetisi pilkada, berpasangan dengan Abdul Faris Umlati pada pilkada Raja Ampat tahun 2015 anda berhasil menang dengan raihan suara telak. Selisih suara yang terlampau besar dari ukuran UU (2%) membuat sengketa hasil pilkada di Mahkamah Konstitusi menjadi tidak bermakna, anda bersama pasangan ditetapkan sebagai pemenang karena competitor anda waktu itu dianggap tidak cukup memiliki legal standing oleh MK. Mengapa anda mengambil opsi untuk maju dengan tidak lagi berpasangan dengan Bupati saat ini, padahal raihan electoral anda berdua waktu itu sangat meyakinkan?

Benar saya pernah merasakan itu, bisa dibilang saya bukan wajah baru dalam konteks pilkada Raja Ampat. Kala itu (2015) bisa diakatakan saya sedang berada di puncak karir sebagai ASN. Diusia 40-an tahun menjabat sebagai kepala SKPD merupakan prestasi yang bergengsi bagi ASN terutama di daerah. Banting setir ke politik bukanlah pilihan mudah bagi orang di posisi saya, namun dengan sepenuhnya berserah diri kepada Tuhan saya yakinkan langkah menerima pinangan Pak Umlati waktu itu mundur dari ASN dan mendampinginya sebagai calon wakil. Dalam benak saya waktu itu, mengabdi kepada rakyat dan daerah tercinta akan lebih maksimal jika saya berada di pemerintahan, jabatan politik yang diperoleh melalui election, menerima mandate rakat, saya bisa berbuat lebih banyak. Setelah menjabat saya mulai menyadari bagaimana hidup di dunia politik, idealism tidak cukup, kemampuan akademik dan pengalaman di birokrasi tidaklah cukup untuk mewujudkan cita-cita luhur saya memajukan daerah dan masyarakat. Singkatnya mungkin begini, saya dan pak bupati tidak lagi punya sudut pandang yang sama dalam melihat raja Ampat, dari situ saya menganggap bahwa jasa saya tidak lagi dibutuhkan pak bupati untuk menjalankan visi dan misinya.

Profil Manuel Piter Urbinas

Bupati saat ini menatap pilkada dengan penuh optimisme. Raihan partainya (demokrat) 9 kursi dari total 20  DPRD Raja Ampat secara kalkulasi sudah sangat lebih dari cukup mengusung calon. Modal politik yang cukup besar bagi seorang calon petahana. Apa ini tidak membuat anda gentar untuk akhirnya memilih untuk tidak menjadi penantang?

Begini, selama kurang lebih 5 tahun menjabat saya tidak cuma duduk dikantor. Saya secara intens membangun komunikasi dengan rakyat, grassroots. Memang dilihat dari kacamata politik, petahana begitu superior memenangi pileg 2019. Namun, pilkada dengan pileg punya perbedaan besar. Realitas politik kita di Indonesia tidak seperti di Amerika serikat, yang begitu terpolarisasi antara partai republic dan demokrat, disini preferensi politk konstituen dalam pilkada adalah condong kepada figur, bukan partai ataupun ketua partainya banyak referensi dimana partai pemenang dalam pileg lokal kalah dalam pilkada ketika mengusung calon. Dalam pilkada yang lalu, kemenangan yang kami raih adalah kemenangan bersama, saya tidak saja istilah kita di raja ampat sekedar bawa badan, saya juga membawa konstituen pendukung yang secara akumulasi menjadi suara yang mengantarkan kami berdua sebagai pememang. Saya tahu persis peta politik di raja ampat makanya raihan 9 kursi atau bahkan 15 kursi tidak membuat saya gentar maju sebagai penantang.

Lantas modal politik apa yang anda punya untuk maju sebagai penantang?

Begini, seperti yang saya katakan tadi saya punya dukungan electoral. Terpilih sebagai wakil bupati adalah fakta tak terbanahkan bahwa saya berhasil meyakinkan rakyat konstituen. Ada satu masa saya berada pada titik terendah, saya begitu pesimis untuk berkiprah di politik dan sempat terlintas untuk mengabdi pada bidang lain, namun dukungan moril dari rakyat dating bertubi-tubi mereka meyakinkan saya bahwa akan setia mendukung setiap langkah dan keputusan politk saya. Loyalitas pendukung inilah yang memompa semangat saya untuk terus berkiprah di lapangan politik dan maju sebagai calon bupati.

Benar demikian, namun regulasi tidak dapat menilai besaran pendukung anda jika tidak ikut dalam kontestasi. Untuk berlaga dibutuhkan tiket, tiket yang dikeluarkan oleh partai politik. Inilah modal politik yang menjadi syarat mutlak untuk bertarung menantang petahana, apalagi pilihan jalur perseorangan tidak lagi dapat ditempuh saat ini karena tahapannya sudah lewat. Dukungan parpol mana yang sejauh ini sudah anda peroleh?

Benar sekali, dan saya memahami dengan sungguh syarat-syarat dan aturan main untuk berlaga di pilkada. Demokrat punya 9 kursi, total masih ada 11 kursi tersisa yang dipegang oleh GOLKAR (4 kursi), Hanura (2 kursi) , Nasdem (1 kursi) , PKS (2 kursi), PAN (1 kursi), gerindera (1 kursi). Dengan komposisi itu praktis hanya GOLKAR partai selain demokrat yang dapat mengusung calon. Saya tengah mengikuti proses seleksi calon kepala daerah di Partai GOLKAR, sembari juga membangun komunikasi dengan parpol lain. Nasdem sangat intens saya berkomunikasi dengan pimpinan di atas, dan bukan bermaksud mengklaim tetapi hamper dipastikan rekom nasdem akan saya kantongi. Untuk GOLKAR saya sangat optimis, Ketua DPD Kabupaten sudah membukakan ruang yang begitu besar bagi saya mengikuti proses seleksi, termasuk membuka jalan untuk komunikasi ke elit partai di pusat. Sejauh ini GOLKAR masih menunggu untuk dapat dilaksanakan survey yang terkendala akibat pandemic, bagaimanapun formatnya saya siap mengikuti dan dengan histori yang kuat antara saya, orangtua saya, istri saya dengan partai ini bisa menjadi factor penentu mengusung saya, tentu di dukung dengan factor popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas.

Siapa yang anda pilih mendampingi anda di pilkada ini?

Saya telah secara resmi membangun komitmen politik dengan bapak Hasan Makassar. Beliau berlatar belakang pendidik. Tokoh muslim yang sangat berpengaruh dan punya positioning kuat dikalangan muslim raja ampat, asli maupun saudara-saudara non-papua. Kepiawaiannya menjalankan fungsi sebagai pendidik membuat saya terpikat untuk meminangnya sebagai calon wakil saya. Segudang pengalaman yang dimiliki sebagai pendidik adalah modal yang diutuhkan untuk membangun masa depan generasi penerus kabupaten ini.

Apa visi, misi, yang anda berdua usung dan bagaimana penjabarannya?

Visi kami adalah tentu mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah. Kesejahteraan dicapai dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan yang diarahkan pada meningkatnya pendapatan perkapita, serta distribusi pendapatan yang harus merata. Selama ini daerah raja ampat tersohor karena keindahan bahari yang membuat wisatawan domestic dan mancanegara berkunjung ke raja mapat. Sektor ini mampu mendongkrak pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah. Pandemic yang melanda dunia, menghantam sektor pariwisata bagitu dahsyat, dengan pengalaman ini kami berkomitmen untuk menggali lebih dalam sumber-sumber pendapatan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, misal sektor pertanian dengan dukungan teknologi dan bantuan permodalan pada industry pangan local, sagu yang tumbuh liar dan melimpah bisa dikelola sebagai alternative sumber pendapatan masyarakat dan daerah. Serta sektor-sektor lain yang potensial untuk dikembangkan. Yang pasti, pemerintahan daerah kelak akan kami arahkan kepada peningkatan produktivitas ekonomi dan pendistrubusiannya secara merata terkhusus kepada 40% kelompok masyarakat terbawah. Keadilan ekonomi, adalah jalan mewujudkan keadilan sosial. Motto atau di era sekarang popular dengan tagline, kami berdua memilih kata “MANSAR”, singkatan dari Manuel Urbinas-Hasan Makassar, secara gramatikal MANSAR berasal dari suku kata Bahasa biak yang berarti laki-laki dewasa atau bapak, atau yang dituakan. MANSAR MEMBANGUN DENGAN HATI adalah tagline yang kami usung

Bagaimana prediksi anda terkait peta politik pada pilkada nanti, berapa pasang calon yang mungkin akan lahir?

Sejauh ini nama-nama yang muncul selain petahana, yang secara terbuka akan maju sebagai calon 01 dan secara serius mendekati parpol pengusung barangkali baru saya. Banyak nama bermunculan namun saya lihat untuk serius berkomunkasi secara politik dengan partai baru saya, sebagai 01 ya. Kandidat lain memang aktif membangun komunikasi politik, namun diarahkan untuk menjadi pendamping petahana, alias bisa dipinang bupati. Dengan kondisi ini barangkali akan terjadi head to head, bupati Umlati dengan saya beserta pasangan masing-masing.

(RIS)